Penyelesaian dengan non litigasi.

Pada prakteknya di PT. Bank Sumut Cabang Pembantu Kampung Lalang-Sunggal yaitu wanprestasi yang dilakukan oleh pihak debitur dimana debitur wanprestasi sehingga muncul kredit bermasalah. Perihal apabila timbul kendala seperti terjadinya perselisihan di antara meraka maka para pihak tersangkut pada isi perjanjian yang telah disetujui mereka yaitu dengan cara sebagai berikut : 126 a. Dilakukan penyelesaian secara musyawarah non litigasi. b. Dilakukan penyelesaian lewat pengadilan litigasi. Dalam prakteknya, penyelesaian kredit bermasalah yang oleh PT. Bank Sumut Cabang Pembantu Kampung Lalang-Sunggal dilakukan dengan 2 dua alternatif, yaitu negosiasi dan litigasi. Namun tetap diakui bahwa kedua alternatif tersebut terlepas dari adanya bank-bank yang melakukan penagihan kredit macet dengan menggunakan jasa Debt collector yang dilakukan oleh orang atau badan yang tidak berwenang melakukan hal itu. 127

3. Penyelesaian dengan non litigasi.

Penyelesaian kredit bermasalah dengan non litigasi atau negosiasi ini dilakukan terhadap debitur yang usahanya masih berjalan meskipun tersendat-sendat, dapat membayar bunga meskipun kemampuannya telah melemah dan tidak dapat membayar angsurannya. Bahkan, terhadap debitur yang usahanya sudah tidak berjalanpun dapat dilakukan penyelesaian dengan negosiasi. Sebagai contoh yaitu, apabila ratio agunanjaminan kredit masih mencukupi dan ada usaha yang dianggap lebih layak dan dapat menghasilkan, 126 Hasil wawancara dengan Zol Alfani Khairi, Legal Office PT. Bank Sumut Cabang Pembantu Kampung Lalang, tanggal 13 Juli 2010. 127 Ibid. Universitas Sumatera Utara maka debitur yang bersangkutan dimungkinkan untuk diberikan suntikan baru yang hasilnya dapat dipergunakan untuk membayar seluruh kewajibannya. Semua upaya tersebut dapat disebut dengan kredit yang diselamatkan, yaitu kredit yang semula tergolong bermasalah atau macet kemudian terjadi kesepakatan antara debitur dan PT. Bank Sumut untuk diperbaiki, yang tentunya diikuti dengan suatu perjanjian kredit yang baru, baik berupa novasi, subrogasi, kompensasi atau hanya berupa addendum atas perjanjian kredit yang telah ada. Adapun bentuk penyelamatan kredit tersebut adalah antara lain : 128 a. Rescheduling Penjadwalan Kembali. Yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu termasuk masa tenggang. Termasuk apabila terjadi atau tidak terjadi perubahan besamya angsuran. b. Reconditioning Persyaratan Kembali Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu dan atau persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimum saldo kredit. c. Restructuring Penataan Kembali. Yaitu perubahan syarat-syarat kredit yang menyangkut penambahan dana bank, dan atau konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru, dan atau konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan dalam perusahaan. Pada dasarya tujuan dilakukannya rescheduling, restructuring dan reconditioning adalah dalam rangka upaya bank untuk membantu nasabahnya yang beritikad baik, pada saat mengalami kesulitan dalam mengelola usahanya yang menyebabkan 128 Muhammad Djumhana, Op cit, hal. 553 Universitas Sumatera Utara berkurangnyamelemahnya kemampuan untuk memenuhi kewajibannya kepada bank. Dengan demikian tindakan ini diberikan bank hanya 1 satu kali dan hal ini dimaksudkan memberikan kesempatan kepada debiturnya untuk berusaha lagi. Pada sisi lain, penyelesaian kredit bermasalah dengan negosiasi ini tidak selalu berakhir dengan keadaan-keadaan di atas, melainkan dapat saja terjadi dengan pelaksanaan penjualan agunanjaminan kredit. Penjualan agunanjaminan kredit tersebut dilakukan secara bersama-sama atau bank sendiri tanpa adanya perselisihan. Hal ini dapat saja terjadi, utamanya apabila debitur yang bersangkutan mempunyai itikad baik dan masih dapat berkerjasama.

4. Penyelesaian dengan litigasi.