“Analisis Yuridis Atas Eksistensi Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan Yang Diingkari Debitur.
4. Delman Frenky, Nim 067005067, Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Peran Hukum Perbankan Dalam Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM pada PT.
Bank Rakyat Indonesia Cabang Lubuk Pakam. Apabila diperhadapkan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini maka
permasalahan yang dibahas adalah berbeda. Oleh karena itu penelitian ini dapat dinyatakan asli dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademis.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-
fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.
17
Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau
permasalahan problem yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis.
18
Dengan lahirnya beberapa peraturan hukum positif di luar KUH Perdata sebagai konsekuensi dari asas-asas hukum yang terdapat lapangan hukum kekayaan dan perikatan
inilah diperlukan kerangka teori yang akan dibahas dalam penelitian ini dengan aliran hukum positif yang analitis dari Jhon Austin, yang mengartikan :
Hukum itu sebagai a command of the lawgiver perintah dari pembentuk undang- undang atau penguasa, yaitu suatu perintah mereka yang memegang kekuasaan
17
M. Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, FE UI, Jakarta, 1996, hal. 203.
18
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 80.
Universitas Sumatera Utara
tertinggi atau yang memegang kedaulatan, hukum dianggap sebagai suatu sistem yang logis, tetap dan bersifat tertutup closed logical system. Hukum secara tegas
dipisahkan dari moral dan keadilan tidak didasarkan pada penilaian baik-buruk.
19
Selain menggunakan teori positivisme hukum dari Jhon Austin dalam
menganalisis tesis ini, juga cenderung digunakan teori sistem dari Mariam Darus Badrulzaman yang mengemukakan bahwa sistem adalah kumpulan asas-asas hukum yang
terpadu, yang merupakan di atas mana dibangun tertib hukum. Hal yang sama juga dikatakan Sunaryati Hartono bahwa sistem adalah sesuatu yang terdiri dari sejumlah
unsur atau komponen yang selalu pengaruh mempengaruhi dan terkait satu sama lain oleh satu atau beberapa asas.
20
Jadi, dalam sistem hukum terdapat sejumlah asas-asas hukum yang menjadi dasar dalam pembentukan norma hukum dalam suatu perundang-undangan.
Hukum pada hakikatnya adalah sesuatu yang abstrak, tetapi dalam manifestasinya bisa berwujud konkrit. “Suatu ketentuan hukum baru dapat di nilai baik jika akibat-
akibat yang dihasilkan dari penerapannya adalah kebaikan, kebahagiaan yang sebesar- besarnya dan berkurangnya penderitaan.”
21
Dalam hukum positivisme, tujuan hukum adalah : “Mewujudkan keadilan rechtsgerechtigheid,
kemanfaatan rechtsutiliteit
dan kepastian
hukum rechtszekerheid.”
22
Dalam hal mewujudkan keadilan, Adam Smith 1723-1790, Guru Besar dalam bidang filosofi moral dan sebagai ahli teori hukum dari Glasgow University
19
Rasjidi dan Ira Tania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, Mandar Maju, bandung, 2002, hal. 55.
20
C.F.G. Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Alumni, Bandung, 1991, hal. 56.
21
Lili Rasjidi dan I. B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Remaja Rosdakarya, Bandung, Tahun 1993, hal. 79
22
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, PT. Gunung Agung Tbk, Jakarta, Tahun 2002, hal. 85
Universitas Sumatera Utara
pada tahun 1750,
23
telah melahirkan ajaran mengenai keadilan justice. Smith mengatakan bahwa: “Tujuan keadilan adalah untuk melindungi diri dari kerugian” the
end of justice is to secure from injury .
24
Menurut Satjipto Raharjo : Hukum melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu
kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Pengalokasian kekuasaan ini dilakukan secara terukur, dalam arti, ditentukan
keluasan dan kedalamannya. Kekuasaan yang demikian itulah yang di sebut hak. Tetapi tidak di setiap kekuasaan dalam masyarakat bisa disebut sebagai hak,
melainkan hanya kekuasaan tertentu yang menjadi alasan melekatnya hak itu pada seseorang.
25
Sejalan dengan teori hukum tersebut di atas bahwa pembentukan hukum dalam
bentuk hukum positif harus berorientasi pada asas-asas hukum, sehingga pemahaman- pemahaman asas hukum tersebut sangatlah penting dalam sistem hukum terhadap
pemberian kredit dengan jaminan tanah yang belum memiliki sertifikat. Bank merupakan salah satu badan hukum yang biasanya berbentuk Perseroan Terbatas selanjutnya disebut
perseroan. Bank melaksanakan fungsinya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.
