Pengelolaan Non Performing Loan NPL Pada Perbankan.

berdampak pada status well performing bank itu sendiri. Hal ini yang menjadi kendala bagi ekspansi kredit, khususnya bank-bank pemerintah yang notabene memiliki kegamangan dalam penyelesaian persepsi kredit bermasalah, sebab bank-bank pemerintah terikat dengan pengaruh faktor lain. 116

2. Pengelolaan Non Performing Loan NPL Pada Perbankan.

Secara umum, penyebab terjadinya kredit bermasalah yang menjadi NPL bank disebabkan oleh kondisi faktor ekonomi makro yang memburuk. Tingkat inflasi yang tinggi berdampak pada daya beli masyarakat menurun, sehingga arus perputaran uang di masyarakat sedikit terganggu. Hal ini tentu saja berimplikasi terhadap pendapatan dankemampuan debitur dalam hal menyelesaikan kewajiban kreditnya ke bank. 117 Di samping itu, karakter debitur yang pada umumnya memang berniat untuk tidak memenuhi kewajibannya terhadap hutang di bank. Melihat perkembangan kondisi ini, oleh Bank Indonesia kemudian mengeluarkan peraturan terkait kualitas aktiva bank umun yang tertuang dalam PBI Nomor 722005 yang secara khususnya mengatur tentang NPL perbankan. Dalam upaya penyelamatan dan penyelesaian kredit bermasalahnya, maka salah satu langkah yang ditempuh dan telah disepakati untuk diterapkan adalah melalui proses restrukturisasi kredit. Dalam Keppres RI Nomor 56 tahun 2002 tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil dan Menengah menyebutkan bahwa : Pasal 2 ayat 1 : Restrukturisasi kredit Usaha Kecil dan Menengah diberikan kepada perorangan atau badan usaha yang dikategorikan sebagai usaha kecil dan menengah yang mempunyai total pagu kredit per tanggal 31 Desember 1997 danatau sisa 116 http:www.bumn-ricom, Sigit Wibowo : “Analisis Ekonomi Percepatan Penyelesaian NPL Bank BUMN”, diakses tanggal 21 Juli 2010. 117 http:www.data perbankan sumut.com, diakses tanggal 21 Juli 2010 Universitas Sumatera Utara utang pokok sampai dengan Rp 5.000.000.000,00 lima miliar rupiah per debitur pada bank dan atau Badan Penyehatan Perbankan Nasional. Restrukturisasi kredit pada dasarnya dilakukan sebagai upaya perbaikan yang dilakukan perbankan dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya. Bank melakukan restrukturisasi berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor : 72PBI2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, kriteria debitur yang dapat direstrukturisasi sebagai berikut : 118 1. Debitur mengalami kesulitan pembayaran pokok dan atau buka kredit, dan 2. Debitur memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi kewajiban setelah direstrukturisasi. Peraturan Bank Indonesia Nomor : 72PBI2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum dan regulasi tentang perbankan lainnya tidak ada mengisyaratkan berapa kali restrukturisasi dapat dilakukan oleh Bank. Pada PT. Bank Sumut Cabang Pembantu Kampung Lalang, restrukturisasi dapat dilakukan 1 satu kali terhadap sebuah piutang debitur, namun semua kebijakan restrukturisasi harus mendapat izin dari Direksi PT. Bank Sumut, kemudian direksi mengambil kebijakan restrukturisasi, 119 mengatur perihal syarat restrukturisasi, kewajiban bank dalam menerapkan akutansi restrukturisasi kredit, ketentuan kebijakan dan prosedur manajemen risiko kredit, objektivitas restrukturisasi, analisis restrukturisasi oleh lembaga konsultan independen didasarkan pada kemampuan membayar kembali debitur repayment capacity apabila pinjaman direstrukturisasi. 118 Pasal 51 Peraturan Bank Indonesia Nomor : 72PBI2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. 