Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011
- 6 - b. Untuk mengetahui hubungan antara input pakan pada kegiatan budidaya ikan
KJA dengan pengayaan nutrien nitrat dan fosfat dan klorofil-a fitoplankton di perairan Danau Toba.
c. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pakan pada budidaya ikan KJA terhadap pengkayaan nutrien di perairan Danau Toba.
d. Untuk mengetahui hugungan nitrat dan fosfat dengan peningkatan konsentrasi klorofil-a di perairan Danau Toba.
1.4. Hipotesis
Pemberian pakan buatan pelet pada kegiatan budidaya ikan keramba jaring apung KJA di perairan Danau Toba, mempunyai korelasi yang kuat dengan
terjadinya pengayaan nutrien, baik pengayaan fosfat PO
4
maupun pengayaan nitrat NO
3
, yang selanjutnya akan memicu peningkatan konsentrasi klorofil-a fitoplankton pada pada badan perairan danau.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut : a. Sebagai bahan informasi bagi instansi terkait dalam merumuskan kebijaksanaan
yang berkaitan dengan pengelolaan Ekosistem Danau Toba, hususnya kebijakan tentang pengendalian pencemaran perairan yang bersumber dari
kegiatan budidaya ikan kerambah jaring apung. b. Sebagai sumber informasi ilmiah bagi masyarakat, hususnya masyarakat pelaku
budidaya ikan KJA dalam upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya perairan Danau Toba.
c. Sebagai bahan acuan dan pembanding bagi kemungkinan penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan kegiatan budidaya ikan KJA dan
pengayaan nutrien pada perairan.
Universitas Sumatera Utara
Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011
- 7 - BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekosistem Danau
Secara umum, ekosistem perairan darat dapat dibagi menjadi dua seri yaitu perairan lentik dan perairan lotik. Perairan lentik disebut juga perairan tenang
karena mempunyai kecepatan arus yang lambat sehingga terjadi akumulasi massa air dalam periode waktu yang cukup lama. Yang termasuk perairan lentik adalah
danau, kolam rawa, waduk, situ dan telaga. Sementara itu perairan lotik merupakan perairan berarus deras atau memiliki kecepatan arus tinggi yang
disertai dengan perpindahan massa air dengan cepat. Yang termasuk kedalam perairan lotik misalnya sungai dan kanal.
Sebagai salah satu bentuk ekosistem, perairan danau terdiri dari faktor abiotik fisika dan kimia dan faktor biotik produsen, konsumen dan
dekomposer, dimana faktor-faktor tersebut membentuk suatu hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Secara fisik, danau
merupakan suatu tempat yang luas yang mempunyai air tetap, jernih atau beragam dengan aliran tertentu dan keberadaan tumbuhan air terbatas hanya pada daerah
pinggir saja Jorgensen and Vollenweiden, 1989; Barus, 2004. Menurut Ruttner 1977, danau adalah suatu badan air alami yang selalu tergenang sepanjang tahun
dan mempunyai mutu air tertentu yang beragam dari satu danau ke danau yang lain, serta mempunyai produktivitas biologi yang tinggi.
Sebagai ekosistem perairan lentik, perairan danau ditandai dengan keadaan arus air yang sangat lambat 0,001 – 0,01 mdetik atau bahkan tidak ada arus
sama sekali, sehingga waktu tinggal air residence time dapat berlangsung dalam waktu sangat lama. Karena kondisi arus air pada danau sangat lambat, maka
pengaruhnya tidak begitu besar terhadap kehidupan organisme yang ada di dalamnya. Faktor yang sangat penting pada ekosistem danau adalah pembagian
Universitas Sumatera Utara
Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011
- 8 - daerah air secara vertikal stratifikasi, dimana setiap lapisan air memiliki sifat
yang berbeda satu sama lain. Adanya perbedaan sifat air antar lapisan terutama berkaitan dengan perbedaan intensitas cahaya matahati yang diserap, yang
selanjutnya menyebabkan terjadinya perbedaan suhu air pada setiap kedalaman. Berdasarkan adanya perbedaan suhu yang terdapat pada setiap kedalaman
air, Effendi 2003 membedakan suatu perairan danau secara vertikal menjadi 3 tiga stratifikasi, yaitu :
1. Epilimnion, merupakan lapisan bagian atas dari perairan danau. Lapisan ini merupakan bagian yang hangat dari kolom air dengan keadaan suhu yang
relatif konstan perubahan suhu secara vertikal sangat kecil. Seluruh massa air pada lapisan ini dapat bercampur dengan baik akibat dari pengaruh angin
dan gelombang. 2. Metalimnion atau yang sering disebut termoklin. Lapisan ini berada disebelah
bawah lapisan epilimnion. Pada lapisan ini perubahan suhu secara vertikal relatif besar, dimana setiap penambahan kedalaman 1 meter, terjadi penurunan
suhu air sekitar 1 C.
3. Hipolimnion, adalah lapisan paling dalam dari perairan danau, yang terletak di sebelah bawah lapisan termoklin. Lapisan ini mempunyai suhu yang lebih
dingin dan perbedaan suhu vertikal relatif kecil, massa airnya stagnan, tidak mengalami percampuran dan memiliki kekentalan air densitas lebih besar.
Selain membedakan lapisan air berdasarkan suhu, suatu perairan danau dapat juga dibedakan berdasarkan kedalaman penetrasi cahaya matahari kedalam
badan air menjadi beberapa zona. Dalam hal ini, Odum 1996 membedakan suatu perairan danau menjadi 3 tiga zona, yaitu :
1. Zona litoral, adalah daerah perairan dangkal pada danau, dimana penetrasi cahaya dapat mencapai hingga ke dasar perairan. Organisme utama yang
hidup pada zona ini terdiri dari produser yang meliputi tanaman berakar anggota spermatophyta dan tanaman yang tidak berakar fitoplankton,
ganggang, sedangkan konsumernya meliputi beberapa larva serangga air, rotifera, moluska, ikan, penyu, zooplankton dan lain sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011
- 9 - 2. Zona limnetik, adalah daerah perairan terbuka sampai pada kedalaman
penetrasi cahaya yang efektif, sehingga daerah ini efektif untuk proses fotosintesis. Organisme utama yang hidup pada zona ini terdiri dari produser
yang meliputi fitoplankton dan tumbuhan air yang terapung-apung bebas, sedangkan organisme konsumernya meliputi zooplankton dari copepoda,
rotifera dan beberapa jenis ikan. 3. Zona profundal, adalah daerah dasar dari perairan danau yang dalam, dimana
pada daerah ini tidak dapat lagi dicapai oleh penetrasi cahaya efektif. Sebagai organisme utama yang hidup pada zona ini adalah konsumer yang meliputi
jenis cacing darah dan kerang-kerang kecil.
2.2 Status Trofik Perairan