Aspek Konsentrasi Fosfat PO

Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 51 - Eutrofikasi pada suatu perairan dapat diindikasikan dari nilai parameter fisika, kimia dan biologi tertentu, yang antara lain adalah tingginya konsentrasi nutien nitrogen dan fosfor dan klorofil-a pada badan air. Senyawa nitrogen dan fosfor yang terpenting sebagai nutrien bagi fitoplankton adalah nitrat dan fosfat. Hasil pengukura terhadap parameter fosfat PO 4 3- , nitrat NO 3 - dan klorofil-a pada masing-masing stasiun penelitian, diperoleh data seperti yang disajikan pada tabel 4.5 berikut : Tabel 4.5 Rata-rata Konsentrasi PO 4 3- , NO 3 - dan Klorofil-a pada masing- masing Stasiun Penelitian Stasiun Penelitian No Parameter Satuan I II III IV 1 PO 4 3- mgL 0,2262 0,2019 0,1993 0,1676 2 NO 3 - mgL 0,7016 0,5501 0,5693 0,4240 mgm 3 6,0908 5,6929 5,6206 5,4688 3 Chlorofil-a mgL 0,6091 0,5693 0,5621 0,5469 Sumber : Data primerLampiran 11 Keterangan : Stasiun I : Panahatan terdapat 380 unit KJA Stasiun II : Tambun Raya terdapat 103 unit KJA Stasiun III : Sipolha terdapat 64 unit KJA Stasiun IV : Pasir Matabu tidak ada KJA kontrol

4.3.1 Aspek Konsentrasi Fosfat PO

4 3- Unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen, melainkan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut ortofosfat dan polifosfat dan senyawa organik yang berupa partikulat Jefferies and Miles 1996 dalam Effendi 2003. Polifosfat merupakan bentuk fosfor yang tidak dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan aquatik, oleh sebab itu sebelum dimanfaatkan terlebih dahulu harus direduksi menjadi bentuk ortofosfat. Ortofosfat merupakan senyawa fosfor yang secara langsung dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan akuatik seperti fitoplankton dan alga APHA, 1989, sehingga keberadaan ortofosfat pada suatu perairan dapat menjadi faktor pembatas yang mempengaruhi tingkat produktivitas suatu perairan. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 52 - Dari hasil pengukuran nilai konsentrasi PO 4 3- perairan Danau Toba pada saat dilaksanakan penelitian diketahui bahwa rata-rata konsentrasi PO 4 3- pada masing- masing stasiun penelitian bervariasi pada kisaran 0,1676 – 0,2262 mgL, dimana rata-rata konsentrasi tertinggi terdapat pada stasiun I 0,2262 mgL dan rata-rata konsentrasi terendah terdapat pada stasiun IV 0,1676 mgL. Bila mengacu kepada klasifikasi kandungan fosfat menurut Poernomo dan Hanafi 1982 maka perairan Danau Toba pada stasiun II, III dan IV tergolong perairan dengan klasifikasi konsentrasi fosfat yang tinggi, sedangka pada stasiun I tergolong perairan dengan klasifikasi konsentrasi fosfat yang sangat tinggi Tabel 4.6. Selanjutnya, berdasarkan peraturan pemerintah nomor 82 tahun 2001, konsentrasi fosfat pada perairan stasiun I telah melewati nilai baku mutu air yang dipersyaratkan untuk air kelas I maupun kelas II. Tabel 4.6 Klasifikasi Kandungan Fosfat pada Perairan Konsentrasi PO 4 mg.L -1 Klasifikasi 0,00 - 0,02 Rendah 0,02 - 0,05 Sedang 0,05 - 0,20 Tinggi 0,20 Sangat tinggi Sumber : Poernomo dan Hanafi, 1982 Tingginya nilai konsentrasi fosfat pada saat dilaksanakan penelitian ini mengindikasikan bahwa perairan Danau Toba telah menerima masukan limbah yang bersumber dari aktifitas manusia di badan air maupun di sekitarnya, dimana pada saat ini aktifitas manusia yang dominan di perairan Danau Toba adalah kegiatan budidaya ikan dalam KJA. Kevern 1982 dalam Margonof 2007 menyatakan bahwa pada umumnya kandungan fosfat pada perairan alami adalah sangat kecil, dimana konsentrasinya tidak pernah melampaui 0,1 mgliter, kecuali bila terjadi