Peranan perbankan nasional perlu ditingkatkan sesuai dengan fungsi dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dengan lebih memperhatikan
pembiayaan kegiatan sektor perekonomian nasional dengan prioritas kepada koperasi, pengusaha kecil dan menengah, serta berbagai lapisan masyarakat
tanpa diskriminasi sehingga akan memperkuat struktur perekonomian nasional. Demikian pula, Bank perlu memberikan perhatian yang lebih besar dalam
meningkatkan kinerja perekonomian di wilayah operasi tiap-tiap kantor.
26
23
Bismar Nasution, Mengkaji Ulang sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi, Pidato pada Pengukuhan sebagai Guru Besar, USU – Medan, 17 April 2004, hlm. 4-5. Sebagaimana dikutip dari Neil
Mac Cormick, “Adam Smith On Law”, Valvaraiso University Law Review, Vol. 15, 1981 hal. 244.
24
Ibid, sebagaimana dikutip dari R. L. Meek, D.D. Raphael dan P.G. Stein, e.d, Lecture of Jurisprudence,
Indianapolis, Liberty Fund , Tahun 1982, hal. 9
25
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Cetakan ke – V, Bandung, Tahun 2000, hal. 53.
26
Thomas Suyatno, Kelembagaan Perbankan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Edisi III, Tahun 2001, hal. 102
Universitas Sumatera Utara
Kata kredit bukan lagi kata yang asing bagi masyarakat. Oleh karena itu, selain pengertian kredit menurut peraturan perundang-undangan, setiap orang mempunyai
pendapat sendiri mengenai pengertian kredit sesuai dengan tingkat pemikirannya masing- masing.
Terdapat perbedaan pengertian kredit antara kalangan masyarakat awam dengan kalangan pelaku bisnis. Kata kredit dikalangan masyarakat awam secara sederhana
diartikan sebagai pembelian suatu barangbenda tertentu dengan membayar secara angsuran atau dicicil. Sementara itu, dikalangan pelaku bisnis atau kalangan
industriawan, kata kredit lebih dikenal sebagai pemberian sejumlah uang tertentu oleh suatu bank kepada pihak lain yang memerlukannya untuk keperluan usahanya, dimana
pihak lain akan melunasinya dalam pihak tertentu dengan membayar sejumlah bunga yang ditentukan. Dalam perjanjian kredit, maka bank juga melakukan pengikatan jaminan
kebendaan, misalnya hak atas tanah milik debitur dengan pembebanan hak tanggungan sebagai jaminan kepada kreditur.
Mr. J. A. Levy seperti dikutip oleh Edy Putra Tje’ Aman merumuskan arti hukum kredit sebagai berikut: “Kredit adalah penyerahan secara sukarela sejumlah uang untuk
dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit, penggunaan kredit berhak mempergunakan pinjaman itu untuk keuntungannya dengan kewajiban mengembalikan
pinjaman di belakang hari”.
27
Dasar dari adanya kredit adalah kepercayaan dari kreditur bahwa pihak lain debitur pada masa yang akan datang akan sungguh memenuhi segala sesuatu yang telah
27
Edy Putra Tje’ Aman, Kredit Perbankan-Suatu Tinjauan Yuridis, Liberty, Yogyakarta, Tahun 1989, hal. 2.
Universitas Sumatera Utara
dijanjikan, baik berupa barang, uang, dan jasa.
28
Hal ini berarti jika seseorang atau badan usaha berhasil mendapatkan kredit dari Bank, berarti ia juga mendapat kepercayaan.
Dari pengertian tersebut di atas, jelaslah bahwa yang menjadi objek kredit bukan hanya berupa uang, tetapi dapat berbentuk barang-barang dan jasa. Akan tetapi
berhubungan dengan kehidupan ekonomi dewasa ini yang didasarkan kepada uang, maka transaksi kredit yang menyangkut uanglah yang sering dijumpai dalam praktek
perkreditan. Menurut Astiko dan Sunardi, “Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pemberian atau melabakan suatu pinjaman dengan janji bahwa
waktu pembayarannya ditangguhkan pada suatu jangka waktu tertentu yang telah disepakati berupa bunga”.
29
Sedangkan pendapat lain menyebutkan bahwa Perjanjian kredit Bank adalah suatu perjanjian pendahuluan Vooreenkomst dari penyerahan uang. Perjanjian
pendahuluan ini merupakan hasil mufakat antara pemberi dan penerima pinjaman, mengenai hubungan hukum antara keduanya.
30
Perjanjian ini bersifat konsensual Fakte de Contra Tendo obligatoir, yang dikuasai oleh Undang-Undang Pokok Perbankan Undang-Undang Nomor 10 Tahun
1998 dan bagian umum KUH Perdata. Penyerahan uangnya sendiri adalah bersifat riil. Pada saat penyerahan uang dilakukan barulah berlaku ketentuan yang dituangkan dalam
model perjanjian kredit pada dua pihak. Istilah lain disebutkan bahwa kredit adalah
28
Pasal 8 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 199 2 jo Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998
29
Astiko dan Sunardi, Pengantar Manajemen Perkreditan, Andi, Yogyakarta, Tahun 1996, hal. 5.
