Parameter Biologi Uji Regresi Input Pakan dengan Konsentrasi PO

Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 33 - 2. DO Dissolved oxygen Pengukuran nilai DO air dilakukan dengan metode winkler, dengan mengacu kepada Michael 1984 ; Suin 2002, Lampiran 2. 3. COD Chemical Oxygen Demand Pengukuran nilai COD dilakukan dengan metode titrimetri. Titrasi sampel air dilakukan dengan menggunakan larutan triosulfat dengan mengacu kepada Michael, 1984; Suin, 2002. Lampiran 3 4. BOD 5 B iochemical Oxygen Demand Pengukuran nilai BOD 5 dilakukan dengan metode winkler. Pengukuran terdiri dari 2 tahapan, yaitu: 1 pengukuran DO sampel air langsung di lokasi, dan 2 pengukuran DO sampel air setelah diinkubasi selama 5 hari Michael, 1984 ; Suin, 2002. Lampiran 4 5. Kandungan Nitrat NO 3 -N Pengukuran konsentrasi nitrat dilakukan dengan metode spektrofotometri. Pengukuran absorban dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer SP 300 pada panjang gelombang = 410 nm Michael, 1984 ; Suin, 2002, Lampiran 5 6. Kandungan Fosfat PO 4 3- Pengukuran konsentrasi fosfat dilakukan dengan metode spektrofotometri. Pengukuran absorban dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer SP 300 pada panjang gelombang = 880 nm Michael, 1984 ; Suin, 2002, Lampiran 6.

c. Parameter Biologi

1. Konsentrasi klorofil-a Fitoplankton Pengukuran konsentrasi klorofil-a fitoplankton pada sampel air dilakukan dengan Metode Spektrofotometri. Sampel air terlebih dahulu disaring dengan menggunakan kertas whatman GFF, dan kemudian dilarutkan dengan pelarut aceton 90 . Pengukuran absorban dilakukan dengan spektrofotometer SP 300 pada panjang gelombang 630 nm, 647 nm dan 664 nm Seameo Biotrop et al., 2002 Lampiran 7. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 34 - Tabel 3.1 Parameter, Satuan, AlatMetode dan Tempat Pengukuran Parameter Penelitian No Parameter Satuan AlatMetode Tempat Pengukuran Budidaya KJA 1 Luas KJA m 2 Meter gulung In - situ 2 Kepadatan ikan ekorm 2 Wawancara 3 Input pakan kghari Wawancara In - situ Parameter Fisika 1 Intensitas Cahaya Candella Lux meter In - situ 2 Temperatur Air °C Termometer Hg In - situ 3 Kecerahan m Keping Sechii In - situ Parameter Kimia 1 pH - pH meter In - situ 2 DO mgl MetodeWinkler In - situ 3 COD mgl Met. Titrimetri Lab.Uji Mutu USU 4 BOD 5 mgl Metode Winkler Lab.Uji Mutu USU 5 Nitrat NO 3 - -N mgl Spektrofotometri Lab.Uji Mutu USU 6 Fosfat PO 4 3- -P mgl Spektrofotometri Lab.Uji Mutu USU Parameter Biologi 1 Klorofil-a mgm 3 Spektrofotometri Lab.Uji Mutu USU

3.6 Metode Analisis Data

Data-data parameter penelitian akan dianalisis secara statistik untuk selanjutnya diinterprestasikan. Langkah-langkah utama yang dilakukan dalam menganalisis data-data penelitian ini terdiri dari: analisis deskriptif, uji normalitas, uji homogenitas, uji ANOVA, analisis korelasi dan regresi linear.

3.6.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan dengan menyusun dan menyajikan data penelitian dalam bentuk grafik distribusi input pakan pellet, konsentrasi NO 3 - , konsentrasi PO 4 3- dan konsentrasi klorofil-a, sehingga dapat diketahui gambaran kecendrungan dari masing-masing parameter. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 35 -

3.6.2 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan tujuan mengetahui apakah data mempunyai distribusi yang normal atau tidak normal. Metode yang digunakan adalah metode Kolmogorov-Smirnov. Untuk mendeteksi normalitas data penelitian dilakukan dengan melihat nilai signifikan hitung p dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut : Hypotesis uji ; H : Data berdistri normal H a : Data tidak berdistri normal Pengambilan keputusan : Bila nilai sig p  0,05 : maka H diterima Bila nilai sig p  0,05 : maka H ditolak, H a diterima

3.6.3 Uji ANOVA

Uji analisis of varian ANOVA digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rata-rata konsentrasi nutrien nitrat dan fosfat dan klorofil-a, antar keempat stasiun penelitian, baik stasiun yang terdapat aktifitas KJA maupun yang tidak terdapat aktifitas KJA. Pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai propabilitas sig p dengan nilai  0,05 : Hypotesis uji: H : Tidak ada perbedaan rata-rata parameter antara staniun penelitian H a : Ada perbedaan rata-rata parameter antara staniun penelitian Pengambilan keputusan; Bila nilai sig p  : maka H diterima Bila nilai sig p  : maka H ditolak, H a diterima Bila hasil uji beda nyata ANOVA menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan rata-rata nilai parameter antar stasiun penelitian, maka uji ANOVA dilanjutkan dengan uji Tukey HSD, yang bertujuan untuk mengetahui pada stasiun yang mana saja parameter tersebut yang dinyatakan berbeda signifikan. Bila hasil uji Tukey HSD menunjukan nilai sig p  maka rata-rata nilai parameter antar kedua stasiun tidak berbeda nyata, sedangkan bila nilai sig p  maka rata-rata nilai parameter antar kedua stasiun berbeda nyata Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 36 -

3.6.4 Analisis Korelasi Pearson

Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui arah dan kekuatan hubungan antara input pakan dengan konsentrasi nutrien dan klorofil-a, dan antara konsentrasi nutrien dengan konsentrasi klorofil-a. Hubungan antara variabel tersebut dinyatakan dengan nilai koefisien korelasi r, dengan persamaan :                2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n r Sudjana, 1996 Keterangan: r = Koefisien korelasi X = Variabel Independen Rata-rata input pakan hari Y = Variabel dependen konsentrasi nitrat, fosfat dan klorofil-a n = Jumlah data Nilai koefisien korelasi r berada dalam batas interval : -1  r  1 a. Jika nilai r positif, maka hubungan antara variabel adalah hubungan yang searah. b Jika nilai r negatif, maka hubungan antara variabel adalah hubungan yang berlawanan arah. c. Jika nilai r = 0, maka ke dua variabel tidak berhubungan satu sama lain

3.6.5 Analisis Regresi Liner

Analisis regresi liner dilakukan untuk mengetahui koefisien regresi, yang berguna untuk menunjukan pola hubungan variabel independen X terhadap variabel dependen Y. Untuk mengetahui pola hubungan input pakan X dengan masing-masing parameter kesuburan air Y baik konsentrasi nitrat, fosfat maupun klorofil-a dilakukan dengan analisis regresi liner sederhana, dengan persamaan regresi : Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 37 - Y = a + bX 2 2 2 X X n XY X X Y a          2 2 X X n Y X XY n b         Sudjana 1996 Untuk mengetahui pola hubungan konsentrasi fosfat X 1 dan nitrat X 2 secara bersama-sama terhadap konsentrasi klorofil-a fitoplankton Y, dilakukan dengan analisis regresi liner berganda, dengan persamaan ; Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 Sudjana 1996 Keterangan : Y = Variabel dependen independen. a = Konstanta Intersep b = Koefisien regresi slope n = Banyak data

3.6.6 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi input pakan terhadap konsentrasi nitrat, fosfat dan klorofil-a, dan kontribusi nutrien terhadap peningkatan klorofil-a. D = r 2 x 100 Sudjana, 1996 Keterangan: D = Koefisien determinasi r = koefisien korelasi Untuk memudahkan dalam perhitungannya, maka analisis data penelitian dilakukan dengan menggunakan alat bantu komputer, dengan softwear SPSS for Windows Versi 15.00 dan Microsoft office exel 2003. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 38 - BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Budidaya Ikan pada KJA

4.1.1 Bentuk, Ukuran dan Volume KJA

Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan pelaku budidaya ikan KJA di lokasi penelitian, diketahui bahwa KJA yang digunakan di lokasi penelitian adalah KJA yang berbentuk bujur sangkar, dengan ukuran panjang x lebar bervariasi mulai dari 4 m x 4 m hingga 6 m x 6 m, dan kedalaman KJA berkisar 3 - 4 meter. Pada stasiun I Sibaganding terdapat KJA sebanyak 380 unit dengan luas total lebih kurang 9.500 m 2 , pada stasiun II Desa Tambun Raya terdapat 103 unit KJA dengan luas total lebih kurang 2.188 m 2 , pada stasiun III Desa Sipolha terdapat 64 unit KJA dengan luas total lebih kurang 1.498 m 2 , sedangkan pada stasiun IV tidak terdapat kegiatan KJA Tabel 4.1. Secara umum KJA di tempatkan di sekitar garis pantai pada kedalaman air lebih dari 5 meter.

4.1.2 Benih Ikan dan Kepadatan Tebar

Pada umumnya budidaya ikan yang dilakukan pada semua lokasi penelitian adalah sistim monokultur, yaitu dengan membudidayakan satu jenis ikan saja pada satu unit KJA. Ikan yang dibudidayakan adalah dari jenis ikan mas Cyprinus carpio atau ikan nila Oreochromis niloticus, dengan kepadatan tebar benih adalah bervariasi antara petani KJA. Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan pelaku KJA di stasiun I diketahui bahwa pada awal pemeliharaan, rata-rata kepadatan tebar benih ikan berkisar 200 ekor m 2 KJA, sehingga total jumlah benih ikan yang ditebar pada stasiun I berkisar 1.900.000 ekorsatu kali masa panen. Pada stasiun II, rata-rata kepadatan tebar benih berkisar 235,5073 ekor m 2 KJA, sehingga total jumlah ikan Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 39 - yang ditebar pada stasiun II berkisar 525.962,71 ekor satu kali masa panen, sedangkan pada stasiun III, rata-rata kepadatan tebar benih berkisar 241,8033 ekorm 2 KJA, sehingga total jumlah ikan yang ditebar pada stasiun III berkisar 376.523,42 ekorsatu kali masa panen Tabel 4.1. Ukuran benih yang ditebar pada masing-masing KJA juga bervariasi satu sama lain tergantung pada ketersediaan benih dan ukuran mata jaring yang digunakan. Namun, secara umum benih ikan yang ditebar petani KJA pada semua lokasi penelitian adalah berukuran sekitar 4-8 cm ekor ikan.

4.1.3 Pemberian Pakan

Kegiatan budidaya ikan KJA di daerah penelitian tergolong budidaya intensif yaitu dengan kepadatan tebar benih ikan cukup tinggi, sehingga untuk dapat mencapai pertumbuhan secara optimal, tidak dapat hanya dengan menggantungkan kebutuhan makanan yang tersedia secara alami dari lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu selama masa pemeliharaan ikan diberikan pakan berupa pakan buatan pellet. Dari pengamatan di lokasi penelitian diketahui bahwa pellet yang digunakan petani KJA bervariasi, yang antara lain dengan merek dagang Global Feed, Bio Carp Cargill, Charoen Phokpand, Comfeed, dan ada juga yang menggunakan pellet buatan sendiri. Setiap jenis pelet mempunyai komposisi yang berbeda satu sama lain, namun secara umum komposisi pelet yang dipergunakan terdiri dari protein 15 - 32 , lemak minimum 4 , serat kasar maksimum 7 , abu maksimum 13 , air maksimum 12 , dan selebihnya terdiri dari macam-macam vitamin. Dalam penentuan bobot pakan pellet yang diberikan, petani KJA terkesan tidak mengikuti suatu aturan tertentu, melainkan hanya berdasarkan kebiasaan dan kekenyangan ikan, yang ditandai dari respon ikan terhadap pakan yang diberikan. Frekwensi pemberian pakan yang dilakukan petani KJA berbeda-beda satu sama lain. Namun secara umum pemberian pakan dilakukan sebanyak 2-3 kali hari, yaitu pada waktu pagi, siang dan sore hari. Selain pemberian pakan buatan pelet, untuk meningkatkan bobot ikan pada saat dipanen, maka selama satu bulan sebelum tiba waktu panen ikan juga diberikan jagung sebagai pakan tambahan. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 40 - Pada umumnya ikan akan dipanen setelah mencapai biomassa rata-rata 600- 800 gramekor, dimana untuk mencapai ukuran panen tersebut, biasanya memerlukan waktu pemeliharaan sekitar 6 bulan, tergantung ukuran benih yang ditebar, pemeliharaan, permintaan konsumen, kecukupan modal dan harga pasar. Melalui pengamatan dan wawancara dengan pelaku KJA di masing-masing stasiun penelitian, diketahui bahwa rata-rata bobot pakan pelet yang masuk ke perairan setiap hari adalah bervariasi antar stasiun penelitian tergantung kepada volume KJA yang beroperasi dan kepadatan tebar benih ikan budidaya. Dari hasil penelitian yang diperoleh diketahui bahwa rata-rata bobot pakan pelet yang masuk ke perairan stasiun I adalah lebih kurang 5.066,67 kghari, ke perairan stasiun II lebih kurang 1.292,06 kghari, ke perairan stasiun III lebih kurang 946,79 kghari, dan ke perairan stasiun IV tidak ada masukan pelet karena pada perairan tersebut tidak terdapat kegiatan KJA Tabel 4.1. Tabel 4.1 Keadaan Budidaya Ikan KJA di Setiap Stasiun Penelitian Asupan Pakan Stasiun Jlh Unit KJA Unit Total Luas KJA m 2 Kepadatan benih ekorm 2 Jlh.Benih ekor kg priode kg hari I 380 9.500 200 1.900.000 760.000 5.066,67 II 103 2.188 235,51 525.962,71 193.808,70 1.292,06 III 64 1.498 241,80 376.523,42 142.019,09 946,79 IV 00 00 00 00 00 00 Sumber : Analisis dari data primer Lampiran 8 Keterangan Stasiun I : Perairan Desa Panahatan Stasiun II : Perairan Desa Tambun Raya Stasiun III : Perairan Desa Sipolha Stasiun IV kontrol : Pasir Matabu