penambahan dari luar oleh faktor antropogenik seperti dari limbah budidaya ikan dan limbah pertanian. Hasil uji beda nyata ANOVA terhadap parameter PO 4 3- , diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan konsentrasi PO 4 3- antar stasiun penelitian Sig 0,08  0,05 Lampiran 13. Hal ini berarti bahwa daerah perairan danau yang Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 53 - terdapat aktifitas KJA dengan input pakan yang bervariasi stasiun I, II dan III, mempunyai konsentrasi PO 4 3- yang relatif sama dengan perairan danau yang tidak terdapat aktifitas KJA stasiun IV. Meskipun konsentrasi fosfat antar stasiun penelitian tidak berbeda nyata, namun nilai propabilitas sig yang diperoleh sebesar 0,08 adalah nilai yang mendekati nilai signifikan, sehingga cenderung mengarah kepada adanya perbedaan signifikan antar stasiun penelitian. Meskipun perbedaan bobot input pakan ke perairan cukup tinggi antar stasiun penelitian, tetapi hasil pengukuran konsentrasi fosfat di badan air tidak menunjukan perbedaan nyata antar stasiun penelitian. Hal ini dapat disebabkan karena adanya pengaruh faktor lain yang tidak diukur dalam penelitian ini, seperti adanya arus air yang menyebabkan menyebarnya limbah dari stasiun yang mempunyai aktifitas KJA, sehingga limbah KJA tidak hanya terakumulasi di perairan sekitar KJA saja. Keadaan ini dapat diindikasi dari tingginya konsentrasi fosfat yang ditemukan pada stasiun IV kontrol dengan rata-rata 0,1676 mgL. Selain faktor arus air, faktor lain yang dapat mempengaruhi konsentrasi fosfat adalah adanya peranan spesies-spesies ikan liar yang hidup di sekitar KJA, dimana spesies ikan tersebut memanfaatkan sisa-sisa pakan maupun sisa metabolisme faeces dari ikan budidaya sebagai salah satu sumber bahan makananya. Salah satu species ikan liar yang saat ini perkembangan populasinya sangat pesat di perairan Danau Toba adalah ikan bilih Mystacoleucus padangensis. Selain dimanfaatkan oleh spesies ikan liar, limbah KJA yang lolos dari konsumsi ikan-ikan liar di badan air, sebagian besar akan mengalami pengendapan ke dasar danau membentuk sedimen, sehingga limbah KJA terakumulasi di dasar perairan danau. Hal ini didukung oleh Midlen dan Redding 2000 yang mengemukakan bahwa dari keseluruhan limbah posfor yang bersumber dari KJA, hanya 10 yang berada dalam keadaan terlarut, sementara 65 berada dalam bentuk partikel yang akan mengendap ke dasar perairan . Bila data pengukuran konsentrasi PO 4 3- dihubungkan dengan bobot pakan yang diterima oleh masing-masing stasiun penelitian, maka diperoleh gambaran bahwa rata-rata konsentrasi PO 4 3- antar stasiun penelitian cenderung mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya input pakan pada masing-masing Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 54 - stasiun penelitian. Perairan pada stasiun penelitian yang menerima input pakan dengan bobot lebih tinggi, cenderung mempunyai konsentrasi fosfat yang relatif lebih tinggi namun tidak signifikan. Demikian juga sebaliknya, perairan pada stasiun penelitian yang menerima input pakan dengan bobot yang lebih rendah, mempunyai konsentrasi fosfat yang relatif lebih rendah Gambar 4.1. Hal ini mengindikasikan bahwa ada keterkaitan antara bobot input pakan yang diberikan pada kegiatan budidaya ikan KJA dengan terjadinya peningkatan konsentrasi PO 4 3- di badan air. Adanya peningkatan konsentrasi fosfat pada stasiun yang mempunyai aktifitas KJA bila dibandingkan dengan stasiun yang tidak mempunyai aktifitas KJA, terutama diduga bersumber dari hasil dekomposisi dari sisa pakan maupun sisa metabolisme ikan pada KJA yang