Estimasi Beban Limbah KJA

Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 40 - Pada umumnya ikan akan dipanen setelah mencapai biomassa rata-rata 600- 800 gramekor, dimana untuk mencapai ukuran panen tersebut, biasanya memerlukan waktu pemeliharaan sekitar 6 bulan, tergantung ukuran benih yang ditebar, pemeliharaan, permintaan konsumen, kecukupan modal dan harga pasar. Melalui pengamatan dan wawancara dengan pelaku KJA di masing-masing stasiun penelitian, diketahui bahwa rata-rata bobot pakan pelet yang masuk ke perairan setiap hari adalah bervariasi antar stasiun penelitian tergantung kepada volume KJA yang beroperasi dan kepadatan tebar benih ikan budidaya. Dari hasil penelitian yang diperoleh diketahui bahwa rata-rata bobot pakan pelet yang masuk ke perairan stasiun I adalah lebih kurang 5.066,67 kghari, ke perairan stasiun II lebih kurang 1.292,06 kghari, ke perairan stasiun III lebih kurang 946,79 kghari, dan ke perairan stasiun IV tidak ada masukan pelet karena pada perairan tersebut tidak terdapat kegiatan KJA Tabel 4.1. Tabel 4.1 Keadaan Budidaya Ikan KJA di Setiap Stasiun Penelitian Asupan Pakan Stasiun Jlh Unit KJA Unit Total Luas KJA m 2 Kepadatan benih ekorm 2 Jlh.Benih ekor kg priode kg hari I 380 9.500 200 1.900.000 760.000 5.066,67 II 103 2.188 235,51 525.962,71 193.808,70 1.292,06 III 64 1.498 241,80 376.523,42 142.019,09 946,79 IV 00 00 00 00 00 00 Sumber : Analisis dari data primer Lampiran 8 Keterangan Stasiun I : Perairan Desa Panahatan Stasiun II : Perairan Desa Tambun Raya Stasiun III : Perairan Desa Sipolha Stasiun IV kontrol : Pasir Matabu

4.1.4 Estimasi Beban Limbah KJA

Menurut Mc.Donald et al.1996; Boyd 1999 bahwa dari sejumlah pakan buatan pelet yang diberikan kepada ikan budidaya pada keramba jaring apung, hanya 70 yang berhasil dikonsumsi oleh ikan budidaya pada keramba, Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 41 - sedangkan 30 lagi akan tertinggal dan terbuang sebagai sisa pakan yang tidak terkonsumsi oleh ikan budidaya. Selanjutnya, dari sejumlah pakan yang berhasil dikonsumsi oleh ikan budidaya, setelah dikonversikankan didalam tubuh ikan, sebanyak 25 – 30 akan diekskresikan kembali ke badan air sebagai sisa metabolisme yaitu dalam bentuk urine dan faeses. Dari data hasil pengamatan pada masing-masing stasiun penelitian, bila diasumsikan bahwa 30 dari pakan yang diberikan tidak terkonsumsi oleh ikan budidaya dan 25 – 30 dari pakan yang dikonsumsi oleh ikan, akan diekskresikan kembali ke badan air sebagai sisa metabolisme seperti yang dinyatakan Mc.Donald et al. 1996; Boyd 1999, maka total sisa pakan sebagai limbah yang terbuang ke perairan pada masing-masing stasiun penelitian jumlahnya cukup besar, seperti yang disajikan pada tabel 4.2 berikut : Tabel 4.2 Estimasi Limbah KJA yang Terbuang ke Perairan Danau Toba pada masing-masing Stasiun Penelitian Stasiun Penelitian I II III IV Input pakan kghari 5.066,67 1.292,06 946,79 Di konsumsi ikan kghari 3.546,67 904,44 662,75 Tdk dikonsumsi kghari 1.520,00 387,62 284,04 Sisa metabolisme kghari 886,67 226,11 165,69 Total limbah KJA kghari 2.406,67 613,73 449,73 Sumber : Analisis data primer dengan mengacu Mc.Donald, et al.1996; Boyd 1999 Keterangan : Stasiun I : Perairan Panahatan terdapat 380 unit KJA Stasiun II : Perairan Tambun Raya terdapat 103 unit KJA Stasiun III : Perairan Sipolha terdapat 64 unit KJA Stasiun IV : Perairan Pasir Matabu tidak ada KJA kontrol Tabel 4.2 menjelaskan bahwa perairan Danau Toba menerima masukan limbah yang bersumber dari kegiatan budidaya ikan KJA dalam jumlah yang bervariasi pada masing-masing stasiun penelitian. Masukan limbah per hari yang Universitas Sumatera Utara Orba Ginting : Studi Korelasi Kegiatan Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung dengan Pengayaan Nutrien Nitrat dan Fosfat dan Klorofil-a di Perairan Danau Toba, USU - 2011 - 42 - paling tinggi terdapat pada stasiun I dengan rata-rata berkisar 2.406,67 kghari dan masukan limbah yang paling rendah terdapat stasiun IV, dimana pada stasiun ini tidak terdapat aktifitas KJA, sehingga diasumsikan tidak ada masukan limbah yang bersumber dari KJA. Tingginya beban limbah yang terbuang ke perairan Danau Toba dari kegiatn KJA, dapat digambarkan dari hasil penelitian Rismawati 2010 yang menyatakan bahwa rasio konversi pakan Feed Convertion Ratio pada KJA PT.Aquafarm Nusantara di Danau Toba adalah berkisar 2 : 1. Hal ini berarti bahwa setiap produksi 1 ton ikan pada KJA membutuhkan pakan sebanyak 2 ton, atau dengan kata lain dapat diartikan bahwa dari 2 ton pakan yang diberikan kepada ikan budidaya, hanya sebanyak 1 ton yang akan di konversi menjadi tubuh ikan, sedangkan sebanyak 1 ton lagi lagi akan terbuang ke perairan sebagai limbah. Limbah KJA yang terbuang ke badan air, selanjutnya akan dapat dimanfaatkan oleh bermacam-macam fauna liar perairan sebagai sumber makananya, terutama oleh ikan-ikan liar yang hidup di sekitar keramba tersebut. Jika limbah KJA yang terbuang ke perairan tidak dimakan oleh fauna-fauna perairan, maka pada tahap selanjutnya limbah akan mengalami degradasi atau proses dekomposisi oleh mikroba di badan air maupun di dasar perairan, sehingga akan menghasilkan persenyawaan-persenyawaan lain seperti senyawa nitrogen dan senyawa fosfor ke perairan Garno, 2004.

4.2 Kondisi Parameter Air