119 Hasil wawancara dengan Zol Alfani Khairi, Legal Office PT. Bank Sumut Cabang Pembantu Kampung Lalang-Sunggal, tanggal 13 Juli 2010. Universitas Sumatera Utara Adapun jenis-jenis dari restrukturisasi kredit adalah : 120 1. Perubahan tingkat suku bunga adalah perubahanpenurunan suku bunga menjadi lebih kecil dari sebelumnya untuk penggunaan suku bunga setelah restrukturisasi. 2. Pengurangan tunggakan bunga dan atau dendapenalti. Pemberian keringan tunggakan bunga dan atau dengan maksimum sebatas tunggakan bunga dan atau denda yang belum dibayar. Pengurangan bunga tidak dapat dilakukan pada kredit yang direstrukturisasi dengan kategori Lancar L, Dalam Perhatian khusus DPK, dan Kurang Lancar KL. Namun untuk kredit yang telah masuk Diragukan D dan macet M dimungkinkan untuk pengurangan tunggakan bunga dan atau penalty sesuai kemampuan debitur. 3. Pengurangan tunggakan pokok kredit. Berpedoman pada anggaran dasar bank. Ketentuan ini mensyaratkan dalam rangka restrukturisasi kredit yang mengatur tentang penghapusan secara mutlak hapus tagih. 4. Perpanjangan Jangka waktu kreditPenjadwalan kembali. Perpanjangan jangka waktu kredit, disesuaikan dengan kemampuancash flow debitur atau untuk kredit konsumtif disesuaikan dengan repayment capacity debitur tersebut. 5. Panambahan Fasilitas Kreditsuplesi Kredit. Penambahan fasilitas kredit adalah pemberian tambahan fasilitas kredit baik direct maupun contingent agar usaha debitur dapat beroperasi kembali sehingga dapat memenuhi kewajibannya kepada bank. Penambahan fasilitas kredit tidak diperkenankan untuk melunasi tunggakan pokok dan atau bungadenda dan 120 Lihat Peraturan Bank Indonesia Nomor : 72PBI2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. Universitas Sumatera Utara ditatakerjakan dalam rekening terpisah. Penambahan fasilitas kreditsuplesi kredit dalam rangka restrukturisasi kredit harus di dukung dengan agunan yang cukup. 6. Pengambilan asset debitur sesuai dengan ketentuan yang berlaku Pengertian asset debitur di sini meliputi asset usaha debitur, baik yang dijaminkan maupun tidak dijaminkan atau yang dijaminkan kepada pihak ketiga. Pengelolaan dan atau pengambilalihan asset debitur tersebut merupakan tindakan dalam rangka penyelamatan kredit secara aktif maupun pasif pengawasan dan dilakukan hanya satu kali tahapan. 7. Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara bank pada perusahaan debitur. Merupakan perubahan obyek perjanjian. Konversi kredit menjadi pernyertaan modal bersifat sementara dilakukan dalam rangka penyelamatan kredit. Restrukturisasi kredit berupa pernyertaan modal sementara hanya dapat dilakukan untuk kredit yang memiliki kualitas kredit Kurang Lancar KL, diragukan D dan Macet M. 8. Pembayaran sejumlah kewajiban bunga yang dilakukan kemudian deferred interest paymentinterest balloon payment , yakni bentuk restrukturisasi kredit yang dilakukan bank untuk menyehatkan usaha debitur dengan cara menangguhkan sementara sebagian atau seluruh beban bunga yang seharusnya dibayar kembali oleh debitur di kemudian hari sesuai dengan jadwal pembayaran yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya bank dalam penyelamatan kredit dan dilakukan sekali saja. Untuk bunga yang ditangguhkan sementara itu tidak dikenakan penalti, suku bunga yang diatur tersebut meliputi : Universitas Sumatera Utara a Tingkat suku bunga yang dibebankan kepada debitur harus didukung atas dasar kemampuan keuangan usaha debitur, setelah terlebih dahalu banker melakukan analisus cash flow usaha debitur. b Selisih antara tingkat suku bunga yang dibebankan kepada debitur tersebut diatas dengan tingkat suku bunga yang seharusnya dibayar, merupakan bunga yang ditangguhkan dan dapat diangsur. c Dalam jangka kredit, apabila terjadi perubahan suku bunga kredit, maka yang diubah adalah tingkat suku bunga yang ditangguhkan. 