Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011
- 46 - Secara umum nilai pH yang didapatkan dari semua stasiun penelitian, baik
stasiun yang terdapat aktifitas KJA maupun stasiun yang tidak terdapat aktifitas KJA masih berada dibawah nilai ambang batas baku mutu air untuk kelas I
Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001, dan mampu mendukung kehidupan setiap biota perairan seperti yang dinyatakan dalam keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup KEP No.51MNLHI2004, bahwa kisaran pH yang dapat menopang kehidupan organisme perairan adalah 6.50-8.50. Selanjutnya Pescod
1973 menyatakan bahwa nilai pH yang sesuai untuk kehidupan fitoplankton di perairan adalah pada kisaran 6,5 – 8,0.
Melalui uji beda nyata ANOVA diketahui bahwa nilai sig
0,134
0,05
, sehingga disimpulkan bahwa tidak ada beda nyata rata-rata nilai pH air antar ke
empat stasiun penelitian, baik antar stasiun penelitian yang terdapat aktifitas KJA maupun stasiun penelitian yang tidak terdapataktifitas KJA lampiran 13.
4.2.4 DO Dissolved oxygen
Oksigen merupakan salah satu gas terlarut di perairan yang keberadaanya sangat diperlukan oleh organisme aerob perairan untuk kelangsungan hidupnya.
Keberadaan oksigen terlarut di perairan terutama berasal dari diffusi oksigen yang terdapat di atmosfer. Oksigen berdifusi ke dalam air secara langsung pada kondisi
diam stagnant atau karena pergolakan massa air agitasi akibat adanya gelombang atau angin Margonof, 2007. Selain itu oksigen terlarut juga
bersumber dari hasil proses fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton dan tumbuhan air lainya pada lapisan epilimnion perairan.
Hasil pengukuran parameter oksigen terlarut DO perairan danau toba pada saat dilaksanakan penelitian, diketahui bahwa rata-rata konsentrasi oksigen
terlarut pada masing-masing stasiun penelitian berada pada kisaran 6,1889 – 6,60 mgL. Rata-rata nilai terendah terdapat pada stasiun I 6,1889 mgL dan rata-rata
nilai tertinggi terdapat pada stasiun IV 6,60 mgL. Dari hasil uji ANOVA diketahui bahwa nilai sig
0,004
0,05
,
yang berarti ada perbedaan yang signifikan konsentrasi oksigen terlarut DO antar
stasiun penelitian. Selanjutnya, hasil pengujian Tukey HSD memperlihatkan
Universitas Sumatera Utara
Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011
- 47 - bahwa perbedaan yang signifikan rata-rata kandungan oksigen terlarut DO
terdapat antara antara stasiun I Panahatan dengan stasiun III Sipolha dengan nilai sig = 0,030, demikian juga halnya antara stasiun I Panahatan dengan
stasiun IV kontrol dengan nilai sig = 0,003. Sedangkan perairan pada stasiun penelitian lainnya mempunyai rata-rata nilai konsentrasi oksigen terlarut relatif
sama atau tidak berbeda signifikan satu sama lain lampiran 13. Adanya perbedaan nyata nilai DO antar stasiun penelitian menunjukan
bahwa nilai DO mempunyai keterkaitan dengan perbedaan input pakan KJA pada keempat stasiun penelitian, dimana input pakan terbanyak adalah pada stasiun I
sebanyak lebih kurang 5.066,67 kghari dan pada stasiun IV kontrol tidak terdapat budidaya ikan KJA sehingga tidak ada input pakan ke perairan. Semakin
tinggi input pakan pada budidaya ikan KJA, berarti semakin tinggi limbah organik yang terbuang ke badan air. Selanjutnya, limbah organik KJA akan mengalami
proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai dengan memanfaatkan oksigen yang terlarut dalam air sehingga berakibat terhadap berkurangnya kandungan
oksigen terlarut dalam air. Selain karena adanya peroses dekomposisi bahan-bahan organik, penurunan
konsentrasi DO air juga disebabkan karena keberadaan ikan-ikan budidaya pada KJA yang memanfaatkan oksigen dalam peroses pernafasanya, dimana oksigen
tersebut diserap dari oksigen yang terlarut dalam air. Hal ini didukung oleh Beveridge 1987 yang menyatakan bahwa laju konsumsi oksigen pada daerah
perairan yang terdapat budidaya KJA dua kali lebih tinggi dibanding laju konsumsi oksigen pada perairan yang tidak terdapat aktifitas KJA.