terbuang ke perairan danau. Hal ini didukung oleh Juaningsih 1997 yang menyatakan bahwa sisa-sisa pakan dan buangan padat dari ikan akan mengalami proses dekomposisi sehingga menghasilkan senyawa-senyawa organik dan anorganik yang antara lain adalah senyawa nitrogen dan fosfor. Selanjutnya, Ryding dan Rast 1989 mengemukakan bahwa dari hasil penelitian KJA yang pernah dilakukan di Swedia, diketahui bahwa untuk setiap produksi 1 ton ikan dalam KJA mempunyai kontribusi input fosfor ke badan air sebesar 85–90 kg. 0,00 0,9467 1,2920 5,0666 0,1676 0,1993 0,2019 0,2262 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00 5,50 I II III IV Stasiun Penelitian Input pakan tonhari PO4 mgL Gambar 4.1 Perbandingan Input Pakan dengan Konsentrasi PO 4 3- pada masing-masing Stasiun Penelitian Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 55 - Hasil uji korelasi pearson diketahui bahwa banyaknya input pakan pada kegiatan budidaya ikan KJA mempunyai korelasi positif dan tidak signifikan dengan pengayaan PO 4 3- pada perairan danau r = 0,894 dan sig = 0,106 lampiran 14. Bila mengacu kepada kriteria hubungan antar faktor yang di kemukakan oleh Sugiono 2005 maka input pakan pada kegiatan budidaya ikan KJA mempunyai korelasi sangat kuat dengan peningkatan konsentrasi PO 4 3- di badan air. Selanjutnya, hasil uji regresi liner sederhana menjelaskan bahwa input pakan pada kegiatan budidaya ikan KJA X mampu mempengaruhi pengayaan PO 4 3- Y dengan persamaan regresi : Y = 0,181 + 00000965 X Lampiran 15. 4.3.2 Aspek Konsentrasi Nitrat NO 3 - Senyawa nitrat NO 3 - adalah bentuk utama senyawa nitrogen yang terdapat di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae di perairan. Nitrat mempunyai sifat yang stabil dan sangat mudah terlarut dalam air. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna terhadap senyawa-senyawa nitrogen di perairan Effendi, 2003. Oleh karena nitrat merupakan nutrien utama yang sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman air seperti fitoplankton dan alga lain, maka apabila k eberadaanya pada suatu perairan dalam konsentrasi yang berlebihan akan dapat merangsang pertumbuhan biomassa fitoplankton dengan pesat, yang selanjutnya akan meningkatkan konsentrasi klorofil-a pada perairan tersebut. Dari hasil pengukuran konsentrasi NO 3 - pada semua stasiun penelitian diketahui bahwa rata-rata konsentrasi NO 3 - antar stasiun bervariasi pada kisaran 0,4240 - 0,7016 mgL. Rata-rata konsentrasi tertinggi terdapat pada stasiun I dan rata-rata konsentrasi terendah terdapat pada stasiun IV. Bila mengacu kepada Vollenweider 1969 dalam Wetzel 1975 maka berdasarkan konsentrasi NO 3 - , perairan Danau Toba pada saat dilakukan penelitian tergolong perairan dengan tingkat kesuburan air mesotrofik Tabel 4.7. Tingkatan kesuburan ini mengindikasikan bahwa telah terjadi pengkayaan senyawa nitrogen, namun dalam batas yang masih dapat di toleransi perairan sehingga belum menunjukkan adanya indikasi pencemaran air Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2008. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 56 - Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Purnomo 2008 yang menyatakan bahwa perairan Danau Toba telah mengalami peningkatan kesubuan air, yakni dari semula tergolong perairan dengan tingkat kesuburan oligotrofik kini telah mengalami perubahan menjadi perairan dengan tingkat kesuburan mesotrofik. Tabel 4.7 Klasifikasi Tingkat Kesuburan Perairan Berdasarkan Konsentrasi Nitrat Sumber: Vollenweider 1969 dalam Wetzel 1975 Hasil uji beda nyata ANOVA konsentrasi nitrat antar stasiun penelitian diperoleh nilai