9. Penjualan agunan. Merupakan penjualan aset atau agunan debitur yang dilakukan secara dibawah tangan, yang diserahkan kepada bank dalam rangka penyelamatan. Hal ini bertujuan untuk mempercepat proses penjualanpencairan asset debitur dengan prioritas penggunaan untuk mengurangi pokok jaminan dan piutang ekstern. Di samping itu, upaya ini dimaksudkan untuk memperoleh harga jual yang optimal dengan alternatif cara pembayaran terbaik yang dapat diterima oleh bank. Dalam hal restrukturisasi kredit berupa penjualan agunan secara di bawah tangan berdasarkan kesepakatan antara para pihak bank, debitur, dan calon pembeli, maka apabila agunan yang akan dijual secara di bawah tangan tersebut telah diikat dengan hak tanggungan. Sebelum dilakukan penjualan harus mengikuti ketentuan. Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan seperti terlebih dahulu diumumkan dalam media cetak atau elektronik yang jangkauannya meliputi wilayah tempat agunan berada. 10. Kombinasi Universitas Sumatera Utara Merupakan perpaduan atau kombinasi dari berbagai alternatif dari berbagai alternatif restrukturisasi dari point 1 sd. 9 yang dimungkinkan saja berlaku satu atau dua ketentuan di atas. Mengacu pada tujuan dari restrukturisasi kredit tersebut adalah agar debitur dapat memenuhi kewajibannya kepada bank, sehingga diharapkan posisi dan kepentingan bank lebih baik dan aman sehingga usaha debitur dapat lancar kembali dan mampu memperbaiki struktur permodalan debitur itu sendiri. Adapun syarat dari restrukturisasi kredit tersebut adalah : 121 1. Masih memiliki prospek usaha yang baik, dimana hasil analisa harus menunjukkan cash flow yang positif, prospek pasar masih terbuka, dan mampu melakukan peningkatan efesiensi dan daya saing. 2. Debitur mengalami kesulitan untuk membayar pokok dan atau bunga kredit. 3. Debitur menunjukkan itikad baik yang positif untuk bekerja sama terhadap upaya restrukturisasi yang akan dijalankan. Itikad baik yang dimaksud adalah mau melakukan negosiasi dengan bank, memberikan data usaha secara terbuka, dan membuat rencana strukturisasi yang akan dibahas dengan bank. 4. Ketentuan mengenai kualitas aktiva, pembentukan penyisihan penghapusan aktiva dan restrukturisasi kredit merupakan ketentuan yang saling terkait sehingga dipandang perlu untuk menyatukan ketentuan tersebut dalam satu peraturan. 5. Bank dapat melakukan restrukturisasi kredit hanya kepada debitur yang memiliki prospek usaha yang masih luas dan kemampuan debitur membayar yang baik. 121 Untoro Perry Warjiwo, Depault Risk dan penjamin , Buletin Ekonomi Monoter dan Perbankan, Maret 2008. Universitas Sumatera Utara

C. Kendala dan Hambatan Pemberian Kredit Kepada Usaha Kecil pada PT. Bank

Sumut Cabang Pembantu Kampung Lalang-Sunggal. Dalam pemberian kredit khususnya kepada usaha kecil pada PT. Bank Sumut ada kalanya menemui beberapa kendala atau hambatan dalam pemberian kredit. Kendala dan hambatan tersebut menjadi permalasahan yang harus diselesaikan melalui upaya yang dilakukan bank untuk menyelesaikan kredit bermasalah yang tidak mempunyai prospek, setelah usaha-usaha pembinaan, penyelamatan dan dengan jalan apapun ternyata tidak mungkin dilakukan lagi, dengan tujuan untuk mencegah risiko bank yang semakin besar serta mendapat pelunasan kembali atas kredit tersebut dari debitur dengan berbagai macam upaya yang dapat ditempuh oleh bank. Kendala dan hambatan pemberian kredit kepada usaha kecil dapat disebabkan oleh berbagai faktor sebagai berikut : 122 1. Faktor intern : a. Kelemahan manajemen