tata guna tanah dikawasan tersebut, misalnya akan dipergunakan untuk lahan industri atau mungkin tanah itu akan terkena pemotongan jalan atau kepentingan umum lainnya.
Pemeriksaan mengenai letak tanah, sangat penting untuk menentukan apakah kredit yang diminta akan dikabulkan seluruhnya atau sebagian atau sebaiknya ditolak saja, hal
tersebut dilakukan demi keamanan dan kelangsungan dunia perbankan itu sendiri.
3. Kewenangan membebankan Hak Tanggungan
Dalam dunia perbankan mungkin disebabkan oleh karena bank-bank berlomba untuk mencari nasabah dan tidak suka dicap sebagai bank yang kejam, maka pada
umumnya, meskipun kredit telah diberikan kepada debitur, hak tanggungan atas tanah yang diberikan bersangkutan belum dibebankan dan bank merasa cukup aman dengan
memegang sertifikat tanah tersebut, yang disertai dengan surat kuasa membebankan hak tanggungan yang dibuat oleh Notaris atau PPAT. Bank sudah merasa puas oleh karena
Bank beranggapan bahwa debitur tidak dapat mencabut kembali surat kuasa tersebut dan surat kuasa itu tidak akan berakhir dengan cara apapun.
Bagi kreditur adanya surat kuasa akan memberi beberapa keuntungan :
51
1. Kreditur dianggap lebih leluasa easy going tanpa campur tangan debitur.
2. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan dapat dibuat secara cepat, biayanya
juga murah 3.
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan dapat dibuat untuk membebankan Hak Tanggungan oleh notaris atau PPAT.
4. Dengan adanya surat kuasa membebankan Hak Tanggungan, bank tanpa bantuan
51
Lihat penjelasan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
Universitas Sumatera Utara
debitur dapat membebankan Hak Tanggungan atas tanah tersebut. Menurut Pasal 15 ayat 2 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 menyatakan
surat kuasa tersebut hanya berlaku untuk satu bulan. Sehubungan dengan hal ini perlu dikemukakan bahwa cara untuk tidak segera membebankan hak tanggungan sebenarnya
adalah sangat berbahaya bagi kreditur, sebab menghadapi debitur yang tidak bertanggung jawab macam-macam masalah dapat terjadi meskipun sertifikat dipegang oleh bank,
kemudian disita oleh Pengadilan Negeri dengan sita eksekusi. Apabila hal itu terjadi dan penyitaan telah didaftarkan kepada Kantor Pertanahan
atau dicatat dalam buku register yang disediakan untuk itu dipengadilan negeri, maka bank akan menemui kesulitan dalam mengeksekusi tanah yang dijaminkan debitur.
Meskipun sertifikat ada ditangan bank dan memegang surat kuasa mutlak untuk membebankan hak tanggungan, apabila perlu pada waktunya, tanah itu akan dilelang atau
berdasarkan putusan yang berkekuatan hukum tetap oleh Ketua Pengadilan Negeri dalam
rangka eksekusi kepada pihak penggugat yang menang. 4.
Kemudahan untuk melakukan eksekusi atas tanah yang dijadikan objek jaminan.
Kreditur yang piutangnya dijamin dengan hak tanggungan apabila piutangnya macet dapat langsung menagih debiturya, melalui penetapan Pengadilan Negeri.
52
Tidak seperti kreditur pada umumnya, yang melalaui suatu gugatan harus melakukan
tagihannya, melainkan kreditur yang bersangkutan dapat langsung mohon parate eksekusi melalui sertifikat hak tanggungan yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan dan memakai
irah-irah Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
52
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Hak Atas Benda, cet. ke-5, Jakarta: Intermasa, 1986, hal. 75.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan sertifikat tersebut, eksekusi dapat dilaksanakan. Pengadilan Negeri setelah menerima permohonan eksekusi, akan melakukan sita eksekusi terhadap tanah
yang dibebani haktanggungan itu, yang selanjutnya setelah dilakukan peneguran terhadap debitur dan ia tetap tidak mau melunasi hutangnya dalam waktu 8 hari, akan disusul
dengan pengumuman lelang secara dua kali berturut-turut di surat kabar yang terbit di kota itu, untuk kemudian disusul dengan pelelangan.
53
Hasil penjualan lelang tanah tersebut, akan dipergunakan untuk melunasi hutang debitur kepada kreditur, setelah sebelumnya dibayar biaya eksekusi. Sisa lelang apabila
ada, akan dikembalikan kepada debitur. Proses semacam ini akan berjalan cepat, sehingga kreditur dalam waktu yang tidak terlalu lama akan menerima uangnya kembali.
Bahkan, apabila kreditur berkedudukan sebagai pemegang hak tanggungan pertama, berdasarkan Pasal 6 UU Hak Tanggungan, kreditur dapat menjual tanah tersebut atas
kekuasaan sendiri, melalui Kantor Lelang Negara dan mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tanah itu.
5. Kedudukan bank sebagai kreditur yang preferen.