Ruang lingkup penyelesaian kredit bermasalah

Manajemen pengelolaan terhadap penyelesaian kredit bermasalah merupakan upaya bank dalam pengawasan kinerja perusahaan debitur. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah debitur tidak sanggup lagi dalam memenuhi kewajibannya. Indikasi tersebut dapat dilihat dari usaha debitur yang mulai memburuk sehingga berpotensi menjadikan debitur tidak mampu lagi untuk membayar kewajiban yang telah disepakati. Untuk melihat sejauh mana kemampuan debitur membayar kewajibannya melunasi hutangnya, tentu kreditur melakukan identifikasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh debitur untuk mencari solusi yang baik dengan tujuan dapat menghindari kerugian. Upaya bank dalam menghindari kerugian melalui pembinaan kredit, PT. Bank Sumut membantu usaha debitur dengan cara memberikan pertimbangan, petunjuk dan saran-saran tentang pengelolaan usaha kecil yang baik dan lancar agar debitur mampu membayar prestasinya sesuai dengan persetujuan membuka kredit para pihak. 113

1. Ruang lingkup penyelesaian kredit bermasalah

Adapun identifikasi awal terhadap munculnya kredit bermasalah yang harus diperhatikan oleh perbankan adalah : 114 a. Bahwa perbankan tidak boleh membiarkan atau menutup-nutupi adanya kredit bermasalah. b. Bank harus mendeteksi sedini mungkin atas indikasi kredit bermasalah. c. Bank tidak boleh melakukan penyelesaian kredit bermasalah dengan cara menambah plafond kredit. 113 Hasil wawancara dengan Zol Alfani Khairi, Legal Office PT. Bank Sumut Cabang Pembantu Kampung Lalang-Sunggal, tanggal 13 Juli 2010. 114 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan Di Indonesia , Bandung : Citra Aditya Bakti, 2006, hal. 551 Universitas Sumatera Utara d. Bank tidak boleh melakukan pengecualian dalam penyelesaian kredit bermasalah untuk semua debitur baik pelaku usaha besar ataupun kecil. Berdasarkan ketentuan Pasal 10 Peraturan Bank Indonesia Nomor 72PBI2005 tentang Kualitas Aktiva Bank Umum, maka kualitas kredit ditetapkan menurut faktor penilaian yang meliputi prospek usaha, kinerja performance debitur, dan kemampuan membayar. Memperhatikan ketiga faktor penilaian faktor tersebut, maka kualitas kredit dibagi menjadi : 115 a. Lancar L, adalah pinjaman kredit dengan tingkat pembayaran tepat pada waktunya dan tidak ada tunggakan pokok dan bunga. b. Dalam Perhatian Khusus DPK, adalah pinjaman kredit yang terdapat tunggakan pembayaran pokok danatau bunga sampai dengan 90 hari. c. Kurang Lancar KL, adalah pinjaman kredit yang terdapat tunggakan pembayaran pokok danatau bunga yang melampaui hari ke 91 sampai dengan hari ke 150. d. Diragukan D, adalah pinjaman kredit yang terdapat tunggakan pembayaran pokok danatau bunga yang telah melampaui hari ke 151 sampai dengan 180. e. Macet M, adalah pinjaman kredit yang terdapat tunggakan pembayaran pokok danatau bunga yang telah melampaui hari ke 180 sampai dengan 360. Angka Non Performing Loan tantangan utama yang menjadi perhatian perbankan. Secara umum faktor NPL ini memberikan efek yang negatif terhadap perkonomian secara makro, dimana bank akan melakukan pengurangan terhadap ekspansi kredit dan juga meningkatnya biaya operasi moneter. Di samping itu, pengaruh peningkatan ini juga akan mempengaruhi kinerja perbankan dalam pengambilan keputusan kreditnya karena akan 115 Lihat Pasal 12 ayat 3 Peraturan Bank Indonesia Nomor 7PBI2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. Universitas Sumatera Utara berdampak pada status well performing bank itu sendiri. Hal ini yang menjadi kendala bagi ekspansi kredit, khususnya bank-bank pemerintah yang notabene memiliki kegamangan dalam penyelesaian persepsi kredit bermasalah, sebab bank-bank pemerintah terikat dengan pengaruh faktor lain. 116

2. Pengelolaan Non Performing Loan NPL Pada Perbankan.