Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011
- 44 - tertinggi terdapat pada stasiun IV dengan rata-rata 10,17 meter. Bila mengacu
kepada Henderson et al.1987 tentang kriteria tingkat kesuburan air berdasarkan kecerahan, maka pada saat dilakukan penelitian, kondisi perairan Danau Toba di
semua stasiun penelitian tergolong perairan dengan tingkat kesuburan oligotrof Tabel 4.4.
Tabel 4. 4 Tingkat Kesuburan Air Berdasarkan Kecerahan Kecerahan m
Tingkat Kesuburan
6 Oligotrof
3 – 6 Mesotrof
3 Eutrof
Sumber : Henderson et al,1987 Hasil uji beda nyata ANOVA parameter kecerahan air, diketahui ada
perbedaan yang signifikan rata-rata kecerahan air antar stasiun penelitian sig
0,017
0,05
. Selanjutnya, uji Tukey HSD memperlihatkan bahwa perbedaan rata-rata kecerahan air hanya terdapat antara stasiun I dengan stasiun IV sig
0,011 Lampiran 13. Adanya perbedaan nyata parameter kecerahan air antara stasiun I dengan stasiun IV diduga disebabkan karena perbedaan partikel-partikel
tersuspensi pada badan air yang menghambat penetrasi cahaya. Secara kasat mata, keberadaan partikel-partikel tersuspensi terindikasi lebih banyak ditemukan pada
perairan stasiun I, sehingga kuat dugaan bahwa partikel-partikel tersebut terutama bersumber dari sisa-sisa pakan dan sisa metabulisme ikan budidaya pada KJA.
Secara ekologis, menurunya nilai kecerahan berakibat terhadap penurunan penetrasi cahaya matahari kedalam badan air, yang selanjutnya menurunkan laju
fotosintesis oleh fitoplankton sebagai sumber utama oksigen terlarut dalam air.
4.2.2 Temperatur Air Suhu
Temperatur air merupakan salah satu faktor yang perananya sangat penting dalam proses metabolisme, seperti proses dekomposisi senyawa organik dalam air
oleh mikroorganisme. Karena suhu sangat penting dalam proses metabolisme, maka kenaikan suhu air sampai batas tertentu akan menyebabkan peningkatan
konsumsi oksigen oleh organisme akuatik, yang selanjutnya akan berakibat terhadap penurunan konsentrasi oksigen terlarut pada air Margonof, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011
- 45 - Hasil pengukuran temperatut air selama penelitian memperlihatkan bahwa
temperatur air pada masing-masing stasiun penelitian tidak menunjukan variasi yang tinggi, yaitu berkisar antara 25
o
C - 25,17
o
C. Rata-rata temperatur air tertinggi terdapat pada stasiun I 25,17
C dan rata-rata temperatur air terendah terdapat pada stasiun IV 25
C. Kondisi rata-rata nilai temperatur air pada semua stasiun penelitian, baik stasiun yang terdapat aktifitas KJA maupun stasiun yang
tidak terdapat aktifitas KJA masih berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh organisme akuatik dan sesuai bagi fitoplankton untuk dapat tumbuhan dan
berkembang dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi 2003 yang menyatakan bahwa kisaran suhu yang optimum untuk pertumbuhan fitoplankton
pada perairan adalah berkisar 20 - 30
o
C. Bila mengacu kepada peraturan pemerintah nomor 82 tahun 2001, maka perairan Danau Toba pada semua stasiun
penelitian masih memenuhi kriteria baku mutu air untuk kelas I. Dari hasil pengujian beda nyata ANOVA antar stasiun diketahui bahwa
nilai sig
0,827
0,05
, sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata temperatur air pada masing-masing stasiun penelitian, baik stasiun penelitian yang terdapat
aktifitas KJA maupun stasiun penelitian yang tidak terdapat aktifitas KJA adalah tidak berbeda nyata lampiran 13.
4.2.3 pH Air
Nilai pH air merupakan gambaran dari keseimbangan antar asam dan basa suatu perairan. Nilai pH yang terlalu rendah akan berpengaruh terhadap
peningkatan mobilitas berbagai senyawa logam yang bersifat toksik. Demikian juga sebaliknya, pH yang terlalu tinggi menyebabkan terganggunya keseimbangan
antara senyawa ammonium dan ammoniak dalam air, dimana kenaikan pH diatas netral akan berpengaruh terhadap peningkatan konsentrasi amoniak Barus, 2004.
Hasil yang diperoleh dari pengukuran pH air, dapat dijelaskan bahwa nilai pH air pada masing-masing stasiun penelitian tidak memperlihatkan variasi yang
menyolok, dimana rata-rata pH atar stasiun berada pada kisaran 7,13 – 7,43. Rata-rata nilai pH air tertinggi ditemukan pada stasiun IV sebesar 7,43, dan rata-
rata nilai pH terendah ditemukan pada stasiun I stasiun kontrol sebesar 7,13.
Universitas Sumatera Utara
Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011
- 46 - Secara umum nilai pH yang didapatkan dari semua stasiun penelitian, baik
stasiun yang terdapat aktifitas KJA maupun stasiun yang tidak terdapat aktifitas KJA masih berada dibawah nilai ambang batas baku mutu air untuk kelas I
Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001, dan mampu mendukung kehidupan setiap biota perairan seperti yang dinyatakan dalam keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup KEP No.51MNLHI2004, bahwa kisaran pH yang dapat menopang kehidupan organisme perairan adalah 6.50-8.50. Selanjutnya Pescod
1973 menyatakan bahwa nilai pH yang sesuai untuk kehidupan fitoplankton di perairan adalah pada kisaran 6,5 – 8,0.
Melalui uji beda nyata ANOVA diketahui bahwa nilai sig
0,134
0,05
, sehingga disimpulkan bahwa tidak ada beda nyata rata-rata nilai pH air antar ke
empat stasiun penelitian, baik antar stasiun penelitian yang terdapat aktifitas KJA maupun stasiun penelitian yang tidak terdapataktifitas KJA lampiran 13.
4.2.4 DO Dissolved oxygen