4.1.4 Estimasi Beban Limbah KJA

Menurut Mc.Donald et al.1996; Boyd 1999 bahwa dari sejumlah pakan buatan pelet yang diberikan kepada ikan budidaya pada keramba jaring apung, hanya 70 yang berhasil dikonsumsi oleh ikan budidaya pada keramba, Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 41 - sedangkan 30 lagi akan tertinggal dan terbuang sebagai sisa pakan yang tidak terkonsumsi oleh ikan budidaya. Selanjutnya, dari sejumlah pakan yang berhasil dikonsumsi oleh ikan budidaya, setelah dikonversikankan didalam tubuh ikan, sebanyak 25 – 30 akan diekskresikan kembali ke badan air sebagai sisa metabolisme yaitu dalam bentuk urine dan faeses. Dari data hasil pengamatan pada masing-masing stasiun penelitian, bila diasumsikan bahwa 30 dari pakan yang diberikan tidak terkonsumsi oleh ikan budidaya dan 25 – 30 dari pakan yang dikonsumsi oleh ikan, akan diekskresikan kembali ke badan air sebagai sisa metabolisme seperti yang dinyatakan Mc.Donald et al. 1996; Boyd 1999, maka total sisa pakan sebagai limbah yang terbuang ke perairan pada masing-masing stasiun penelitian jumlahnya cukup besar, seperti yang disajikan pada tabel 4.2 berikut : Tabel 4.2 Estimasi Limbah KJA yang Terbuang ke Perairan Danau Toba pada masing-masing Stasiun Penelitian Stasiun Penelitian I II III IV Input pakan kghari 5.066,67 1.292,06 946,79 Di konsumsi ikan kghari 3.546,67 904,44 662,75 Tdk dikonsumsi kghari 1.520,00 387,62 284,04 Sisa metabolisme kghari 886,67 226,11 165,69 Total limbah KJA kghari 2.406,67 613,73 449,73 Sumber : Analisis data primer dengan mengacu Mc.Donald, et al.1996; Boyd 1999 Keterangan : Stasiun I : Perairan Panahatan terdapat 380 unit KJA Stasiun II : Perairan Tambun Raya terdapat 103 unit KJA Stasiun III : Perairan Sipolha terdapat 64 unit KJA Stasiun IV : Perairan Pasir Matabu tidak ada KJA kontrol Tabel 4.2 menjelaskan bahwa perairan Danau Toba menerima masukan limbah yang bersumber dari kegiatan budidaya ikan KJA dalam jumlah yang bervariasi pada masing-masing stasiun penelitian. Masukan limbah per hari yang Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 42 - paling tinggi terdapat pada stasiun I dengan rata-rata berkisar 2.406,67 kghari dan masukan limbah yang paling rendah terdapat stasiun IV, dimana pada stasiun ini tidak terdapat aktifitas KJA, sehingga diasumsikan tidak ada masukan limbah yang bersumber dari KJA. Tingginya beban limbah yang terbuang ke perairan Danau Toba dari kegiatn KJA, dapat digambarkan dari hasil penelitian Rismawati 2010 yang menyatakan bahwa rasio konversi pakan Feed Convertion Ratio pada KJA PT.Aquafarm Nusantara di Danau Toba adalah berkisar 2 : 1. Hal ini berarti bahwa setiap produksi 1 ton ikan pada KJA membutuhkan pakan sebanyak 2 ton, atau dengan kata lain dapat diartikan bahwa dari 2 ton pakan yang diberikan kepada ikan budidaya, hanya sebanyak 1 ton yang akan di konversi menjadi tubuh ikan, sedangkan sebanyak 1 ton lagi lagi akan terbuang ke perairan sebagai limbah. Limbah KJA yang terbuang ke badan air, selanjutnya akan dapat dimanfaatkan oleh bermacam-macam fauna liar perairan sebagai sumber makananya, terutama oleh ikan-ikan liar yang hidup di sekitar keramba tersebut. Jika limbah KJA yang terbuang ke perairan tidak dimakan oleh fauna-fauna perairan, maka pada tahap selanjutnya limbah akan mengalami degradasi atau proses dekomposisi oleh mikroba di badan air maupun di dasar perairan, sehingga akan menghasilkan persenyawaan-persenyawaan lain seperti senyawa nitrogen dan senyawa fosfor ke perairan Garno, 2004.

4.2 Kondisi Parameter Air

Pada prinsipnya kondisi kesuburan suatu perairan danau dapat dicerminkan dari kondisi beberapa parameter fisika maupun kimia perairan. Demikian juga sebaliknya, kondisi paramerter fisika dan kimia suatu perairan merupakan gambaran dari kondisi kesuburan perairan tersebut. Oleh karena itu maka pengukuran parameter fisika dan kimia perairan sangat dibutuhkan sebagai penunjang dalam menjelaskan kesuburan suatu perairan. Hasil pengukuran parameter fisika dan kimia air selama penelitian meliputi kecerahan air, suhu, pH, dessolved oxygen DO, biochemical oxygen demand BOD 5 dan chemical oxygen demand COD adalah seperti yang disajikan pada tabel 4.3 berikut : Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 43 - Tabel 4.3 Rata-rata Nilai Parameter Fisika dan Kimia Air pada Masing- masing Stasiun Penelitian Stasiun Penelitian No Parameter Satuan I II III IV 1 Int.Cahaya candela 681 913 945 796 2 Kecerahan meter 9,53 9,93 9,90 10,17 3 Suhu C 25,17 25,06 25,11 25,00 4 pH - 7,13 7,26 7,20 7,43 5 DO mgL 6,1889 6,4667 6,50 6,60 6 BOD 5 mgL 0,6928 0,6666 0,6498 0,4946 7 COD mgL 8,2773 6,1716 8,5391 5,4320 Sumber : Data primerLampiran 10 Keterangan : Stasiun I : Panahatan terdapat 380 unit KJA Stasiun II : Tambun Raya terdapat 103 unit KJA Stasiun III : Sipolha terdapat 64 unit KJA Stasiun IV : Pasir Matabu tidak ada KJA Stasiun kontrol

4.2.1 Kecerahan Air

Kecerahan air dapat diartikan sebagai batas kedalaman air yang masih memungkinkan berlangsungnya proses fotosintesis oleh organisme fotosintetik seperti fitoplankton. Oleh karena organisme fotosintetik merupaka mata rantai makanan pada suatu ekosistem perairan dan menempati posisi sebagai produsen primer, maka nilai kecerahan air sering berperan sebagai faktor pembatas bagi kelangsungan hidup organisme akuatik. Tinggi rendahnya nilai kecerahan pada suatu perairan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang antara lain adalah intensitas cahaya matahari, kekeruhan air, serta kepadatan plankton di badan air Barus, 2004; Suin, 2002. Dari hasil pengukuran nilai parameter kecerahan air pada saat penelitian, diketahui bahwa rata-rata kecerahan untuk semua stasiun penelitian berada pada kisaran 9,53 - 10,17 meter, dimana rata-rata nilai kecerahan terendah terdapat pada stasiun I dengan rata-rata sebesar 9,53 meter dan rata-rata nilai kecerahan Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 44 - tertinggi terdapat pada stasiun IV dengan rata-rata 10,17 meter. Bila mengacu kepada Henderson et al.1987 tentang kriteria tingkat kesuburan air berdasarkan kecerahan, maka pada saat dilakukan penelitian, kondisi perairan Danau Toba di semua stasiun penelitian tergolong perairan dengan tingkat kesuburan oligotrof Tabel 4.4. Tabel 4. 4 Tingkat Kesuburan Air Berdasarkan Kecerahan Kecerahan m Tingkat Kesuburan 6 Oligotrof 3 – 6 Mesotrof 3 Eutrof Sumber : Henderson et al,1987 Hasil uji beda nyata ANOVA parameter kecerahan air, diketahui ada perbedaan yang signifikan rata-rata kecerahan air antar stasiun penelitian sig 0,017  0,05 . Selanjutnya, uji Tukey HSD memperlihatkan bahwa perbedaan rata-rata kecerahan air hanya terdapat antara stasiun I dengan stasiun IV sig 0,011 Lampiran 13. Adanya perbedaan nyata parameter kecerahan air antara stasiun I dengan stasiun IV diduga disebabkan karena perbedaan partikel-partikel tersuspensi pada badan air yang menghambat penetrasi cahaya. Secara kasat mata, keberadaan partikel-partikel tersuspensi terindikasi lebih banyak ditemukan pada perairan stasiun I, sehingga kuat dugaan bahwa partikel-partikel tersebut terutama bersumber dari sisa-sisa pakan dan sisa metabulisme ikan budidaya pada KJA. Secara ekologis, menurunya nilai kecerahan berakibat terhadap penurunan penetrasi cahaya matahari kedalam badan air, yang selanjutnya menurunkan laju fotosintesis oleh fitoplankton sebagai sumber utama oksigen terlarut dalam air.

4.2.2 Temperatur Air Suhu

Temperatur air merupakan salah satu faktor yang perananya sangat penting dalam proses metabolisme, seperti proses dekomposisi senyawa organik dalam air oleh mikroorganisme. Karena suhu sangat penting dalam proses metabolisme, maka kenaikan suhu air sampai batas tertentu akan menyebabkan peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik, yang selanjutnya akan berakibat terhadap penurunan konsentrasi oksigen terlarut pada air Margonof, 2007. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 45 - Hasil pengukuran temperatut air selama penelitian memperlihatkan bahwa temperatur air pada masing-masing stasiun penelitian tidak menunjukan variasi yang tinggi, yaitu berkisar antara 25 o C - 25,17 o C. Rata-rata temperatur air tertinggi terdapat pada stasiun I 25,17 C dan rata-rata temperatur air terendah terdapat pada stasiun IV 25 C. Kondisi rata-rata nilai temperatur air pada semua stasiun penelitian, baik stasiun yang terdapat aktifitas KJA maupun stasiun yang tidak terdapat aktifitas KJA masih berada dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh organisme akuatik dan sesuai bagi fitoplankton untuk dapat tumbuhan dan berkembang dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi 2003 yang menyatakan bahwa kisaran suhu yang optimum untuk pertumbuhan fitoplankton pada perairan adalah berkisar 20 - 30 o C. Bila mengacu kepada peraturan pemerintah nomor 82 tahun 2001, maka perairan Danau Toba pada semua stasiun penelitian masih memenuhi kriteria baku mutu air untuk kelas I. Dari hasil pengujian beda nyata ANOVA antar stasiun diketahui bahwa nilai sig 0,827  0,05 , sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata temperatur air pada masing-masing stasiun penelitian, baik stasiun penelitian yang terdapat aktifitas KJA maupun stasiun penelitian yang tidak terdapat aktifitas KJA adalah tidak berbeda nyata lampiran 13.