kompetensi, pengalaman, integritas, visi, misi, kepemimpinan, dan internal control, dan lain-lain. b. Proyeksi usaha yang tidak realistis terlalu optimis. c. Jumlah pinjaman terlalu besar high leverage. d. Pengikatan jaminan lemah, jaminan fiktifbermasalah, jaminan sulit dijual, dan lain-lain. e. Bisnis yang dibiayai merupakan usaha baru belum ada pengalaman. f. Komitmen debitur rendah. g. Ekspansi usaha berlebihan over expansion 2. Faktor ekstern : 122 Hasil wawancara dengan Zol Alfani Khairi, Legal Office PT. Bank Sumut Cabang Pembantu Kampung Lalang-Sunggal, tanggal 13 Juli 2010. Universitas Sumatera Utara a. Perubahan peraturan pemerintah. b. Tuntutan hukum misal: tidak membayar pajak, pelanggaran hak cipta, pencemaran lingkungan, dan lain-lain. c. Kondisi politik dan keamanan yang tidak stabil. d. Perubahan nilai tukar yang merugikan. a. Permintaan produk debitur menurun tingkat persaingan meningkat, tidak biasa mengikuti perubahan teknologi dan kehilangan pembeli utama. e. Tingkat suku bunga tinggi kebijakan uang ketat f. Kesulitan bahan pasokan baku. g. Masuknya pesaing baru karena globalisasi bisnis. h. Masuknya barang substitusi yang jauh lebih murah harganya. 3. Faktor bank yang memberikan pinjaman : a. Kesalahan analisis dari officer bank yang kurang memahami bisnis nasabah. b. Dikejar oleh target booking loan sehingga bank tidak prudent. b. Officer bank kurang memahami struktur kredit misal pinjaman jangka panjang tetapi diberi fasilitas pinjaman revolving. c. Mengandung unsur KKN. d. Banyak dokumen dan persyaratan kredit yang belum terpenuhi. e. Pengadministrasian dokumen lemah. Upaya yang dilakukan oleh PT. Bank Sumut dalam menangani kendala dan hambatan adalah menggolongkan debitur yang beritikad baik atau kurang beritikad baik Universitas Sumatera Utara dan prospek usahanya. Berikut adalah klasifikasi debitur kredit bermasalah yang digolongkan dalam 4 empat kategori, yaitu : 123 1. Kategori A : itikadnya baik, prospek usahanya ada. 2. Kategori B : itikadnya baik, prospek usahanya tidak ada. 3. Kategori C : itikadnya kurang, prospek usahanya ada. 4. Kategori D : itikadnya kurang, prospek usahanya tidak ada. Indikasi debitur memiliki itikad baik untuk meyelesaikan kredit bermasalahnya dinilai berdasarkan penilaian mengenai kemauan dan kesediaan untuk : 1. Berinisiatif dan secara aktif melakukan negosiasi dengan kreditur. 2. Melakukan full disclosure mengenai keadaan perusahaan dan groupnya kepada kreditur. 3. Memikul beban kerugian yang akan ditetapkan sebagai hasil negosiasi. 4. Mempunyai rencana restrukturisasi atau akan menyampaikan rencana restrukturisasi untuk dibahas dengan kreditur. Untuk menghindari resiko dan kerugian, maka PT. Bank Sumut telah menetapkan pedoman untuk diperhatikan dan dilaksanakan dalam penanganan kredit bermasalah, yaitu : 124 1. Keinginan debitur untuk menyelesaikan kewajiban. 2. Tingkat kerja sama dan keterbukaan debitur. 3. Kemampuan manajemennya. 4. Kemampuan financial debitur. 123 Hasil wawancara dengan Zol Alfani Khairi, Legal Office PT. Bank Sumut Cabang Pembantu Kampung Lalang-Sunggal, tanggal 13 Juli 2010. 124 Hasil wawancara dengan Zol Alfani Khairi, Legal Office PT. Bank Sumut Cabang Pembantu Kampung Lalang-Sunggal, tanggal 13 Juli 2010. Universitas Sumatera Utara 5. Sumber pengembalian pinjaman. 6. Prospek usaha debitur. 7. Mudah tidaknya menjual jaminan. 8. Kelengkapan dokumentasi jaminan. 9. Ada tidaknya tambahan jaminan baru. 10. Sengketa tidaknya jaminan. 