Sig 0,014  0,05 , yang berarti bahwa ada perbedaan signifikan rata-rata konsentrasi NO 3 - antar stasiun penelitian. Selanjutnya hasil uji Tukey HSD memperlihatkan bahwa perbedaan signifikan rata-rata konsentrasi NO 3 - hanya terdapat antara stasiun I dengan stasiun IV sig = 0.007, sementara itu rata- rata konsentrasi NO 3 - antar stasiun yang lainya tidak menunjukan adanya perberbedaan nyata lampiran 13. Oleh karena masing-masing stasiun penelitian mempunyai ikan budidaya dengan jumlah yang berbeda dan juga menerima masukan pakan dalam bobot yang berbeda, berarti adanya beda nyata rata-rata konsentrasi nitrat antar stasiun penelitian berhubungan erat dengan perbedaan jumlah ikan budidaya dan bobot input pakan yang diterima oleh masing-masing stasiun penelitian. Semakin tinggi bobot pakan yang diberikan pada KJA, maka semakin tinggi pula limbah yang akan terbuang ke badan air sebagai beban limbah baik limbah pakan maupun limbah sisa metabolisme ikan. Dalam hal ini, perairan yang paling banyak menerima masukan pakan adalah perairan stasiun I, dengan rata-rata masukan pakan setiap hari sekitar 5.066,67 kghari. Sementara itu, perairan stasiun II menerima masukan pakan sekitar 1.292,06 kghari, perairan stasiun III sekitar Konsentrasi NO 3 - mgL Tingkat Kesuburan 0,226 Oligotrofik 0,227 - 1,129 Mesotrofik 1,130 - 11,250 Eutrofik Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 57 - 946,79 kghari dan perairan stasiun IV tidak ada menerima masukan pakan Tabel 4.1. Apabila limbah yang diterima oleh badan perairan melebihi batas pemanfaatannya oleh biota air, akan dapat berakibat terhadap naiknya konsentrasi nitrat sebagai hasil dari proses dekomposisi limbah tersebut. Juaningsih 1997 menyatakan bahwa sisa-sisa pakan dan buangan padat dari ikan pada giliranya akan terurai melalui proses dekomposisi menjadi senyawa lain seperti senyawa nitrogen NO 3 , NO 2 , NH 3 dan senyawa fosfor yang antara lain adalah PO 4 3- . 0,00 0,9467 1,2920 5,0666 0,424 0,5693 0,5501 0,7016 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00 5,50 I II III IV Stasiun Penelitian Input pakan tonhari NO3 mgL Gambar 4.2 Perbandingan Rata-rata Input Pakan dengan Konsentrasi NO 3 - pada masing-masing Stasiun Penelitian Secara umum rata-rata konsentrasi nitrat antar stasiun cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya input pakan pada kegiatan KJA Gambar 4.2, sehingga rata-rata konsentrasi nitrat pada stasiun yang mempunyai aktifitas KJA relatif lebih tinggi di bandingkan dengan rata-rata konsentrasi nitrat pada stasiun yang tidak ada aktifitas KJA. Keadaan ini mengindikasikan bahwa bobot pakan yang diberikan pada budidaya ikan KJA berpengaruh terhadap terjadinya peningkatan konsentrasi nitrat di badan air. Sejalan dengan itu, Ryding dan Rast 1989 mengemukakan bahwa dari hasil penelitian budidaya ikan KJA yang pernah dilakukan di Swedia diketahui bahwa untuk setiap produksi 1 ton ikan dalam KJA mempunyai kontribusi input nitrogen ke badan air sebesar 12–13 kg. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 58 - Namun demikian, keadaan yang berbeda ditemukan pada stasiun II yang menerima masukan pakan dengan bobot yang lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun III, tetapi rata-rata konsentrasi nitrat pada stasiun II 0,5501 mgL relatif lebih rendah dari rata-ratanya pada stasiun III 0,5693 mgLTabel 4.9. Keadaan ini diduga karena pada stasiun III terdapat sumber lain sebagai pemasok nitrat, yang dalam penelitian ini tidak diukur. Dalam hal ini di perairan sekitar zona garis pantai stasiun III banyak ditemukan gulma air yang tumbuh bergerombol