4.2.3 pH Air

Nilai pH air merupakan gambaran dari keseimbangan antar asam dan basa suatu perairan. Nilai pH yang terlalu rendah akan berpengaruh terhadap peningkatan mobilitas berbagai senyawa logam yang bersifat toksik. Demikian juga sebaliknya, pH yang terlalu tinggi menyebabkan terganggunya keseimbangan antara senyawa ammonium dan ammoniak dalam air, dimana kenaikan pH diatas netral akan berpengaruh terhadap peningkatan konsentrasi amoniak Barus, 2004. Hasil yang diperoleh dari pengukuran pH air, dapat dijelaskan bahwa nilai pH air pada masing-masing stasiun penelitian tidak memperlihatkan variasi yang menyolok, dimana rata-rata pH atar stasiun berada pada kisaran 7,13 – 7,43. Rata-rata nilai pH air tertinggi ditemukan pada stasiun IV sebesar 7,43, dan rata- rata nilai pH terendah ditemukan pada stasiun I stasiun kontrol sebesar 7,13. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 46 - Secara umum nilai pH yang didapatkan dari semua stasiun penelitian, baik stasiun yang terdapat aktifitas KJA maupun stasiun yang tidak terdapat aktifitas KJA masih berada dibawah nilai ambang batas baku mutu air untuk kelas I Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001, dan mampu mendukung kehidupan setiap biota perairan seperti yang dinyatakan dalam keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup KEP No.51MNLHI2004, bahwa kisaran pH yang dapat menopang kehidupan organisme perairan adalah 6.50-8.50. Selanjutnya Pescod 1973 menyatakan bahwa nilai pH yang sesuai untuk kehidupan fitoplankton di perairan adalah pada kisaran 6,5 – 8,0. Melalui uji beda nyata ANOVA diketahui bahwa nilai sig 0,134  0,05 , sehingga disimpulkan bahwa tidak ada beda nyata rata-rata nilai pH air antar ke empat stasiun penelitian, baik antar stasiun penelitian yang terdapat aktifitas KJA maupun stasiun penelitian yang tidak terdapataktifitas KJA lampiran 13.

4.2.4 DO Dissolved oxygen

Oksigen merupakan salah satu gas terlarut di perairan yang keberadaanya sangat diperlukan oleh organisme aerob perairan untuk kelangsungan hidupnya. Keberadaan oksigen terlarut di perairan terutama berasal dari diffusi oksigen yang terdapat di atmosfer. Oksigen berdifusi ke dalam air secara langsung pada kondisi diam stagnant atau karena pergolakan massa air agitasi akibat adanya gelombang atau angin Margonof, 2007. Selain itu oksigen terlarut juga bersumber dari hasil proses fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton dan tumbuhan air lainya pada lapisan epilimnion perairan. Hasil pengukuran parameter oksigen terlarut DO perairan danau toba pada saat dilaksanakan penelitian, diketahui bahwa rata-rata konsentrasi oksigen terlarut pada masing-masing stasiun penelitian berada pada kisaran 6,1889 – 6,60 mgL. Rata-rata nilai terendah terdapat pada stasiun I 6,1889 mgL dan rata-rata nilai tertinggi terdapat pada stasiun IV 6,60 mgL. Dari hasil uji ANOVA diketahui bahwa nilai sig 0,004  0,05 , yang berarti ada perbedaan yang signifikan konsentrasi oksigen terlarut DO antar stasiun penelitian. Selanjutnya, hasil pengujian Tukey HSD memperlihatkan Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 47 - bahwa perbedaan yang signifikan rata-rata kandungan oksigen terlarut DO terdapat antara antara stasiun I Panahatan dengan stasiun III Sipolha dengan nilai sig = 0,030, demikian juga halnya antara stasiun I Panahatan dengan stasiun IV kontrol dengan nilai sig = 0,003. Sedangkan perairan pada stasiun penelitian lainnya mempunyai rata-rata nilai konsentrasi oksigen terlarut relatif sama atau tidak berbeda signifikan satu sama lain lampiran 13. Adanya perbedaan nyata nilai DO antar stasiun penelitian menunjukan bahwa nilai DO mempunyai keterkaitan dengan perbedaan input pakan KJA pada keempat stasiun penelitian, dimana input pakan terbanyak adalah pada stasiun I sebanyak lebih kurang 5.066,67 kghari dan pada stasiun IV kontrol tidak terdapat budidaya ikan KJA sehingga tidak ada input pakan ke perairan. Semakin tinggi input pakan pada budidaya ikan KJA, berarti semakin tinggi limbah organik yang terbuang ke badan air. Selanjutnya, limbah organik KJA akan mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai dengan memanfaatkan oksigen yang terlarut dalam air sehingga berakibat terhadap berkurangnya kandungan oksigen terlarut dalam air. Selain karena adanya peroses dekomposisi bahan-bahan organik, penurunan konsentrasi DO air juga disebabkan karena keberadaan ikan-ikan budidaya pada KJA yang memanfaatkan oksigen dalam peroses pernafasanya, dimana oksigen tersebut diserap dari oksigen yang terlarut dalam air. Hal ini didukung oleh Beveridge 1987 yang menyatakan bahwa laju konsumsi oksigen pada daerah perairan yang terdapat budidaya KJA dua kali lebih tinggi dibanding laju konsumsi oksigen pada perairan yang tidak terdapat aktifitas KJA. Walaupun hasil penelitian memperlihatkan terjadinya penurunan nilai DO seiring meningkatnya aktifitas KJA, namun secara umum berdasarkan nilai DO perairan Danau Toba pada masing-masing stasiun penelitian masih menunjukan kualitas perairan yang baik. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Barus 2004 yang menyatakan bahwa nilai DO yang mengindikasikan kualitas air baik adalah pada kisaran 6-8 mgL. Selanjutnya, bila mengacu Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001, maka perairan Danau Toba pada semua stasiun penelitian masih memenuhi kriteria baku mutu air untuk kelas I. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 48 - 4.2.5 BOD 5 Biochemical Oxygen Demand BOD 5 merupakan salah satu parameter yang dapat digunakan untuk menggambarkan keberadaan bahan organik pada perairan sebagai senyawa sumber nutrien, dimana konsentrasi BOD 5 merupakan banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerob untuk dapat menguraikan bahan-bahan organik yang terdapat pada setiap satu liter air Boyd, 1981; APHA 1989. Nilai BOD 5 yang tinggi menggambarkan banyaknya bahan organik yang terdekomposisi di perairan dengan menggunakan sejumlah oksigen yang terlarut di badan air. Dari hasil pengukuran parameter BOD 5 perairan Danau Toba pada saat dilakukan penelitian ini diketahui rata-rata konsentrasi BOD 5 antar stasiun penelitian bervariasi pada kisaran 0,4946 – 0,6928 mgL. Rata-rata konsentrasi tertinggi terdapat pada stasiun I 0,6928 mgL dan rata-rata nilai terendah terdapat pada stasiun IV 0,4946 mgL. Nilai ini tergolong rendah, sehingga berdasarkan nilai BOD 5 , perairan Danau Toba pada semua stasiun penelitian masih tergolong dalam kualitas yang baik dan belum terjadi pencemaran senyawa organik yang berat. Hal ini sesuai dengan Brower, et.al.1990, yang menyatakan bahwa kualitas perairan yang tergolong baik apabila konsumsi oksigen selama 5 hari maksimum sampai 5 mgl, dan apabila konsumsi oksigen berkisar antara 10 - 20 mgl menunjukkan adanya pencemaran oleh senyawa organik yang tinggi. Selanjutnya, berdasarkan peraturan pemerintah nomor 82 tahun 2001, perairan Danau Toba pada semua stasiun penelitian masih memenuhi kriteria baku mutu air untuk kelas I. Hasil uji beda nyata ANOVA terhadap parameter BOD 5 memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan rata-rata konsentrasi BOD 5 antar ke empat stasiun penelitian Sig 0,385  0,05 lampiran 13. Hal ini mengindikasikan bahwa perairan yang terdapat aktifitas KJA dengan perairan yang tidak ada aktifitas KJA mempunyai konsentrasi BOD 5 yang relatif sama. Demikian juga antar stasiun penelitian dengan jumlah aktifitas KJA yang berbeda, juga mempunyai konsentrasi BOD 5 yang relatif sama tidak berbeda nyata. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 49 - Meskipun tidak ada perbedaan signifikan konsentrasi BOD 5 antar stasiun penelitian, data hasil pengukuran konsentrasi BOD 5 pada penelitian ini dapat memperlihatkan bahwa ada kecenderungan terjadi peningkatan konsentrasi BOD 5 antar stasiun penelitian seiring dengan meningkatnya input pakan pada kegiatan KJA di masing-masing stasiun penelitian. Stasiun penelitian yang terdapat aktifitas KJA stasiun I, II dan III mempunyai rata-rata konsentrasi BOD 5 relatif lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun tanpa aktifitas KJA stasiun I atau kontrol. Hal ini mengindikasikan bahwa perairan yang mempunyai aktifitas KJA cenderung mengalami peningkatan kandungan senyawa organik yang diduga bersumber dari limbah aktifitas KJA. Menumpuknya senyawa organik di perairan akan berakibat terhadap semakin meningkatnya proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga berakibat terhadap meningkatnya konsentrasi BOD 5 pada badan perairan tersebut

4.2.6 COD Chemical Oxygen Demand

Nilai COD merupakan total oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan bahan organik secara kimiawi di badan air, baik yang dapat didegradasi secara biologis oleh mikrorganisme maupun yang sukar didegradasi, dengan demikian nilai COD dapat digunakan untuk menggambarkan keberadaan senyawa organik pada suatu badan perairan Effendi, 2003. Hasil pengukuran nilai COD perairan Danau Toba pada masing-masing stasiun penelitian, diketahui bahwa nilai COD pada saat dilaksanakan penelitian adalah bervariasi pada kisaran 5,4320 – 8,5391 mgL, dimana rata-rata nilai tertinggi ditemukan pada stasiun III 8,5391 mgL dan rata-rata nilai terendah ditemukan pada stasiun IV 5,4320 mgL. Nilai COD ini masih tergolong nilai yang rendah, dimana berdasarkan peraturan pemerintah nomor 82 tahun 2001, perairan Danau Toba pada semua stasiun penelitian masih memenuhi kriteria baku mutu air untuk kelas I. Dari hasil uji beda nyata ANOVA terhadap nilai COD diperoleh nilai Sig 0,000  0,05 , yang berarti bahwa ada beda nyata rata-rata nilai COD antar Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 50 - stasiun penelitian Lampiran 13. Selanjutnya hasil uji Tukey HSD memperlihatkan bahwa rata-rata nilai COD yang berbeda nyata adalah antara stasiun I dengan stasiun II sig 0.002, antara stasiun I dengan stasiun IV sig 0.000, antara stasiun II dengan stasiun III sig 0,001, dan antara stasiun III dengan stasiun IV sig 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa pada perairan stasiun I dan stasiun III menerima lebih banyak masukan senyawa organik dibandingkan dengan stasiun lainya. Karena pada kedua stasiun tersebut terdapat aktifitas KJA maka diduga senyawa organik tersebut terutama bersumber dari limbah kegiatan budidaya ikan KJA. Selain bersumber dari kegiatan KJA, pada daerah pinggir pantai stasiun III banyak ditemukan tanaman air yang tumbuh bergerombol seperti tanaman enceng gondok Eichornia crassipes. Apabila tanaman air mati akan terjadi pembusukan, sehingga menjadi salah satu sumber pemasok senyawa organik bagi perairan danau di sekitarnya.

4.3 Keterkaitan Input Pakan Ikan Pelet dengan Parameter Kesuburan Air NO

3 - , PO 4 3- dan Klorofil-a Kegiatan budidaya ikan KJA merupakan budidaya ikan yang dilakukan dengan kepadatan tebar benih ikan yang cukup tinggi, sehingga untuk menunjang pertumbuhan dan perkembanganya harus diimbangi dengan pemberian pakan yang cukup tinggi, yang umumnya adalah pakan buatan pelet. Oleh karena tingginya pakan yang diberikan, maka tidak menutup kemungkinan bahwa pakan yang diberikan tersebut banyak yang terbuang ke badan air. Kelebihan pakan yang terbuang ke badan air akan berdampak terhadap peningkatan konsentrasi nutrien terutama senyawa nitrat dan fosfat. Karena kedua senyawa tersebut merupakan nutrisi utama bagi tumbuhan dan sangat dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan air seperti tumbuhan algae dan fitoplankton, maka apabila keberadaanya dalam konsentrasi yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya algae blooming Sellers dan Markland, 1987; Mason, 1993. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Pillay 1992 bahwa jika terjadi kelebihan limbah yang dibuang ke perairan, terutama dari limbah dari budidaya perikanan dan pertanian akan dapat memicu eutrofikasi pada perairan tersebut. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 51 - Eutrofikasi pada suatu perairan dapat diindikasikan dari nilai parameter fisika, kimia dan biologi tertentu, yang antara lain adalah tingginya konsentrasi nutien nitrogen dan fosfor dan klorofil-a pada badan air. Senyawa nitrogen dan fosfor yang terpenting sebagai nutrien bagi fitoplankton adalah nitrat dan fosfat. Hasil pengukura terhadap parameter fosfat PO 4 3- , nitrat NO 3 - dan klorofil-a pada masing-masing stasiun penelitian, diperoleh data seperti yang disajikan pada tabel 4.5 berikut : Tabel 4.5 Rata-rata Konsentrasi PO 4 3- , NO 3 - dan Klorofil-a pada masing- masing Stasiun Penelitian Stasiun Penelitian No Parameter Satuan I II III IV 1 PO 4 3- mgL 0,2262 0,2019 0,1993 0,1676 2 NO 3 - mgL 0,7016 0,5501 0,5693 0,4240 mgm 3 6,0908 5,6929 5,6206 5,4688 3 Chlorofil-a mgL 0,6091 0,5693 0,5621 0,5469 Sumber : Data primerLampiran 11 Keterangan : Stasiun I : Panahatan terdapat 380 unit KJA Stasiun II : Tambun Raya terdapat 103 unit KJA Stasiun III : Sipolha terdapat 64 unit KJA Stasiun IV : Pasir Matabu tidak ada KJA kontrol

