Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011
- 39 - yang ditebar pada stasiun II berkisar 525.962,71 ekor satu kali masa panen,
sedangkan pada stasiun III, rata-rata kepadatan tebar benih berkisar 241,8033 ekorm
2
KJA, sehingga total jumlah ikan yang ditebar pada stasiun III berkisar 376.523,42 ekorsatu kali masa panen Tabel 4.1. Ukuran benih yang ditebar
pada masing-masing KJA juga bervariasi satu sama lain tergantung pada ketersediaan benih dan ukuran mata jaring yang digunakan. Namun, secara umum
benih ikan yang ditebar petani KJA pada semua lokasi penelitian adalah berukuran sekitar 4-8 cm ekor ikan.
4.1.3 Pemberian Pakan
Kegiatan budidaya ikan KJA di daerah penelitian tergolong budidaya intensif yaitu dengan kepadatan tebar benih ikan cukup tinggi, sehingga untuk
dapat mencapai pertumbuhan secara optimal, tidak dapat hanya dengan menggantungkan kebutuhan makanan yang tersedia secara alami dari lingkungan
sekitarnya. Oleh karena itu selama masa pemeliharaan ikan diberikan pakan berupa pakan buatan pellet. Dari pengamatan di lokasi penelitian diketahui
bahwa pellet yang digunakan petani KJA bervariasi, yang antara lain dengan merek dagang Global Feed, Bio Carp Cargill, Charoen Phokpand, Comfeed, dan
ada juga yang menggunakan pellet buatan sendiri. Setiap jenis pelet mempunyai komposisi yang berbeda satu sama lain, namun secara umum komposisi pelet
yang dipergunakan terdiri dari protein 15 - 32 , lemak minimum 4 , serat kasar maksimum 7 , abu maksimum 13 , air maksimum 12 , dan selebihnya
terdiri dari macam-macam vitamin. Dalam penentuan bobot pakan pellet yang diberikan, petani KJA terkesan
tidak mengikuti suatu aturan tertentu, melainkan hanya berdasarkan kebiasaan dan kekenyangan ikan, yang ditandai dari respon ikan terhadap pakan yang diberikan.
Frekwensi pemberian pakan yang dilakukan petani KJA berbeda-beda satu sama lain. Namun secara umum pemberian pakan dilakukan sebanyak 2-3 kali hari,
yaitu pada waktu pagi, siang dan sore hari. Selain pemberian pakan buatan pelet, untuk meningkatkan bobot ikan pada saat dipanen, maka selama satu bulan
sebelum tiba waktu panen ikan juga diberikan jagung sebagai pakan tambahan.
Universitas Sumatera Utara
Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011
- 40 - Pada umumnya ikan akan dipanen setelah mencapai biomassa rata-rata 600-
800 gramekor, dimana untuk mencapai ukuran panen tersebut, biasanya memerlukan waktu pemeliharaan sekitar 6 bulan, tergantung ukuran benih yang
ditebar, pemeliharaan, permintaan konsumen, kecukupan modal dan harga pasar. Melalui pengamatan dan wawancara dengan pelaku KJA di masing-masing
stasiun penelitian, diketahui bahwa rata-rata bobot pakan pelet yang masuk ke perairan setiap hari adalah bervariasi antar stasiun penelitian tergantung kepada
volume KJA yang beroperasi dan kepadatan tebar benih ikan budidaya. Dari hasil penelitian yang diperoleh diketahui bahwa rata-rata bobot pakan pelet yang
masuk ke perairan stasiun I adalah lebih kurang 5.066,67 kghari, ke perairan stasiun II lebih kurang 1.292,06 kghari, ke perairan stasiun III lebih kurang
946,79 kghari, dan ke perairan stasiun IV tidak ada masukan pelet karena pada perairan tersebut tidak terdapat kegiatan KJA Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Keadaan Budidaya Ikan KJA di Setiap Stasiun Penelitian
Asupan Pakan Stasiun
Jlh Unit KJA
Unit
Total Luas KJA
m
2
Kepadatan benih
ekorm
2
Jlh.Benih
ekor
kg priode kg hari
I 380 9.500 200
1.900.000 760.000
5.066,67 II 103
2.188 235,51
525.962,71 193.808,70 1.292,06
III 64 1.498 241,80
376.523,42 142.019,09 946,79 IV
00 00 00 00 00 00
Sumber : Analisis dari data primer Lampiran 8
Keterangan
Stasiun I : Perairan Desa Panahatan Stasiun II : Perairan Desa Tambun Raya
Stasiun III : Perairan Desa Sipolha Stasiun IV kontrol : Pasir Matabu
4.1.4 Estimasi Beban Limbah KJA