30
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
pemberian prestasi misalnya uang, barang dengan balas prestasi kontra prestasi akan terjadi pada waktu mendatang.
31
Pemberian kredit bank kepada nasabahnya merupakan perjanjian. Perjanjian kredit bank terdiri atas kata “Perjanjian” dan “Kredit”. Pasal 1 angka 11 Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan menyebutkan kredit yang diberikan oleh itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank, pihak bank
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga. Kredit merupakan hal yang tidak asing dalam kehidupan sosial bermasyarakat,
sebab dalam kehidupan masyarakat tidak jarang dalam transaksi jual beli dengan sistem perkreditan. Jika ditinjau dari sudut etimologinya kata kredit berasal dari bahasa latin
”Credere” yang berarti kepercayaan atau keyakinan.
32
Pada zaman sekarang ini bank tidak akan memberikan kredit tanpa jaminan, karena kredit yang diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga dalam
pelaksanaannya bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat, yaitu bank bank tidak diperkenankan memberikan kredit tanpa perjanjian surat perjanjian tertulis,
memberikan kredit usaha yang sejak semula telah diperhitungkan kurang sehat dan membawa kerugian melampui batas maksimum pemberian kredit legal linding limit.
Faktor adanya jaminan inilah yang penting dan harus diperhatikan oleh bank. Maka pada Pasal 8 Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 ditentukan bahwa dalam
31
Tarunudjojo Nusa dan A. Kohar Koswara, Pedoman Perkreditan, PT. Bank Umum Servitia, Jakarta, 199 5. hal. 5.
32
Edy Putra The’ Aman, Kredit Perbankan, Suatu Tinjauan Yuridis, Yogyakarta, Liberty, 1989, hal. 1
Universitas Sumatera Utara
pemberian kredit, bank umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan.
Guna memperoleh keyakinan tersebut sebelum memberikan kredit bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan modal, agunan dan
protek usaha dari debitur. Meski demikian dalam Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 mengenai jaminan atas kredit tidak begitu sulit, hanya saja dipentingkan
tetap adanya jaminan, maka apabila berdasarkan unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan atas kemampuan debitur mengembalikan hutangnya, agunan dapat berupa
barang, proyek atau hak tagih, jaminan fidusia dan hak tanggungan. Jaminan berfungsi sebagai pengikat antara bank dengan debitur jika pada saat
yang ditentukan debitur tidak mampu membayar hutangnya, maka hutang yang tidak dibayarkan setelah masa jatuh tempo diberlakukan upaya-upaya hukum. Namun, suatu
masalah yang sering timbul dalam perjanjian kredit adalah masalah ingkar janji. Ingkar janji dalam perjanjian kredit dapat berupa: ”Keterlambatan pembayaran kredit
sebagaimana diperjanjikan atau dapat pula dalam bentuk kredit macet”.
33
Terhadap keterlambatan pembayaran maupun kredit macet sebagaimana dalam perbuatan ingkar
janji selalu ada sanksinya. Dalam kebiasaan perbankan sanksi bagi keterlambatan pembayaran berupa keharusan membayar bunga tunggakan sebagai denda, sedangkan
terhadap kredit macet sanksi secara hukum seharusnya dilakukan eksekusi benda objek jaminan atau pembayaran oleh pihak ketiga.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2008 sebagai dasar hukum yang utama bagi pemberdayaan usaha kecil di Indonesia. Di dalamnya dimuat tentang pengertian dan
33
Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain Yang Melekat pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horisontal
, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1996, hal. 39.
Universitas Sumatera Utara
kriteria usaha kecil serta landasan, asas dan tujuan. Selanjutnya, diperjelas dan dipertegas pula segi-segi yang mencakup penumbuhan iklim usaha yang kondusif, pembinaan dan
pengembangan, pembiayaan dan penjaminan, kemitraan, koordinasi dan pengendalian serta ketentuan pidana dan sanksi administratif.
Adanya keterbatasan modal dalam dunia usaha kecil mengakibatkan terbatasnya pendapatan, sehingga kemampuan untuk memupuk modal sukar berkembang. Oleh
karenanya pengembangan usaha kecil sedikit banyak tergantung pada tersedianya bantuan pembiayaan dari bank ataupun lembaga keuangan non perbankan lainnya.
Philip Clarke menyebutkan, ”The weaknesses of small firms: lack of money unskilled and overburneded management”
Kelemahan usaha kecil adalah kekurangan modal, tidak terampil dan lemah dalam pengelolaan.
Dalam aspek pembiayaan, Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2008 menyebutkan bahwa ”Pemerintah menumbuhkan iklim usaha dalam aspek pendanaan
dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan untuk: a. memperluas sumber pendanaan; b. meningkatkan akses terhadap sumber pendanaan; c. memberikan
kemudahan dalam pendanaan.”
34
2. Konsepsi