4.3.1 Aspek Konsentrasi Fosfat PO

4 3- Unsur fosfor tidak ditemukan dalam bentuk bebas sebagai elemen, melainkan dalam bentuk senyawa anorganik yang terlarut ortofosfat dan polifosfat dan senyawa organik yang berupa partikulat Jefferies and Miles 1996 dalam Effendi 2003. Polifosfat merupakan bentuk fosfor yang tidak dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan aquatik, oleh sebab itu sebelum dimanfaatkan terlebih dahulu harus direduksi menjadi bentuk ortofosfat. Ortofosfat merupakan senyawa fosfor yang secara langsung dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan akuatik seperti fitoplankton dan alga APHA, 1989, sehingga keberadaan ortofosfat pada suatu perairan dapat menjadi faktor pembatas yang mempengaruhi tingkat produktivitas suatu perairan. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 52 - Dari hasil pengukuran nilai konsentrasi PO 4 3- perairan Danau Toba pada saat dilaksanakan penelitian diketahui bahwa rata-rata konsentrasi PO 4 3- pada masing- masing stasiun penelitian bervariasi pada kisaran 0,1676 – 0,2262 mgL, dimana rata-rata konsentrasi tertinggi terdapat pada stasiun I 0,2262 mgL dan rata-rata konsentrasi terendah terdapat pada stasiun IV 0,1676 mgL. Bila mengacu kepada klasifikasi kandungan fosfat menurut Poernomo dan Hanafi 1982 maka perairan Danau Toba pada stasiun II, III dan IV tergolong perairan dengan klasifikasi konsentrasi fosfat yang tinggi, sedangka pada stasiun I tergolong perairan dengan klasifikasi konsentrasi fosfat yang sangat tinggi Tabel 4.6. Selanjutnya, berdasarkan peraturan pemerintah nomor 82 tahun 2001, konsentrasi fosfat pada perairan stasiun I telah melewati nilai baku mutu air yang dipersyaratkan untuk air kelas I maupun kelas II. Tabel 4.6 Klasifikasi Kandungan Fosfat pada Perairan Konsentrasi PO 4 mg.L -1 Klasifikasi 0,00 - 0,02 Rendah 0,02 - 0,05 Sedang 0,05 - 0,20 Tinggi 0,20 Sangat tinggi Sumber : Poernomo dan Hanafi, 1982 Tingginya nilai konsentrasi fosfat pada saat dilaksanakan penelitian ini mengindikasikan bahwa perairan Danau Toba telah menerima masukan limbah yang bersumber dari aktifitas manusia di badan air maupun di sekitarnya, dimana pada saat ini aktifitas manusia yang dominan di perairan Danau Toba adalah kegiatan budidaya ikan dalam KJA. Kevern 1982 dalam Margonof 2007 menyatakan bahwa pada umumnya kandungan fosfat pada perairan alami adalah sangat kecil, dimana konsentrasinya tidak pernah melampaui 0,1 mgliter, kecuali bila terjadi penambahan dari luar oleh faktor antropogenik seperti dari limbah budidaya ikan dan limbah pertanian. Hasil uji beda nyata ANOVA terhadap parameter PO 4 3- , diketahui bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan konsentrasi PO 4 3- antar stasiun penelitian Sig 0,08  0,05 Lampiran 13. Hal ini berarti bahwa daerah perairan danau yang Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 53 - terdapat aktifitas KJA dengan input pakan yang bervariasi stasiun I, II dan III, mempunyai konsentrasi PO 4 3- yang relatif sama dengan perairan danau yang tidak terdapat aktifitas KJA stasiun IV. Meskipun konsentrasi fosfat antar stasiun penelitian tidak berbeda nyata, namun nilai propabilitas sig yang diperoleh sebesar 0,08 adalah nilai yang mendekati nilai signifikan, sehingga cenderung mengarah kepada adanya perbedaan signifikan antar stasiun penelitian. Meskipun perbedaan bobot input pakan ke perairan cukup tinggi antar stasiun penelitian, tetapi hasil pengukuran konsentrasi fosfat di badan air tidak menunjukan perbedaan nyata antar stasiun penelitian. Hal ini dapat disebabkan karena adanya pengaruh faktor lain yang tidak diukur dalam penelitian ini, seperti adanya arus air yang menyebabkan menyebarnya limbah dari stasiun yang mempunyai aktifitas KJA, sehingga limbah KJA tidak hanya terakumulasi di perairan sekitar KJA saja. Keadaan ini dapat diindikasi dari tingginya konsentrasi fosfat yang ditemukan pada stasiun IV kontrol dengan rata-rata 0,1676 mgL. Selain faktor arus air, faktor lain yang dapat mempengaruhi konsentrasi fosfat adalah adanya peranan spesies-spesies ikan liar yang hidup di sekitar KJA, dimana spesies ikan tersebut memanfaatkan sisa-sisa pakan maupun sisa metabolisme faeces dari ikan budidaya sebagai salah satu sumber bahan makananya. Salah satu species ikan liar yang saat ini perkembangan populasinya sangat pesat di perairan Danau Toba adalah ikan bilih Mystacoleucus padangensis. Selain dimanfaatkan oleh spesies ikan liar, limbah KJA yang lolos dari konsumsi ikan-ikan liar di badan air, sebagian besar akan mengalami pengendapan ke dasar danau membentuk sedimen, sehingga limbah KJA terakumulasi di dasar perairan danau. Hal ini didukung oleh Midlen dan Redding 2000 yang mengemukakan bahwa dari keseluruhan limbah posfor yang bersumber dari KJA, hanya 10 yang berada dalam keadaan terlarut, sementara 65 berada dalam bentuk partikel yang akan mengendap ke dasar perairan . Bila data pengukuran konsentrasi PO 4 3- dihubungkan dengan bobot pakan yang diterima oleh masing-masing stasiun penelitian, maka diperoleh gambaran bahwa rata-rata konsentrasi PO 4 3- antar stasiun penelitian cenderung mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya input pakan pada masing-masing Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 54 - stasiun penelitian. Perairan pada stasiun penelitian yang menerima input pakan dengan bobot lebih tinggi, cenderung mempunyai konsentrasi fosfat yang relatif lebih tinggi namun tidak signifikan. Demikian juga sebaliknya, perairan pada stasiun penelitian yang menerima input pakan dengan bobot yang lebih rendah, mempunyai konsentrasi fosfat yang relatif lebih rendah Gambar 4.1. Hal ini mengindikasikan bahwa ada keterkaitan antara bobot input pakan yang diberikan pada kegiatan budidaya ikan KJA dengan terjadinya peningkatan konsentrasi PO 4 3- di badan air. Adanya peningkatan konsentrasi fosfat pada stasiun yang mempunyai aktifitas KJA bila dibandingkan dengan stasiun yang tidak mempunyai aktifitas KJA, terutama diduga bersumber dari hasil dekomposisi dari sisa pakan maupun sisa metabolisme ikan pada KJA yang terbuang ke perairan danau. Hal ini didukung oleh Juaningsih 1997 yang menyatakan bahwa sisa-sisa pakan dan buangan padat dari ikan akan mengalami proses dekomposisi sehingga menghasilkan senyawa-senyawa organik dan anorganik yang antara lain adalah senyawa nitrogen dan fosfor. Selanjutnya, Ryding dan Rast 1989 mengemukakan bahwa dari hasil penelitian KJA yang pernah dilakukan di Swedia, diketahui bahwa untuk setiap produksi 1 ton ikan dalam KJA mempunyai kontribusi input fosfor ke badan air sebesar 85–90 kg. 0,00 0,9467 1,2920 5,0666 0,1676 0,1993 0,2019 0,2262 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00 5,50 I II III IV Stasiun Penelitian Input pakan tonhari PO4 mgL Gambar 4.1 Perbandingan Input Pakan dengan Konsentrasi PO 4 3- pada masing-masing Stasiun Penelitian Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 55 - Hasil uji korelasi pearson diketahui bahwa banyaknya input pakan pada kegiatan budidaya ikan KJA mempunyai korelasi positif dan tidak signifikan dengan pengayaan PO 4 3- pada perairan danau r = 0,894 dan sig = 0,106 lampiran 14. Bila mengacu kepada kriteria hubungan antar faktor yang di kemukakan oleh Sugiono 2005 maka input pakan pada kegiatan budidaya ikan KJA mempunyai korelasi sangat kuat dengan peningkatan konsentrasi PO 4 3- di badan air. Selanjutnya, hasil uji regresi liner sederhana menjelaskan bahwa input pakan pada kegiatan budidaya ikan KJA X mampu mempengaruhi pengayaan PO 4 3- Y dengan persamaan regresi : Y = 0,181 + 00000965 X Lampiran 15. 4.3.2 Aspek Konsentrasi Nitrat NO 3 - Senyawa nitrat NO 3 - adalah bentuk utama senyawa nitrogen yang terdapat di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae di perairan. Nitrat mempunyai sifat yang stabil dan sangat mudah terlarut dalam air. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna terhadap senyawa-senyawa nitrogen di perairan Effendi, 2003. Oleh karena nitrat merupakan nutrien utama yang sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman air seperti fitoplankton dan alga lain, maka apabila k eberadaanya pada suatu perairan dalam konsentrasi yang berlebihan akan dapat merangsang pertumbuhan biomassa fitoplankton dengan pesat, yang selanjutnya akan meningkatkan konsentrasi klorofil-a pada perairan tersebut. Dari hasil pengukuran konsentrasi NO 3 - pada semua stasiun penelitian diketahui bahwa rata-rata konsentrasi NO 3 - antar stasiun bervariasi pada kisaran 0,4240 - 0,7016 mgL. Rata-rata konsentrasi tertinggi terdapat pada stasiun I dan rata-rata konsentrasi terendah terdapat pada stasiun IV. Bila mengacu kepada Vollenweider 1969 dalam Wetzel 1975 maka berdasarkan konsentrasi NO 3 - , perairan Danau Toba pada saat dilakukan penelitian tergolong perairan dengan tingkat kesuburan air mesotrofik Tabel 4.7. Tingkatan kesuburan ini mengindikasikan bahwa telah terjadi pengkayaan senyawa nitrogen, namun dalam batas yang masih dapat di toleransi perairan sehingga belum menunjukkan adanya indikasi pencemaran air Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2008. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 56 - Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Purnomo 2008 yang menyatakan bahwa perairan Danau Toba telah mengalami peningkatan kesubuan air, yakni dari semula tergolong perairan dengan tingkat kesuburan oligotrofik kini telah mengalami perubahan menjadi perairan dengan tingkat kesuburan mesotrofik. Tabel 4.7 Klasifikasi Tingkat Kesuburan Perairan Berdasarkan Konsentrasi Nitrat Sumber: Vollenweider 1969 dalam Wetzel 1975 Hasil uji beda nyata ANOVA konsentrasi nitrat antar stasiun penelitian diperoleh nilai Sig 0,014  0,05 , yang berarti bahwa ada perbedaan signifikan rata-rata konsentrasi NO 3 - antar stasiun penelitian. Selanjutnya hasil uji Tukey HSD memperlihatkan bahwa perbedaan signifikan rata-rata konsentrasi NO 3 - hanya terdapat antara stasiun I dengan stasiun IV sig = 0.007, sementara itu rata- rata konsentrasi NO 3 - antar stasiun yang lainya tidak menunjukan adanya perberbedaan nyata lampiran 13. Oleh karena masing-masing stasiun penelitian mempunyai ikan budidaya dengan jumlah yang berbeda dan juga menerima masukan pakan dalam bobot yang berbeda, berarti adanya beda nyata rata-rata konsentrasi nitrat antar stasiun penelitian berhubungan erat dengan perbedaan jumlah ikan budidaya dan bobot input pakan yang diterima oleh masing-masing stasiun penelitian. Semakin tinggi bobot pakan yang diberikan pada KJA, maka semakin tinggi pula limbah yang akan terbuang ke badan air sebagai beban limbah baik limbah pakan maupun limbah sisa metabolisme ikan. Dalam hal ini, perairan yang paling banyak menerima masukan pakan adalah perairan stasiun I, dengan rata-rata masukan pakan setiap hari sekitar 5.066,67 kghari. Sementara itu, perairan stasiun II menerima masukan pakan sekitar 1.292,06 kghari, perairan stasiun III sekitar Konsentrasi NO 3 - mgL Tingkat Kesuburan 0,226 Oligotrofik 0,227 - 1,129 Mesotrofik 1,130 - 11,250 Eutrofik Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 57 - 946,79 kghari dan perairan stasiun IV tidak ada menerima masukan pakan Tabel 4.1. Apabila limbah yang diterima oleh badan perairan melebihi batas pemanfaatannya oleh biota air, akan dapat berakibat terhadap naiknya konsentrasi nitrat sebagai hasil dari proses dekomposisi limbah tersebut. Juaningsih 1997 menyatakan bahwa sisa-sisa pakan dan buangan padat dari ikan pada giliranya akan terurai melalui proses dekomposisi menjadi senyawa lain seperti senyawa nitrogen NO 3 , NO 2 , NH 3 dan senyawa fosfor yang antara lain adalah PO 4 3- . 0,00 0,9467 1,2920 5,0666 0,424 0,5693 0,5501 0,7016 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00 5,50 I II III IV Stasiun Penelitian Input pakan tonhari NO3 mgL Gambar 4.2 Perbandingan Rata-rata Input Pakan dengan Konsentrasi NO 3 - pada masing-masing Stasiun Penelitian Secara umum rata-rata konsentrasi nitrat antar stasiun cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya input pakan pada kegiatan KJA Gambar 4.2, sehingga rata-rata konsentrasi nitrat pada stasiun yang mempunyai aktifitas KJA relatif lebih tinggi di bandingkan dengan rata-rata konsentrasi nitrat pada stasiun yang tidak ada aktifitas KJA. Keadaan ini mengindikasikan bahwa bobot pakan yang diberikan pada budidaya ikan KJA berpengaruh terhadap terjadinya peningkatan konsentrasi nitrat di badan air. Sejalan dengan itu, Ryding dan Rast 1989 mengemukakan bahwa dari hasil penelitian budidaya ikan KJA yang pernah dilakukan di Swedia diketahui bahwa untuk setiap produksi 1 ton ikan dalam KJA mempunyai kontribusi input nitrogen ke badan air sebesar 12–13 kg. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 58 - Namun demikian, keadaan yang berbeda ditemukan pada stasiun II yang menerima masukan pakan dengan bobot yang lebih tinggi dibandingkan dengan stasiun III, tetapi rata-rata konsentrasi nitrat pada stasiun II 0,5501 mgL relatif lebih rendah dari rata-ratanya pada stasiun III 0,5693 mgLTabel 4.9. Keadaan ini diduga karena pada stasiun III terdapat sumber lain sebagai pemasok nitrat, yang dalam penelitian ini tidak diukur. Dalam hal ini di perairan sekitar zona garis pantai stasiun III banyak ditemukan gulma air yang tumbuh bergerombol yang didominasi oleh jenis enceng gondok Eichornia crassipes. Apabila biomassa tanaman air tersebut telah mati, maka jaringan tubuh akan mengalami perombakan oleh mikroba yang selanjutnya akan menghasilkan senyawa nitrat ke badan air. Hal ini berhubungan dengan komposisi tumbuhan air, yang pada umumnya adalah mengandung senyawa nitrogen dengan rata-rata sekitar 0,7 dari berat basahnya Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2008. Hasil uji korelasi pearson diketahui bahwa input pakan pada budidaya ikan KJA mempunyai korelasi yang positif dan signifikan dengan konsentrasi NO 3 - r = 0,927 dan sig = 0,073 Lampiran 14. Bila mengacu kepada kriteria tingkat hubungan yang dikemukakan oleh Sugiono 2005, maka input pakan pada kegiatan budidaya ikan KJA mempunyai korelasi yang sangat kuat r = 0,80 - 1,0 dengan terjadinya pengayaan konsentrasi NO 3 - di badan air. Selanjutnya, uji regresi liner sederhana dapat dijelaskan bahwa input pakan X pada budidaya ikan KJA mampu mempengaruhi pengkayan konsentrasi NO 3 - Y pada badan air dengan koefisien determinasi sebesar 86 R 2 = 0,860, dimana peningkatan tersebut mengikuti persamaan regresi liner : Y = 0,475 + 0,0000473 X Lampiran 15. Meskipun hasil penelitian menunjukan terdapat peningkatan konsentrasi nitrat pada stasiun penelitian yang terdapat aktifitas KJA dibandingkan dengan stasiun yang tidak mempunyai aktifitas KJA, namun secara umum kondisi perairan Danau Toba pada masing-masing stasiun penelitian masih tergolong perairan yang normal untuk kwalitas danau-danau di indonesia sesuai dengan yang dinyatakan oleh Lehmusluto Machbub 1995 bahwa rata-rata konsentrasi nitrat untuk danau-danau di indonesia berada pada kisaran 0 – 0,760 mgL. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 59 - 4.3.3 Aspek Konsentrasi Klorofil-a fitoplankton Klorofil-a merupakan pigmen hijau organisme fotoautotrof yang berperan sebagai mediator dalam proses fotosintesis. Keberadaan klorofil-a pada badan air merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi produktivitas primer perairan dan dapat sebagai indikator tingkat kesuburan perairan. Sebenarnya ada 3 macam klorofil yang lajim terdapat pada tumbuhan, yaitu klorofil-a, klorofil-b dan klorofil-c. Dari ketiga pigmen tersebut, klorofil-a merupakan pigmen yang paling umum terdapat pada fitoplankton, dan oleh sebab itu maka biomassa fitoplankton yang terdapat di badan air dapat diketahui melalui pengukuran konsentrasi klorofil-a yang terdapat pada perairan tersebut Parsons et al 1984 dalam Realino et al 2005. Hal ini dapat dilakukan karena setiap organisme fitoplankton mengandung klorofil-a sekitar 1 – 2 dari berat keringnya Realino et al, 2005. Hal yang sama juga ditegaskan oleh Kementerian Negara Lingkungan Hidup 2008 yang menyatakan bahwa pertumbuhan fitoplankton pada perairan dapat ditandai dengan peningkatan konsentrasi klorofil-a pada badan air tersebut. Dari hasil pengukuran yang dilakukan pada masing-masing stasiun penelitian, diketahui bahwa rata-rata konsentrasi klorofil-a pada saat penelitian bervariasi antar stasiun pada kisaran 5,4688 – 6,0908 mgm 3 0,5469 – 0,6091 mgL, dimana rata-rata konsentrasi klorofil-a tertinggi terdapat pada stasiun I perairan Panahatan yaikni sebesar 6,0908 mgL, sedangkan rata-rata konsentrasi klorofil-a terendah terdapat pada stasiun IV kontrol sebesar 5,4688 mgL. Bila mengacu kepada Henderson-Seller dan Markland 1987; Welch 1980 yang mengklasifikasikan tingkat kesuburan perairan berdasarkan kandungan klorofil-a, maka perairan Danau Toba untuk semua lokasi penelitian tergolong kepada perairan dengan tingkat kesuburan mesotrof Tabel 4.10. Tingkatan kesuburan mesotrof perairan mengisyaratkan bahwa perairan tersebut telah mengalami pengayaan senyawa nitrogen dan fosfor namun masih dalam batas yang dapat ditoleransi sehingga belum menunjukkan adanya indikasi pencemaran air Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2008. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 60 - Tabel 4.8 Klasifikasi Tingkat Kesuburan Perairan Danau Berdasarkan Konsentrasi Klorofil-a Tingkat Kesuburan Khlorofil-a mgm 3 Oligotrofik 0 - 4 Mesotrofik 4 - 10 Eutrofik 10 - 100 Sumber: Henderson-Seller dan Markland 1987; Welch 1980 Dari hasil uji beda nyata ANOVA terhadap konsentrasi klorofil-a antar stasiun penelitian diperoleh nilai Sig 0,381  0,05 , sehingga dinyatakan tidak ada beda nyata rata-rata konsentrasi klorofil-a antar stasiun penelitian Lampiran 13. Dalam hal ini, konsentrasi klorofil-a pada stasiun penelitian yang mempunyai aktifitas KJA dalam volume dan input pakan yang bervariasi satu sama lain mempunyai rata-rata konsentrasi klorofil-a yang relatif sama dengan konsentrasi klorofil-a pada perairan yang tidak terdapat aktifitas KJA kontrol. Faktor-faktor penunjang pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton klorofil-a sangat kompleks antara faktor fisika, kimia dan biologi perairan Goldman dan Horne, 1983. Pada penelitian ini, tidak ditemukanya perbedaan signifikan konsentrasi klorofil-a antar stasiun penelitian terutama diduga karena faktor biologi, dimana klorofil-a terdapat pada tubuh fitoplankton, sementara itu tubuh fitoplankton merupakan salah satu makanan alami bagi ikan, termasuk makanan bagi ikan-ikan budidaya dalam KJA. Oleh sebab itu maka pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton klorofil-a akan dikendalikan oleh adanya ikan sebagai salah satu konsumen pada perairan tersebut. Hal ini didukung oleh Goldman dan Horne 1983 yang menyatakan bahwa salah satu aspek biologi yang menunjang pertumbuhan fitoplankton adalah adanya aktivitas pemangsaan oleh hewan air. Selain faktor biologi, meratanya konsentrasi klorofil-a pada semua stasiun penelitian dapat juga disebabkan karena faktor adanya pola arus air yang memungkinkan fitoplanton dan nutrien menyebar luas terbawa oleh arus air. Meskipun tidak ada perbedaan nyata konsentrasi klorofil-a antar stasiun penelitian, setidaknya data hasil pengukuran dapat memperlihatkan bahwa ada kecenderungan terjadinya peningkatan rata-rata konsentrasi klorofil-a antar Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 61 - stasiun penelitian seiring dengan meningkatnya input pakan pada budidaya ikan KJA. Dalam hal ini semakin bayak input pakan KJA yang diterima oleh badan air, selalu diikuti dengan meningkatnya konsentrasi klorofil-a pada perairan tersebut, tetapi peningkatan yang terjadi tidaklah signifikan Gambar 4.3. 0,00 0,9467 1,2920 5,0666 0,5469 0,5621 0,5693 0,6091 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00 5,50 I II III IV Stasiun Penelitian Input pakan tonhari Chlorofil-a mgL Gambar 4.3 Perbandingan Rata-rata Input Pakan dengan Konsentrasi Klorofil-a pada Masing-masing Stasiun Penelitian Hasil uji korelasi pearson memperlihatkan bahwa input pakan pada kegiatan budidaya ikan KJA berkorelasi positif dan signifikan dengan terjadinya peningkatan konsentrasi klorofil-a r = 0,994 lampiran 14. Bila mengacu kepada kriteria tingkat hubungan antar faktor yang dikemukakan oleh Sugiono 2005, maka input pakan pada kegiatan budidaya ikan KJA mempunyai korelasi yang sangat kuat 0,80 - 1,0 dengan konsentrasi klorofil-a fitoplankton.