yang didominasi oleh jenis enceng gondok Eichornia crassipes. Apabila biomassa tanaman air tersebut telah mati, maka jaringan tubuh akan mengalami perombakan oleh mikroba yang selanjutnya akan menghasilkan senyawa nitrat ke badan air. Hal ini berhubungan dengan komposisi tumbuhan air, yang pada umumnya adalah mengandung senyawa nitrogen dengan rata-rata sekitar 0,7 dari berat basahnya Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2008. Hasil uji korelasi pearson diketahui bahwa input pakan pada budidaya ikan KJA mempunyai korelasi yang positif dan signifikan dengan konsentrasi NO 3 - r = 0,927 dan sig = 0,073 Lampiran 14. Bila mengacu kepada kriteria tingkat hubungan yang dikemukakan oleh Sugiono 2005, maka input pakan pada kegiatan budidaya ikan KJA mempunyai korelasi yang sangat kuat r = 0,80 - 1,0 dengan terjadinya pengayaan konsentrasi NO 3 - di badan air. Selanjutnya, uji regresi liner sederhana dapat dijelaskan bahwa input pakan X pada budidaya ikan KJA mampu mempengaruhi pengkayan konsentrasi NO 3 - Y pada badan air dengan koefisien determinasi sebesar 86 R 2 = 0,860, dimana peningkatan tersebut mengikuti persamaan regresi liner : Y = 0,475 + 0,0000473 X Lampiran 15. Meskipun hasil penelitian menunjukan terdapat peningkatan konsentrasi nitrat pada stasiun penelitian yang terdapat aktifitas KJA dibandingkan dengan stasiun yang tidak mempunyai aktifitas KJA, namun secara umum kondisi perairan Danau Toba pada masing-masing stasiun penelitian masih tergolong perairan yang normal untuk kwalitas danau-danau di indonesia sesuai dengan yang dinyatakan oleh Lehmusluto Machbub 1995 bahwa rata-rata konsentrasi nitrat untuk danau-danau di indonesia berada pada kisaran 0 – 0,760 mgL. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 59 - 4.3.3 Aspek Konsentrasi Klorofil-a fitoplankton Klorofil-a merupakan pigmen hijau organisme fotoautotrof yang berperan sebagai mediator dalam proses fotosintesis. Keberadaan klorofil-a pada badan air merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi produktivitas primer perairan dan dapat sebagai indikator tingkat kesuburan perairan. Sebenarnya ada 3 macam klorofil yang lajim terdapat pada tumbuhan, yaitu klorofil-a, klorofil-b dan klorofil-c. Dari ketiga pigmen tersebut, klorofil-a merupakan pigmen yang paling umum terdapat pada fitoplankton, dan oleh sebab itu maka biomassa fitoplankton yang terdapat di badan air dapat diketahui melalui pengukuran konsentrasi klorofil-a yang terdapat pada perairan tersebut Parsons et al 1984 dalam Realino et al 2005. Hal ini dapat dilakukan karena setiap organisme fitoplankton mengandung klorofil-a sekitar 1 – 2 dari berat keringnya Realino et al, 2005. Hal yang sama juga ditegaskan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup 2008 yang menyatakan bahwa pertumbuhan fitoplankton pada perairan dapat ditandai dengan peningkatan konsentrasi klorofil-a pada badan air tersebut. Dari hasil pengukuran yang dilakukan pada masing-masing stasiun penelitian, diketahui bahwa rata-rata konsentrasi klorofil-a pada saat penelitian bervariasi antar stasiun pada kisaran 5,4688 – 6,0908 mgm 3 0,5469 – 0,6091 mgL, dimana rata-rata konsentrasi klorofil-a tertinggi terdapat pada stasiun I perairan Panahatan yaikni sebesar 6,0908 mgL, sedangkan rata-rata konsentrasi klorofil-a terendah terdapat pada stasiun IV kontrol sebesar 5,4688 mgL. Bila mengacu kepada Henderson-Seller dan Markland 1987; Welch 1980 yang mengklasifikasikan tingkat kesuburan perairan berdasarkan kandungan klorofil-a, maka perairan Danau Toba untuk semua lokasi penelitian tergolong kepada perairan dengan tingkat kesuburan mesotrof Tabel 4.10. Tingkatan kesuburan mesotrof perairan mengisyaratkan bahwa perairan tersebut telah mengalami pengayaan senyawa nitrogen dan fosfor namun masih dalam batas yang dapat ditoleransi sehingga belum menunjukkan adanya indikasi pencemaran air Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2008. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 60 - Tabel 4.8 Klasifikasi Tingkat Kesuburan Perairan Danau Berdasarkan Konsentrasi Klorofil-a Tingkat Kesuburan Khlorofil-a mgm 3 Oligotrofik 0 - 4 Mesotrofik 4 - 10 Eutrofik 10 - 100 Sumber: Henderson-Seller dan Markland 1987; Welch 1980 Dari hasil uji beda nyata ANOVA terhadap konsentrasi klorofil-a antar stasiun penelitian diperoleh nilai Sig 0,381  0,05 , sehingga dinyatakan tidak ada beda nyata rata-rata konsentrasi klorofil-a antar stasiun penelitian Lampiran 13. Dalam hal ini, konsentrasi klorofil-a pada stasiun penelitian yang mempunyai aktifitas KJA dalam volume dan input pakan yang bervariasi satu sama lain mempunyai rata-rata konsentrasi klorofil-a yang relatif sama dengan konsentrasi klorofil-a pada perairan yang tidak terdapat aktifitas KJA kontrol. Faktor-faktor penunjang pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton klorofil-a sangat kompleks antara faktor fisika, kimia dan biologi perairan Goldman dan Horne, 1983. Pada penelitian ini, tidak ditemukanya perbedaan signifikan konsentrasi klorofil-a antar stasiun penelitian terutama diduga karena faktor biologi, dimana klorofil-a terdapat pada tubuh fitoplankton, sementara itu tubuh fitoplankton merupakan salah satu makanan alami bagi ikan, termasuk makanan bagi ikan-ikan budidaya dalam KJA. Oleh sebab itu maka pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton klorofil-a akan dikendalikan oleh adanya ikan sebagai salah satu konsumen pada perairan tersebut. Hal ini didukung oleh Goldman dan Horne 1983 yang menyatakan bahwa salah satu aspek biologi yang menunjang pertumbuhan fitoplankton adalah adanya aktivitas pemangsaan oleh hewan air. Selain faktor biologi, meratanya konsentrasi klorofil-a pada semua stasiun penelitian dapat juga disebabkan karena faktor adanya pola arus air yang memungkinkan fitoplanton dan nutrien menyebar luas terbawa oleh arus air. Meskipun tidak ada perbedaan nyata konsentrasi klorofil-a antar stasiun penelitian, setidaknya data hasil pengukuran dapat memperlihatkan bahwa ada kecenderungan terjadinya peningkatan rata-rata konsentrasi klorofil-a antar Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 61 - stasiun penelitian seiring dengan meningkatnya input pakan pada budidaya ikan KJA. Dalam hal ini semakin bayak input pakan KJA yang diterima oleh badan air, selalu diikuti dengan meningkatnya konsentrasi klorofil-a pada perairan tersebut, tetapi peningkatan yang terjadi tidaklah signifikan Gambar 4.3. 0,00 0,9467 1,2920 5,0666 0,5469 0,5621 0,5693 0,6091 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00 5,50 I II III IV Stasiun Penelitian Input pakan tonhari Chlorofil-a mgL Gambar 4.3 Perbandingan Rata-rata Input Pakan dengan Konsentrasi Klorofil-a pada Masing-masing Stasiun Penelitian Hasil uji korelasi pearson memperlihatkan bahwa input pakan pada kegiatan budidaya ikan KJA berkorelasi positif dan signifikan dengan terjadinya peningkatan konsentrasi klorofil-a r = 0,994 lampiran 14. Bila mengacu kepada kriteria tingkat hubungan antar faktor yang dikemukakan oleh Sugiono 2005, maka input pakan pada kegiatan budidaya ikan KJA mempunyai korelasi yang sangat kuat 0,80 - 1,0 dengan konsentrasi klorofil-a fitoplankton.

4.3.4 Keterkaitan Nutrien NO