11. Ada tidaknya sumber pembayaran dari usaha lain. Yang penting diperhatikan dalam penanganan kredit bermasalah adalah kecepatan pengembalian, biaya yang seminimal mungkin dan recovery rate semaksimal mungkin loss minimal. Penyelesaian kendala dalam pemberian kredit sebagai upaya bank untuk menyelesaikan kredit bermasalah yang tidak mempunyai prospek, setelah usaha-usaha pembinaan, penyelamatan, dan dengan jalan apa pun ternyata tidak mudah dilakukan lagi, dengan tujuan untuk mencegah risiko bank yang semakin besar serta mendapatkan pelunasan kembali atas kredit tersebut dari debitur dengan berbagai macam upaya yang dapat ditempuh oleh bank. 6. Faktor lain Faktor lain adalah keterbatasan penyaluran kredit, dalam hal ini dapat disebabkan oleh : Pertama, adanya bias sasaran, yaitu sektor-sektor usaha kecil sebagai sasaran kredit kecil gagal didefinisikan menurut kondisi faktual yang ada sehingga fasilitas kredit cenderung disusun berdasarkan asumsi pihak penyalur kredit. Kedua, bias ekonomi formal, usaha kecil sulit untuk dibaca dalam format ekonomi formal. Ketiga, bias suku bunga, bunga yang diterapkan masih dirasakan memberatkan pengusaha kecil untuk mengakses dan memanfaatkannya. Universitas Sumatera Utara Di samping itu, ada beberapa kondisi yang dapat berpengaruh terhadap rendahnya aksesibilitas pengusaha kecil terhadap kredit, diantaranya : 125 Pertama, pengusaha kecil tidak dapat menikmati fasilitas kredit yang tersedia karena keterbatasan pengetahuan atau sumber daya manusia. Hal ini ditunjukkan dengan kurangnya atau rendahnya persentase jumlah pengusaha kecil yang mengetahui ketentuan-ketentuan atau peraturan yang mengatur tentang usaha kecil serta rendahnya jumlah pengusaha kecil yang ikut serta dalam kegiatan pendidikan, pelatihan, penyuluhan dan konsultasi dari instansi terkait dalam rangka pengembangan usaha sebagaimana yang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil. Kedua, kondisi yang justru mencul karena bentuk skema pelayanan yang disediakan. Institusi pelayanan tidak mampu melayani kelompok sasaran, karena keterbatasan dari skema pelayanan yang dikembangkan. Ketiga, adanya hambatan yang bekaitan dengan keberadaan peranan instiutsi perantara, sehingga diantara pengusaha kecil dan pemberi pelayanan ada jarak yang cukup lebar dan tidak memungkinkan mereka bertemu. Keempat, sebagian pengusaha kecil mengeluhkan prosedur perolehan kredityang masih terlalu rumit seperti banyaknya tahap-tahap yan harus dilalui, keharusan adanya rekomendasi dari instansi terkait, keterlibatan akuntan publik dan sebagainya, sehingga mereka berharap bahwa prosedur yang ada dapat lebih disederhanakan, termasuk juga persyaratan pembuatan proposal. 125 Hasil wawancara dengan Zol Alfani Khairi, Legal Office PT. Bank Sumut Cabang Pembantu Kampung Lalang, tanggal 13 Juli 2010. Universitas Sumatera Utara Pada prakteknya di PT. Bank Sumut Cabang Pembantu Kampung Lalang-Sunggal yaitu wanprestasi yang dilakukan oleh pihak debitur dimana debitur wanprestasi sehingga muncul kredit bermasalah. Perihal apabila timbul kendala seperti terjadinya perselisihan di antara meraka maka para pihak tersangkut pada isi perjanjian yang telah disetujui mereka yaitu dengan cara sebagai berikut : 126 a. Dilakukan penyelesaian secara musyawarah non litigasi. b. Dilakukan penyelesaian lewat pengadilan litigasi. Dalam prakteknya, penyelesaian kredit bermasalah yang oleh PT. Bank Sumut Cabang Pembantu Kampung Lalang-Sunggal dilakukan dengan 2 dua alternatif, yaitu negosiasi dan litigasi. Namun tetap diakui bahwa kedua alternatif tersebut terlepas dari adanya bank-bank yang melakukan penagihan kredit macet dengan menggunakan jasa Debt collector yang dilakukan oleh orang atau badan yang tidak berwenang melakukan hal itu. 127

3. Penyelesaian dengan non litigasi.