4.3.4 Keterkaitan Nutrien NO

3 - dan PO 4 3- dengan Konsentrasi Klorofil-a Nutrien nitrat dan fosfat merupakan senyawa yang sangat dibutuhkan oleh organisme fitoplankton untuk dapat tumbuh dan berkembang Goldman dan Horne, 1983 . Oleh sebab itu maka keberadaan nutrien merupakan suatu faktor pembatas bagi organisne akuatik. Sebaliknya, apabila keberadaanya pada suatu perairan dalam konsentrasi yang memadai, akan dapat merangsang fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang dengan pesat apabila didukung oleh faktor-faktor lainya. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 62 - Mengingat bahwa semua fitoplankton mengandung klorofil-a dengan bobot lebih kurang 1–2 dari bobot keringnya Realino et al. 2005, maka pertumbuhan fitoplankton pada badan air, juga merupakan pertambahan bobot klorofil-a yang terdapat didalam tubuhnya. 0,5469 0,1676 0,1993 0,2019 0,226 0,5501 0,7016 0,424 0,5693 0,6091 0,5693 0,5621 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 I II III IV Stasiun Penelitian K ons e nt ra s i m g L PO4 mgL NO3 mgL Chlorofil-a mgL Gambar 4.4 Perbandingan Rata-rata Konsentrasi PO 4 3- , NO 3 - dan Klorofil-a pada masing-masing Stasiun Penelitian Yamaji 1966 menyatakan bahwa tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a pada suatu perairan sangat terkait dengan kondisi parameter perairan tertentu, yang antara lain adalah kandungan nutrien, terutama kandungan nitrat NO 3 - , fosfat PO 4 3- dan Silikat. Untuk dapat tumbuh dengan optimal, fitoplankton memerlukan kandungan fosfat di badan air pada kisaran 0,09-1,80 mgL dan kandungan nitrat pada kisaran 0,9-3,5 mgL Mackentum, 1969. Mengacu kepada pernyataan tersebut, maka perairan Danau Toba pada semua stasiun penelitian telah memperlihatkan nilai konsenterasi PO 4 3- yang optimal untuk kebutuhan pertumbuhan fitoplankton klorofil-a. Namun demikian, konsentrasi NO 3 - masih lebih rendah dari nilai yang optimal untuk kebutuhan pertumbuhan fitoplankton klorofil-a, yaitu pada kisaran 0,4240 - 0,7016 mgL. Keadaan ini mengindikasikan bahwa pada perairan Danau Toba konsentrasi fosfat tidak berperan sebagai faktor penentu bagi pertumbuhan fitoplankton klorofil-a, oleh sebab itu meskipun konsentrasi fosfat Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 63 - telah memperlihatkan nilai yang optimal untuk pertumbuhan fitoplankton, namun ketersediaan nitrat pada badan air masih dalam konsentrasi yang kurang mendukung untuk pertumbuhan optimal fitoplankton. Keadaan ini terlihat dari Rata-rata konsentrasi klorofil-a pada masing-masing stasiun penelitian masih dalam batas konsentrasi yang dapat ditoleransi walaupun ketersediaan PO 4 3- berada pada nilai optimal untuk pertumbuhan fitoplankton klorofil-a. Hal ini didukung oleh pernyataan Lehmusluoto dan Machmud 1997 yang menyatakan bahwa faktor pembatas kelimpahan fitoplankton pada perairan daerah tropis umumnya bukanlah konsentrasi fospat melainkan konsentrasi nitrogen N. Dari hasil uji korelasi pearson antara konsentrasi nutrien dengan konsentrasi klorofil-a, diketahui bahwa nutrien, baik PO 4 3- maupun NO 3 - adalah masing- masing berkorelasi positif dan sangat kuat dengan konsentrasi klorofil-a. Koefisien korelasi antara konsentrasi PO 4 3- dengan klorofil-a sebesar 0,933, dan koefisien korelasi antara konsentrasi NO 3 - dengan klorofil-a sebesar 0,951 lampiran 14. Hal ini berarti bahwa meningkatnya konsentrasi klorofil-a pada badan air adalah berhubungan sangat erat dengan terjadinya pengayaan nutrien pada badan air tersebut, baik pengayaan senyawa PO 4 3- maupun pengkayaan senyawa NO 3 - . Menurut Stirling 1985 dalam Rachmawati 1999 bahwa konsentrasi klorofil-a pada badan air mempunyai korelasi yang erat dengan nilai parameter fosfor, nitrogen, suhu dan nilai kecerahan air. Selanjutnya melalui uji regresi liner berganda terhadap hasil penelitian diketahui bahwa konsentrasi PO 4 3- X 1 dan NO 3 - X 2 secara bersama-sama mampu memberikan pengaruh terhadap peningkatan konsentrasi klorofil-a badan air dengan koefisien determinasi sebesar 90,7 R 2 = 0,907, dimana pengaruh yang diberikan mengikuti persamaan regreasi liner Y = 4,717 - 3,015X 1 + 2,852X 2 lampiran 15. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian OECD 1982 yang menunjukan adanya keterkaitan antara konsentrasi nitrat dengan klorofil-a di badan air. Demikian juga halnya dengan Effendi 2003 yang menyatakan bahwa kandungan fosfat pada suatu perairan merupakan salah satu faktor yang mendukung pertumbuhan fitoplankton, dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap terjadinya peningkatan konsentrasi klorofil-a pada perairan tersebut. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 64 - BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Ada perbedaan yang signifikan konsentrasi senyawa nitrat NO 3 - antar stasiun penelitian yang terdapat aktifitas KJA dengan stasiun penelitian yang tidak terdapat aktifitas KJA  = 0,014. 2. Tidak ada perbedaan signifikan konsentrasi fosfat PO 4 3- dan klorofil-a antar stasiun penelitian yang terdapat aktifitas KJA dengan stasiun penelitian yang tidak terdapat aktifitas KJA, namun konsentrasinya cenderung meningkat seiring dengan meningkatnya input pakan pada kegiatan budidaya ikan KJA. 3. Input pakan pada kegiatan budidaya ikan KJA di perairan Danau Toba berkorelasi sangat kuat positif dengan pengayaan fosfat PO 4 3- , nitrat NO 3 - dan klorofil-a, dengan koefisien korelasi r masing-masing sebesar 0,894, 0,927 dan 0,994. 4. Input pakan pada kegiatan budidaya ikan KJA mempunyai kontribusi terhadap pengkayaan nitrat NO 3 - badan air dengan koefisien determinasi sebesar 86 R 2 = 0,860. 5. Konsentrasi fosfat PO 4 3- dan nitrat NO 3 - masing-masing berkorelasi positif sangat kuat dengan peningkatan konsentrasi klorofil-a di badan air Danau Toba, dengan koefisien korelasi r masing-masing sebesar 0,933 dan 0,951. 6. Konsentrasi fosfat PO 4 3- dan nitrat NO 3 - secara bersama-sama mempunyai kontribusi terhadap peningkatan konsentrasi klorofil-a di badan air, dengan koefisien determinasi sebesar 90,7 R 2 = 0,907. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 65 -