Walaupun hasil penelitian memperlihatkan terjadinya penurunan nilai DO seiring meningkatnya aktifitas KJA, namun secara umum berdasarkan nilai DO
perairan Danau Toba pada masing-masing stasiun penelitian masih menunjukan kualitas perairan yang baik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Barus 2004
yang menyatakan bahwa nilai DO yang mengindikasikan kualitas air baik adalah pada kisaran 6-8 mgL. Selanjutnya, bila mengacu Peraturan Pemerintah Nomor
82 tahun 2001, maka perairan Danau Toba pada semua stasiun penelitian masih memenuhi kriteria baku mutu air untuk kelas I.
Universitas Sumatera Utara
Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011
- 48 - 4.2.5 BOD
5
Biochemical Oxygen Demand
BOD
5
merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk menggambarkan keberadaan bahan organik pada perairan sebagai senyawa
sumber nutrien, dimana konsentrasi BOD
5
merupakan banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerob untuk dapat menguraikan bahan-bahan
organik yang terdapat pada setiap satu liter air Boyd, 1981; APHA 1989. Nilai BOD
5
yang tinggi menggambarkan banyaknya bahan organik yang terdekomposisi di perairan dengan menggunakan sejumlah oksigen yang terlarut
di badan air. Dari hasil pengukuran parameter BOD
5
perairan Danau Toba pada saat dilakukan penelitian ini diketahui rata-rata konsentrasi BOD
5
antar stasiun penelitian bervariasi pada kisaran 0,4946 – 0,6928
mgL. Rata-rata konsentrasi tertinggi terdapat pada stasiun I 0,6928
mgL dan rata-rata nilai terendah terdapat pada stasiun IV 0,4946 mgL. Nilai ini tergolong rendah, sehingga
berdasarkan nilai BOD
5
, perairan Danau Toba pada semua stasiun penelitian
masih tergolong dalam kualitas yang baik dan belum terjadi pencemaran senyawa organik yang berat. Hal ini sesuai dengan Brower, et.al.1990, yang menyatakan
bahwa kualitas perairan yang tergolong baik apabila konsumsi oksigen selama 5 hari maksimum sampai 5 mgl, dan apabila konsumsi oksigen berkisar antara 10 -
20 mgl menunjukkan adanya pencemaran oleh senyawa organik yang tinggi. Selanjutnya, berdasarkan peraturan pemerintah nomor 82 tahun 2001, perairan
Danau Toba pada semua stasiun penelitian masih memenuhi kriteria baku mutu air untuk kelas I.
Hasil uji beda nyata ANOVA terhadap parameter BOD
5
memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata konsentrasi BOD
5
antar ke empat stasiun penelitian Sig
0,385
0,05
lampiran 13. Hal ini mengindikasikan bahwa perairan yang terdapat aktifitas KJA dengan perairan
yang tidak ada aktifitas KJA mempunyai konsentrasi BOD
5
yang relatif sama. Demikian juga antar stasiun penelitian dengan jumlah aktifitas KJA yang berbeda,
juga mempunyai konsentrasi BOD
5
yang relatif sama tidak berbeda nyata.
Universitas Sumatera Utara
Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011
- 49 - Meskipun tidak ada perbedaan signifikan konsentrasi BOD
5
antar stasiun penelitian, data
hasil pengukuran konsentrasi BOD
5
pada penelitian ini dapat memperlihatkan bahwa ada kecenderungan terjadi peningkatan konsentrasi BOD
5
antar stasiun penelitian seiring dengan meningkatnya input pakan pada kegiatan KJA di masing-masing stasiun penelitian. Stasiun penelitian yang terdapat
aktifitas KJA stasiun I, II dan III mempunyai rata-rata konsentrasi BOD
5
relatif lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun tanpa aktifitas KJA stasiun I atau
kontrol. Hal ini mengindikasikan bahwa perairan yang mempunyai aktifitas KJA cenderung mengalami peningkatan kandungan senyawa organik yang diduga
bersumber dari limbah aktifitas KJA. Menumpuknya senyawa organik di perairan akan berakibat terhadap semakin meningkatnya proses dekomposisi oleh
mikroorganisme pengurai, sehingga berakibat terhadap meningkatnya konsentrasi BOD
5
pada badan perairan tersebut
4.2.6 COD Chemical Oxygen Demand