5. 2 S a r a n

1. Untuk memperoleh gambaran yang lebih sempurna dan akurat mengenai hubungan kegiatan budidaya ikan KJA dengan pengkayaan nutrien dan klorofil-a, disarankan untuk penelitian selanjutnya agar mengadakan penelitian yang lebih komprehensif dengan melibatkan lebih banyak variabel dan stasiun penelitian dan dilaksanakan secara priodik dalam jangka waktu yang cukup lama. 2. Mengingat kegiatan budidaya ikan KJA mempunyai kontribusi cukup besar terhadap terjadinya pengayaan nutrien perairan danau toba, maka disarankan kepada instansi pemerintah terkait agar menetapkan kebijakan pembatasan pengembangan budidaya ikan KJA sesuai kemampuan badan air dalam mendegradasi limbah yang dihasilkanya. Oleh karena itu perlu segera dilakukan penelitian daya dukung perairan Danau Toba dalam menampung beban limbah yang bersumber dari kegiatan KJA. 3. Untuk mengurangi beban limbah kegiatan KJA yang terbuang ke perairan danau, disarankan kepada seluruh pelaku budidaya ikan KJA agar mempertimbangkan penerapan teknik budidaya ikan yang lebih ramah lingkungan, seperti penerapan budidaya ikan dengan sistem KJA berganda bertingkat Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 66 - DAFTAR PUSTAKA Ahl, T. 1980. Eutrofication of Norwegian freshwater in relation to natural conditions. in: eutrofication of deep lakes. Progress in Water Technology 12 2. Alearts, G. dan S. Santika. 1987. Metode Penelitian Air. Usaha Nasional. Surabaya. Anonim, 2004. Pedoman Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba. LTEMP. Dokumen no. 0401. Anonim, 2008. Pedoman Pengelolaan Ekosistem Danau. Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta. APHA American Public Health Association. 1989. Standard Methods for the Examination of Water and Waste Water Including Bottom Sediment and Sludges. 17 th ed. Amer. Publ. Health Association Inc., New York. Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi, Studi Tentang Ekosistem Sungai dan Danau. Jurusan Biologi Fakultas MIPA USU. Medan. Barus, T.A. 2007. Keanekaragaman Hayati Ekosistem Danau Toba dan Upaya Pelestariannya. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Bidang Ilmu Limnologi pada Fakultas MIPA USU. Medan. 3 Februari 2007. Barg, U.C. 1992. Guedelins for the Promation of Environmental Management of Coastal Aquaculture Development. FAO Fisheries Technical Paper. FAO. Romea. Beveridge, M.C.M. 1984. The environmental impact of freshwater cage and pen fish farming and the use of simple models to predict carrying capacity. FAO Technical Paper No. 255. Rome. Beveridge, M.C.M. 1996. Cage Aquaculture. 2nd Edition. Fishing News Books Ltd. Oxford. 346p. Boyd, C. E. 1999. Management of Shrimp Ponds to Reduce the Eutrophication Potential of Effluents. The Advocate, December 1999 Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perairan. Kanisius. Yogyakarta, 258 p. Folkowski, P.G. dan A. J. Raven. 1997. Aquatic Photosynthesis. New York: Blacwell Science. USA. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 67 - Garno, Y.S. 1995. Pengaruh Eutrofikasi Terhadap Pertumbuhan, Mortalitas dan Produksi Ikan. Menuju Era Teknologi Hijau, Buku I: Masalah Lingkungan dan Pengelolaannya. Dit. TPLH- BPPT. Garno, Y.S. 2002. Beban Pencemaran Limbah Perikanan Budidaya dan Yutrofikasi di perairan waduk pada DAS Citarum. Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.3, No. 2. Garno, Y.S. 2004. Biomanipulasi,Paradikma Baru Dalam Pengendalian Limbah Organik Budidaya Perikanan di Waduk dan Tambak. Orasi ilmiah Pengukuhan Ahli Peneliti Utama Bidang Manajemen Kwalitas Perairan. BPPT Jakarta. Goldman, C. R dan A.J. Horne. 1983. Limnology. Mc.Graw-Hill International Book Company. New York. 464 p Haryadi, S. 2003. Pencemaran daerah aliran sungai DAS. Manajemen Bioregional Jabodetabek: Tantangan dan Harapan. Workshop Pengembangan Konsep Bioregional Sebagai Dasar Pengelolaan Kawasan Secara Berkelanjutan. Bogor, 4-5 Nopember 2002. Pusat Penelitian Biologi LIPI. Bogor, pp. 165-172. Hendersen, B. Sellers and H.R. Markland. 1987. Decaying Lakes-The Origins and Control of Cultural Eutrofication. John Willey Sons Ltd. New York Chichester, Brisbane, Toronto, Singapura. Theor. Angew. Limnol. Verh, 20: 68-74. Henriksen, K., Kemp, W.M. 1988. Nitrification in estuarine and coastal marine sediments. In: Blackburn. T. H., Ssrensen, J. eds. Nitrogen cycling in coastal marine environments. John Wiley Sons, Chichester. Jeffries, M., and D. Mills. 1996. Freshwater Ecology, Principles and Applications. John Wiley and Sons. Chicester UK. Jorgensen, S.E. and R.A.Vollenweiden. 1989. Guedelines of Lakes Management. Principles of Lakes Management,Vol.1. International Lake Environment Foundation. Shiga-Japan. Jorgensen, S.E. 1990. Erosion and Filtration. Dalam Jorgensen H. Loffler Eds. Guidelines of Lake Management. Vol. 3. International Lake Environment Committee Foundation Shiga-Kaikan Build. Japan. Juaningsih, N. 1997. Eutrofikasi di Waduk Saguling Jawa Barat. Laporan Penelitian Balai Penelitian Air Tawar Purwakarta. Jawa Barat. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 68 - Mackentum, K.M. 1969. The Practice of Water Pollution Biology. United States Departement of Interior. Federal Water Pollution Control Administration. Division of Technical Support. Margalef, R. 1958. Temporal Succession and Spaital Heterogeneity in Phytoplankton In A. A. Buzzati-Traversoed., Perspective in Marine Biology. Univ. Calofornia Press, pp. 323-349 Margonof, 2007. Model Pengendalian Pencemaran Perairan di Danau Maninjau Sumatera Barat. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Tesis. Mason, C.F. 1993. Biology of Freshwater Pollution. New York. Longman Scientific and Technical. Mc. Donald, M.E., Tikkanen, C.A., Axler, R.P., Larsen, C.P., Host, G. 1996. Fish Simulation Culture Model FIS-C : A Bioenergetics Based Model for Aquacultural Wasteload Application. Aquacultural Engineering, 15 4 Michael, P. 1984. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. Penerjemah : Yanti R, Koestoer. UI Press. Jakarta. Odum, E.P. 1996. Dasar Dasar Ekologi. Alih Bahasa : Samingan, T. Edisi Ketiga. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. OECD. 1982. Eutrophication of Waters: Monitoring, Assessment and Control. OECD Organization for Economic Co-Operation and Development. Paris. Pillay, T.V.R. 1992. Aquculture and the Environment. Fishing News Books. Osney Mead. Oxford. England. Polprasert, C. 1989. Organic Water Recycling. Jhon Wiley Sons, Chichester. Pescod, M. B. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standard for Tropical Countries. Bangkok : AIT Purnomo, K. 2008. Beberapa Aspek Biolimnologi Perairan Danau Toba. Prosiding Seminar Nasional Tahunan V Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan, 26 Juli 2008. Yogyakarta. Rahayu S. 1991. Penelitian Kadar Oksigen Terlarut DO dalam Air bagi Kehidupan Ikan. BPPT No. XLV1991. Jakarta. Rismawati. 2010. Analisis Daya Dukung Perairan Danau Toba Terhadap Kegiatan Perikanan Sebagai Dasar Dalam Pengedalian Pencemaran Keramba Jaring Apung. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. Tesis. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 69 - Ruttner. 1977. Fundamental of Limnology. University of Toronto Press. Canada. Ryding, S.O dan W. Rast. 1989. The Control of Eutrophication of Lakes and Reservoir. The Parthenon Publishing Group. New Jersey. Sawyer,C.N. and P.L.Mc.Carty. 1978. Chemistri For Environmental Engineering. 3 nd Ed. Mc. Graw Hill Kogakusha Ltd. Sellers, B.H. and H.R. Markland. 1987. Decaying Lakes: The Origin and Control of Eutrofication. John-Wiley and Sons. Singapore Inc. Wetzel, R.O. 1975. Limnology. Sounders Collage Publishing. USA. Whittaker, R.H. 1975. Communities and Ekosistem. Second Edition. Macmillan Publishing Co. Inc. New York. Yamaji. 1996. Illustrations of The Marine of Japan. Hoikusha Osaka. Japan. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 70 - Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 71 - Sampel membentuk endapan putihcoklat Lampiran 2. Metode Pengukuran DO Michael, 1984; Suin, 2002 1 ml MnSO 4 1 ml KOH-KI Dikocok Didiamkan 1 ml H 2 SO 4 Dikocok 1 ml H 2 SO 4 Didiamkan Diambil 100 ml Ditetesi Na 2 S 2 O 3 0,0125N Ditambah 5 tetes larutan Amilum Dititrasi dgn Na 2 S 2 O 3 0,0125 N Volume Na 2 S 2 O 3 yang terpakai = Nilai DO Sampel Air Larutan Sampel berwarna coklat Larutan berwarna kuning pucat Larutan berwarna biru Larutan bening Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 72 - Lampiran 3 Metode Penentuan Nilai COD Michael,1984; Suin, 2002 Sampel Air KMnO 4 0,1 ml Panaskan selama 1 jam Dinginkan 10 menit Tambahkan 10 ml KI 10 Tambahkan H 2 SO 4 4N 10 ml Titrasi dgn larutan Triosulfat Sampel Berwarna Kuning Pucat Tambahkan larutan Amilum 1 Sampel Berwarna Biru Titrasi dgn Larutan Triosulfat Sampel Berwarna Bening Nilai COD = Banyaknya Triosulfat yang terpakai Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 73 - Lampiran 4 Metode Pengukuran BOD 5 Michael,1984: Suin, 2002 Diinkubasi Selama 5 hari pada temperatur 20 o C Dihitung DO Dihitung DO Keterangan : - Sampel air diukur nilai DO nya langsung di lokasi penelitianDO awal dengan metode Winkler, - Sampel air di inkubasi pada suhu 20 C selama 5 hari. - Selanjutnya setelah di inkubasi nilai DO nya kembali di ukur DO inkubasi. - Nilai BOD 5 adalah selisih antara nilai DO awal dengan nilai DO inkubasi Sampel Air Sampel Air I Sampel Air II DO Awal DO Akhir Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 74 - Lampiran 5 Metode Pengukuran kandungan Nitrat NO 3 - Michael,1984: Suin, 2002 1 ml NaCl dengan pipet volume 5 ml H 2 SO 4 75 4 tetes asam brucine sulfat sulfanic Dipanaskan selama 25 menit, pada suhu 95 o C Didinginkan Diukur dengan spektofotometer pada λ = 410 nm Sampel Air 5 ml Larutan Larutan Hasil Konsentrasi Nitrat Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 75 - Lampiran 6 Metode Pengukuran Kandungan Fosfat PO 4 3- Michael,1984: Suin, 2002 2 ml Reagan Amstrong 1 ml Asam Askorbat Dibiarkan selama 20 menit Diukur dengan pektofotometer pada λ = 880 nm Sampel Air 5 ml L a r u t a n H a s i l Konsentrasi Fosfat Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 76 - Lapiran 7 Metode Pengukuran Kandungan Klorofil-a Seameo Biotrop et al.,2002 Di saring dgn kertas saring Di masukkan ke dlm gelas fiber Tambahkan 10 ml aseton, lalu diekstrak Diaduk sampai berwarna hijau Pindahkan ke dalam kuvet Di ukur absorban klorofil-a dgn spektrofotometer pd  : 630 nm, 647 nm, dan 664 nm Sampel Air 1000 ml Ekstrak Aseton Kertas Saring + Klorofil-a H a s i l Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 77 - Keterangan : - 1000 ml air sampel disaring dengan menggunakan kertas saring whatman GFF. - Kertas saring dengan partikel klorofil yang tersaring diambil dgn menggunakan pinset - Kertas saring digulung lalu di masukkan kedalam gelas fiber - Tambahkan larutan Aceton 90 sebanyak 10 ml, lalu ditutup. - Untuk menghindari kontak dengan cahaya, tabung dibungkus aluminium foil. - Sampel di centrifius sehingga terbentuk ekstrak. - Di ukur absorban dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm, 647 nm dan 664 nm.. - Konsentrasi klorofil-a dihitung dengan menggunakan rumus : Konsentrasi Klorofil-a Ca-mgl = 11,58 OD664 - 1,54 OD647 - 0.08OD630 Konsentrasi Klorofil-a mgm 3 = 3 Sampel, m Volume trak, L Volume Eks x Ca Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 78 - Lampiran 8. Tabel Hasil Wawancara dengan Pelaku Budidaya Ikan KJA di Stasiun Penelitian Stasiun Kode Responden Ukuran KJA m Luas m 2 Jlh Benih ekor Asupan Pakan kg priode I.1 5 x 5 25 5.000 2.000 I.2 5 x 5 25 5.000 2.000 I Jumlah 50 10.000 4.000 II.1 5 x 5 25 5.000 2.100 4 x 4 16 5.000 1.800 II.2 5 x 5 25 6.500 2.400 II.3 6 x 6 36 7.000 2.500 4 x 4 16 4.000 1.500 II.4 4 x 5 20 5.000 2.000 II Jumlah 138 32.500 12.300 III.1 6 x 6 36 8.000 2.800 4 x 4 16 5.000 2.000 III.2 5 x 5 25 6.000 2.300 III.3 4 x 5 20 4.000 1.700 III.4 5 x 5 25 6.500 2.700 III Jumlah 122 29.500 11.500 IV - - 0 0 Keterangan : Stasiun I = Perairan Desa Panahatan terdapat 380 unit KJA Stasiun II = Perairan Desa Tambun Raya terdapat 103 unit KJA Stasiun III = Perairan Desa Sipolha terdapat 64 unit KJA Stasiun IV kontrol = Perairan Pasir Matabu tidak ada KJA KJA unit Luas KJA unit per ikan benih Jumlah ikan benih tebar Kepadaan  Asupan pakanekor ikan per satu priode = ditebar yang benih Jumlah panen masa per pakan asupan Jumlah Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 79 - Lampiran 9 Tabel Keadaan Budidaya Ikan KJA di Setiap Stasiun Penelitian Asupan Pakan Stasiun Ukuran KJA m Jumlah KJA Unit Luas m 2 Jlh.Benih ekor kg priode kg hari 5 x 5 380 9.500 1.900.000 760.000 5066,67 I Jumlah 380 9.500 1.900.000 760.000 5.066,67 4 x 4 39 624 146.956,56 55.623,06 370,82 4 x 5 16 320 77.546,02 28.273,28 188,49 5 x 5 44 1.100 266.564,43 97.189,39 647,93 6 x 6 4 144 34.895,71 12.722,97 84,82 II Jumlah 103 2.188 525.962,71 193.808,70 1292,06 4 x 4 18 288 69.639,35 27.152,38 181,02 4 x 5 10 200 50.724,64 18.986,23 126,57 5 x 5 26 650 164.855,08 61.705,26 411,37 6 x 6 10 360 91.304,35 34.175,22 227,83 III Jumlah 64 1.498 376.523,42 142.019,09 946,79 IV 0 0 0 0 0 0 Keterangan : Stasiun I = Perairan Desa Panahatan terdapat 380 unit KJA Stasiun II = Perairan Desa Tambun Raya terdapat 103 unit KJA Stasiun III = Perairan Desa Sipolha terdapat 64 unit KJA Stasiun IV kontrol = Perairan Pasir Matabu tidak ada KJA Universitas Sumatera Utara - 80 - Lampiran 10 Tabel Hasil Pengukuran Nilai Parameter Fisika, Kimia dan Biologi Perairan S t a s i u n S u b - s t a s i u n I II III IV N o Parameter Ked m 1 2 3 Rata 2 1 2 3 Rata 2 1 2 3 Rata 2 1 2 3 Rata 2 1 IC cd - 660 660 663 661 913 919 907 913 912 951 973 945 798 798 792 796 2 Kec m - 9,6 9,5 9,5 9,53 10,0 9,8 10,0 9,93 9,7 9,8 10,2 9,90 10,0 10,1 10,4 10,17 25,0 25,5 25,0 25,17 25,0 25,0 25,0 25,00 25,5 25,0 26 25,50 25,5 25,5 25,0 25,33 4 25,5 25,5 25,5 25,50 25,5 25,5 25,5 25,50 25,0 25,5 26 25,33 25,0 25,0 25,0 25,00 8 25,0 25,0 24,5 24,83 24,5 25,0 24,5 24,67 25,0 24,5 24 24,50 25,0 24,5 24,5 24,67 3 Suhu 0C Rata 2 25,17 25,33 25,00 25,17 25,00 25,17 25,00 25,06 25,17 25,00 25,17 25,11 25,17 25,00 24,83 25,00 7,3 7,5 7,4 7,40 7,3 7,3 7,5 7,37 7,1 7,6 7,5 7,40 7,4 7,5 7,3 7,40 4 6,7 7,2 7,3 7,07 7,2 7,7 7,4 7,43 7,5 7,5 7,0 7,33 7,8 7,5 7,6 7,63 8 7,0 6,8 7,0 6,93 6,9 7,0 7,0 6,97 7,0 6,8 6,8 6,87 7,3 7,0 7,5 7,27 4 pH Rata 2 7,00 7,17 7,23 7,13 7,13 7,33 7,30 7,26 7,20 7,30 7,10 7,20 7,50 7,33 7,47 7,43 6,5 6,3 6,4 6,40 6,6 6,7 6,5 6,60 6,8 6,7 6,7 6,73 6,9 6,7 7 6,87 4 6,4 6,0 6,4 6,27 6,4 6,3 6,7 6,47 6,4 6,4 6,6 6,47 6,6 6,4 6,6 6,53 8 6,0 5,8 5,9 5,90 6,2 6,5 6,3 6,33 6,1 6,4 6,4 6,30 6,4 6,5 6,3 6,40 5 DO mgL Rata 2 6,30 6,03 6,23 6,1889 6,40 6,50 6,50 6,4667 6,43 6,50 6,57 6,5000 6,63 6,53 6,63 6,6000 0,4193 0,7419 0,5806 0,5806 0,5161 0,3871 0,5161 0,4731 0,4839 0,4516 0,4291 0,4549 0,6129 0,5161 0,3548 0,4946 4 0,6839 0,6452 0,7516 0,6936 0,4193 0,4516 0,4516 0,4408 0,5484 0,6452 1,0645 0,7527 0,5484 0,5484 0,4193 0,5054 8 0,9516 0,6129 0,8484 0,8043 1,4839 0,4193 1,3548 1,0860 0,5806 0,6129 1,0323 0,7419 0,3871 0,6129 0,4516 0,4839 6 BOD 5 mgL Rata 2 0,6849 0,6667 0,7269 0,6928 0,8064 0,4193 0,7742 0,6666 0,5376 0,5699 0,8420 0,6498 0,5161 0,5591 0,4086 0,4946 Universitas Sumatera Utara - 81 - Tabel 10 Lanjutan........ 8,536 10,864 7,760 9,0533 6,984 4,656 6,984 6,2080 6,984 7,760 8,416 7,7200 6,208 5,432 3,880 5,1733 4 7,760 10,088 6,208 8,0187 5,432 6,208 6,208 5,9493 8,356 9,312 9,640 9,1027 5,432 6,208 4,656 5,4320 8 6,984 9,312 6,984 7,7600 6,208 7,432 5,432 6,3573 7,760 8,536 10,088 8,7947 4,656 6,984 5,432 5,6907 7 COD mgL Rata 2 7,7600 10,0880 6,9840 8,2773 6,2080 6,0987 6,2080 6,1716 7,7000 8,5360 9,3813 8,5391 5,4320 6,2080 4,6560 5,4320 0,2117 0,1764 0,2652 0,2178 0,1882 0,2058 0,1529 0,1823 0,1823 0,1294 0,2470 0,1862 0,1352 0,1470 0,1882 0,1568 4 0,1882 0,2411 0,2235 0,2176 0,2117 0,2823 0,1647 0,2196 0,2588 0,1411 0,2352 0,2117 0,2117 0,1235 0,1647 0,1666 8 0,2647 0,2529 0,2117 0,2431 0,1764 0,2941 0,1411 0,2039 0,2705 0,1176 0,2117 0,1999 0,1735 0,2117 0,1529 0,1794 8 PO 4 mgL Rata 2 0,2215 0,2235 0,2335 0,2262 0,1921 0,2607 0,1529 0,2019 0,2372 0,1294 0,2313 0,1993 0,1735 0,1607 0,1686 0,1676 0,7179 0,8205 0,6358 0,7247 0,4307 0,3897 0,4717 0,4307 0,5674 0,5948 0,1076 0,4233 0,4102 0,4307 0,4102 0,4170 4 0,6564 0,7794 0,5948 0,6769 0,3897 0,4692 0,4307 0,4299 0,6564 0,5153 0,4461 0,5393 0,3692 0,4897 0,3897 0,4162 8 0,6358 0,8589 0,6153 0,7033 0,9692 0,5487 0,8512 0,7897 0,6769 0,5743 0,9846 0,7453 0,5987 0,3692 0,3487 0,4389 9 NO 3 mgL Rata 2 0,6700 0,8196 0,6153 0,7016 0,5965 0,4692 0,5845 0,5501 0,6336 0,5615 0,5128 0,5693 0,4594 0,4299 0,3829 0,4240 7,1952 6,1346 5,9394 6,4231 6,6130 5,5118 4,9578 5,6942 6,6130 4,6518 7,2374 6,1674 4,8924 5,3880 6,1314 5,4706 4 6,2138 5,8834 5,5362 5,8778 7,4640 5,9572 5,2404 6,2205 5,3750 5,1498 6,8852 5,8033 4,9830 5,1240 5,8472 5,3181 8 5,5118 6,6682 5,7346 5,9715 5,6510 4,9650 4,8760 5,1640 5,6584 4,1384 4,8760 4,8909 5,2826 5,9402 5,6302 5,6177 10 Chl-a mgm 3 Rata 2 6,3069 6,2287 5,7367 6,0908 6,5760 5,4780 5,0247 5,6929 5,8821 4,6467 6,3329 5,6206 5,0527 5,4841 5,8696 5,4688 Keterangan : IC = Intensitas Cahaya Candela Kec = Kecerahan air Ked = Kedalaman Sampling Chl-a = Klorofil-a Stasiun I = Perairan Panahatan terdapat 380 unit KJA Stasiun II = Perairan Tambun Raya terdapat 103 unit KJA Stasiun III = Perairan Sipolha terdapat 64 unit KJA Stasiun IV kontrol = Perairan Pasir Matabu tidak ada KJA Universitas Sumatera Utara 82 Lampiran 11 Hasil Uji Homogenitas Data Test of Homogeneity of Variancesa,b Levene Statistic df1 df2 Sig. Kecerahan m 3,033 3 8 ,093 Suhu 0C 2,081 3 32 ,122 pH 1,478 3 32 ,239 DO mgL 1,024 3 32 ,395 BOD5 mgL 4,986 3 32 ,006 COD mgL 1,793 3 32 ,168 PO4 mgL 1,824 3 32 ,078 NO3 mgL 1,747 3 32 ,177 Klorofil-a mgm3 2,710 3 32 ,061 a Test of homogeneity of variances cannot be performed for Input Pakan kghari because the sum of caseweights is less than the number of groups. b Test of homogeneity of variances cannot be performed for Input Pakan kghari because only one group has a computed variance. Universitas Sumatera Utara 83 Lampiran 12 Hasil Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Input Pakan kghari Kecerahan m Suhu 0C pH DO mgL BOD5 mgL COD mgL PO4 mgL NO3 mgL Klorofil-a mgm3 N 4 12 36 36 36 36 36 36 36 36 Normal Parametersa,b Mean 1826,3800 9,8833 25,0972 7,2556 6,43889 ,625978 7,105000 ,198739 ,561258 5,718261 Std. Deviation 2228,17710 ,28231 ,44432 ,28430 ,265414 ,2624938 1,7287521 ,0486467 ,1892819 ,7758323 Most Extreme Differences Absolute ,345 ,160 ,225 ,149 ,164 ,221 ,115 ,089 ,103 ,101 Positive ,345 ,116 ,225 ,149 ,114 ,221 ,115 ,089 ,099 ,101 Negative -,206 -,160 -,219 -,145 -,164 -,154 -,066 -,077 -,103 -,083 Kolmogorov-Smirnov Z ,690 ,555 1,353 ,894 ,984 1,325 ,688 ,536 ,618 ,608 Asymp. Sig. 2-tailed ,729 ,917 ,051 ,401 ,288 ,060 ,730 ,936 ,840 ,854 a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Universitas Sumatera Utara 84 Lampiran 13 Hasil Uji ANOVA Antar Stasiun Sum of Squares df Mean Square F Sig. Kecerahan m Between Groups ,617 3 ,206 6,325 ,017 Within Groups ,260 8 ,033 Total ,877 11 Suhu C Between Groups ,188 3 ,063 ,298 ,827 Within Groups 6,722 32 ,210 Total 6,910 35 pH Between Groups ,447 3 ,149 2,000 ,134 Within Groups 2,382 32 ,074 Total 2,829 35 DO mgL Between Groups ,837 3 ,279 5,479 ,004 Within Groups 1,629 32 ,051 Total 2,466 35 BOD 5 mgL Between Groups ,216 3 ,072 1,047 ,385 Within Groups 2,196 32 ,069 Total 2,412 35 COD mgL Between Groups 63,912 3 21,304 16,755 ,000 Within Groups 40,689 32 1,272 Total 104,600 35 PO 4 mgL Between Groups ,016 3 ,005 2,472 ,080 Within Groups ,067 32 ,002 Total ,083 35 NO 3 mgL Between Groups ,349 3 ,116 4,106 ,014 Within Groups ,905 32 ,028 Total 1,254 35 Klorofil-a Between Groups 1,901 3 ,634 1,058 ,381 mgm 3 Within Groups 19,166 32 ,599 Total 21,067 35 Universitas Sumatera Utara 85 Multiple Comparisons Tukey HSD 95 Confidence Interval Dependent Variable I Stasiun J Stasiun Mean Difference I-J Std. Error Sig. Upper Bound Lower Bound DO mgL Stasiun 1 Stasiun 2 -,277778 ,106357 ,062 -,56594 ,01038 Stasiun 3 -,311111 ,106357 ,030 -,59927 -,02295 Stasiun 4 -,411111 ,106357 ,003 -,69927 -,12295 Stasiun 2 Stasiun 1 ,277778 ,106357 ,062 -,01038 ,56594 Stasiun 3 -,033333 ,106357 ,989 -,32149 ,25483 Stasiun 4 -,133333 ,106357 ,598 -,42149 ,15483 Stasiun 3 Stasiun 1 ,311111 ,106357 ,030 ,02295 ,59927 Stasiun 2 ,033333 ,106357 ,989 -,25483 ,32149 Stasiun 4 -,100000 ,106357 ,784 -,38816 ,18816 Stasiun 4 Stasiun 1 ,411111 ,106357 ,003 ,12295 ,69927 Stasiun 2 ,133333 ,106357 ,598 -,15483 ,42149 Stasiun 3 ,100000 ,106357 ,784 -,18816 ,38816 COD mgL Stasiun 1 Stasiun 2 2,1057778 ,5315650 ,002 ,665576 3,545980 Stasiun 3 -,2617778 ,5315650 ,960 -1,701980 1,178424 Stasiun 4 2,8453333 ,5315650 ,000 1,405131 4,285535 Stasiun 2 Stasiun 1 -2,1057778 ,5315650 ,002 -3,545980 -,665576 Stasiun 3 -2,3675556 ,5315650 ,001 -3,807757 -,927354 Stasiun 4 ,7395556 ,5315650 ,514 -,700646 2,179757 Stasiun 3 Stasiun 1 ,2617778 ,5315650 ,960 -1,178424 1,701980 Stasiun 2 2,3675556 ,5315650 ,001 ,927354 3,807757 Stasiun 4 3,1071111 ,5315650 ,000 1,666909 4,547313 Stasiun 4 Stasiun 1 -2,8453333 ,5315650 ,000 -4,285535 -1,405131 Stasiun 2 -,7395556 ,5315650 ,514 -2,179757 ,700646 Stasiun 3 -3,1071111 ,5315650 ,000 -4,547313 -1,666909 NO3 mgL Stasiun 1 Stasiun 2 ,1515556 ,0792945 ,244 -,063282 ,366393 Stasiun 3 ,1323778 ,0792945 ,356 -,082460 ,347215 Stasiun 4 ,2776111 ,0792945 ,007 ,062774 ,492449 Stasiun 2 Stasiun 1 -,1515556 ,0792945 ,244 -,366393 ,063282 Stasiun 3 -,0191778 ,0792945 ,995 -,234015 ,195660 Stasiun 4 ,1260556 ,0792945 ,399 -,088782 ,340893 Stasiun 3 Stasiun 1 -,1323778 ,0792945 ,356 -,347215 ,082460 Stasiun 2 ,0191778 ,0792945 ,995 -,195660 ,234015 Stasiun 4 ,1452333 ,0792945 ,278 -,069604 ,360071 Stasiun 4 Stasiun 1 -,2776111 ,0792945 ,007 -,492449 -,062774 Stasiun 2 -,1260556 ,0792945 ,399 -,340893 ,088782 Stasiun 3 -,1452333 ,0792945 ,278 -,360071 ,069604 The mean difference is significant at the .05 level. Universitas Sumatera Utara 86 Lampiran 14 Hasil Uji Correlation Pearson Input Pakan kghari Kecerahan m Suhu C pH DO mgL BOD 5 mgL COD mgL PO 4 mgL NO 3 - mgL Klorofil-a mgm 3 Input Pakan Pearson Correlation 1 -,967 ,873 -,792 -,997 ,693 ,592 ,894 ,927 ,994 kghari Sig. 2-tailed ,033 ,127 ,208 ,003 ,307 ,408 ,106 ,073 ,006 N 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Kecerahan m Pearson Correlation -,967 1 -,962 ,922 ,981 -,833 -,749 -,994 -,992 -,979 Sig. 2-tailed ,033 ,038 ,078 ,019 ,167 ,251 ,006 ,008 ,021 N 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Suhu C Pearson Correlation ,873 -,962 1 -,970 -,893 ,847 ,902 ,929 ,976 ,887 Sig. 2-tailed ,127 ,038 ,030 ,107 ,153 ,098 ,071 ,024 ,113 N 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 pH Pearson Correlation -,792 ,922 -,970 1 ,830 -,945 -,884 -,896 -,963 -,833 Sig. 2-tailed ,208 ,078 ,030 ,170 ,055 ,116 ,104 ,037 ,167 N 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 DO mgL Pearson Correlation -,997 ,981 -,893 ,830 1 -,748 -,617 -,990 -,950 -,999 Sig. 2-tailed ,003 ,019 ,107 ,170 ,252 ,383 ,010 ,050 ,001 N 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 BOD 5 mgL Pearson Correlation ,693 -,833 ,847 -,945 -,748 1 ,714 ,833 ,892 ,764 Sig. 2-tailed ,307 ,167 ,153 ,055 ,252 ,286 ,167 ,108 ,236 N 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 COD mgL Pearson Correlation ,592 -,749 ,902 -,884 -,617 ,714 1 ,677 ,793 ,602 Sig. 2-tailed ,408 ,251 ,098 ,116 ,383 ,286 ,323 ,207 ,398 N 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 PO 4 mgL Pearson Correlation ,894 -,969 ,942 -,962 -,926 ,942 ,740 1 ,988 ,933 Sig. 2-tailed ,106 ,031 ,058 ,038 ,074 ,058 ,260 ,012 ,067 N 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 NO 3 - mgL Pearson Correlation ,927 -,992 ,976 -,963 -,950 ,892 ,793 ,982 1 ,951 Sig. 2-tailed ,073 ,008 ,024 ,037 ,050 ,108 ,207 ,018 ,049 N 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Klorofil-a Pearson Correlation ,994 -,979 ,887 -,833 -,999 ,764 ,602 ,992 ,951 1 mgm 3 Sig. 2-tailed ,006 ,021 ,113 ,167 ,001 ,236 ,398 ,008 ,049 N 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Correlation is significant at the 0.05 level 2-tailed. Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 87 - Lampiran 15 . Hasil Uji Regressi Liner

a. Uji Regresi Input Pakan dengan Konsentrasi PO

4 Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 ,894a ,799 ,699 ,0131947 1,885 a Predictors: Constant, Input Pakan kghari b Dependent Variable: PO4 mgL ANOVAb Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression ,001 1 ,001 7,960 ,106a Residual ,000 2 ,000 Total ,002 3 a Predictors: Constant, Input Pakan kghari b Dependent Variable: PO4 mgL Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta B Std. Error 1 Constant ,181 ,009 19,940 ,003 Input Pakan kghari 9,65E-006 ,000 ,894 2,821 ,106 a Dependent Variable: PO4 mgL Residuals Statistics a ,181133 ,230006 ,198750 ,0214930 4 -,0135327 ,0090345 ,0000000 ,0107734 4 -,820 1,454 ,000 1,000 4 -1,026 ,685 ,000 ,816 4 Predicted Value Residual Std. Predicted Value Std. Residual Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Dependent Variable: PO4 mgL a. Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 88 -

b. Uji Regresi Input Pakan dengan Konsentrasi NO