45
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Penelitian diawali dengan perkenalan serta memberi penjelasan pada subjek mengenai tujuan penelitian. Peneliti juga menjelaskan mengenai prosedur dan
kerahasiaan data penelitian. Setelah itu, wawancara dilakukan di tempat yang disepakati oleh peneliti dan subjek penelitian yang akan direkam dengan alat
bantu perekam mulai dari awal hingga akhir wawancara. a.
Jadwal wawancara Sebelum peneliti melakukan wawancara pengambilan data utama, peneliti
sudah melakukan beberapa kali pertemuan informal dengan subjek penelitian untuk menjalin rapport. Berikut jadwal pengambilan data utama untuk
penelitian: Responden I RR
Tabel 1. Jadwal wawancara responden I Wawancara ke
HariTanggal Waktu
Durasi Tempat
1 Rabu
27 Mei 2015 12.30
– 12.50 20 menit Universitas Sumatera Utara
2 Rabu
3 Juni 2015 17.30
– 18.30 60 menit Universitas Sumatera Utara
3 Jumat
12 Juni 2015 13.47
– 14.37 40 menit Universitas Sumatera Utara
Responden II RG Tabel 2. Jadwal wawancara responden II
Wawancara ke HariTanggal
Waktu Durasi
Tempat 1
Senin 08 Juni 2015
14.20 – 15.05 45 menit Universitas
Sumatera Utara 2
Selasa 16 Juni 2015
13.47 – 14.31 44 menit Universitas
Sumatera Utara 3
Kamis 25 Juni 2015
16.07 – 17.07 20 menit Universitas
Sumatera Utara 4
Minggu 12 Juli 2015
14.20 – 15.04 43 menit Medan Fair
Universitas Sumatera Utara
46
Responden III RS Tabel 3. Jadwal wawancara responden III
Wawancara ke HariTanggal
Waktu Durasi
Tempat 1
Kamis 16 Juli 2015
14.10 – 14.42 32 menit Perumahan Johor
2 Selasa
28 Juli 2015 13.14
– 13.58 44 menit Perumahan Johor
b. Tahap Pencatatan Data
Catatan peneliti dan alat bantu perekam digunakan agar data yang diperoleh dapat lebih akurat dan dapat dipertanggungajawabkan. Sebelum
wawacara dilakukan, peneliti menjelaskan tujuan penelitian dan meminta izin pada subjek untuk menggunakan alat bantu perekam selama proses
wawancara. Setelah wawancara dilakukan, peneliti membuat verbatim dari hasil wawancara tersebut dengan memindahkan hasil wawancara ke dalam
bentuk tertulis. Langkah selanjutnya adalah membuat koding berdasarkan teori yang
digunakan. Hasil koding dapat membantu peneliti dalam menganalisa dan menginterpretasikan data yang diperoleh.
c. Prosedur Analisis Data
Menurut Poerwandari 2007, terdapat beberapa tahapan dalam menganalisa data kualitatif, yaitu:
Koding Koding adalah proses membubuhkan kode-kode pada materi yang
diperoleh sebagai langkah awal sebelum dilakukan analisis data. Koding dimaksudkan agar dapat memunculkan gambaran mengenai
Universitas Sumatera Utara
47
topik yang dipelajari secara lengkap dengan cara mengorganisasi serta mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail. Peneliti berhak
dan bertanggung jawab memilih cara koding yang dianggap paling efektif bagi data yang diperolehnya Poerwandari, 2007.
Contoh kode yang digunakan pada data dalam penelitian ini adalah R1.W1k 120-121hal 34. Maksud dari kode ini adalah kutipan
wawancara dari Responden 1, pada wawancara pertama, verbatim halaman 34, pada kolom ke 120-121.
Organisasi Data Higlen dan Finley dalam Poerwandari, 2007 menyatakan bahwa
organisasi data yang sistematis memungkinkan peneliti untuk memperoleh kualitas data yang baik, mendokumentasikan analisis
yang dilakukan, serta menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian. Hal-hal yang penting untuk disimpan
dan diorganisasikan berupa data mentah catatan lapangan dan kaset hasil rekaman, data yang sudah diproses sebagian transkip
wawancara, data yang sudah ditandai kode-kode spesifik, penjabaran kode dan kategori secara luas melalui skema, refleksi konseptual
peneliti, dokumentasi umum yang kronologis mengenai pengumpulan data dan langkah analisis, serta teks laporan yang terus menerus
diperbaiki.
Universitas Sumatera Utara
48
Analisis Tematik Analisis tematik merupakan suatu proses yang digunakan dalam
mengolah informasi kualitatif. Penggunaan analisis tematik memungkinkan peneliti menemukan „pola‟ yang tidak bisa dilihat
oleh pihak lain secara jelas. Analisis tematik merupakan proses pemberian kode terhadap informasi yang dapat menghasilkan daftar
tema, model tema atau indikator yang kompleks dan biasanya terkait dengan tema tersebut atau hal-hal di antara atau gabungan dari yang
telah disebutkan.
Tema tersebut
secara minimal
dapat mendeskripsikan fenomena dan secara maksimal memungkinkan
interpretasi fenomena. Tahapan Interpretasianalisis
Kvale dalam Poerwandari, 2007 menyatakan bahwa interpretasi mengacu pada upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus
mendalam. Proses interpretasi memerlukan distansi dari data, langkah-langkah metodis dan teoritis yang jelas, dan konteks
konseptual khusus untuk memasukkan data. Ada tiga tingkatan konteks interpretasi yang diajukan oleh Kvalve, yaitu pertama konteks
interpretasi pemahaman diri „self understanding’ terjadi bila peneliti berusaha memformulasikan dalam bentuk yang lebih padat apa yang
oleh subjek penelitian sendiri pahami sebagai makna dari pernyataan- pernyataannya. Kedua, konteks interpretasi pemahaman biasa yang
kritis critical commonsense understanding terjadi bila peneliti
Universitas Sumatera Utara
49
beranjak lebih jauh dari pemahaman diri responden penelitiannya. Ketiga, konteks interpretasi pemahaman teoritis. Pada tingkat ini
kerangka teoritis tertentu digunakan untuk memahami pernyataan- pernyataan yang ada, sehingga dapat mengatasi konteks pemahaman
diri responden ataupun penalaran umum. Strategi analisis
Analisis terhadap data pengamatan sangat dipengaruhi oleh kejelasan mengenai apa yang ingin diungkap peneliti melalui pengamatan yang
dilakukan. Patton dalam Poerwandari, 2007 menjelaskan bahwa proses analisis dapat melibatkan konsep-konsep yang muncul dari
jawaban atau kata-kata subjek sendiri indigenous concepts maupun konsep yang dikembangkan atau dipilih peneliti untuk menjelaskan
fenomena yang dianalisis sensitizing concepts. Analisa yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisa studi kasus secara
mendalam pada subjek penelitian karena peneliti ingin melihat hal-hal yang melatarbelakangi berkembangnya perilaku delikuen.
Universitas Sumatera Utara
50
BAB IV HASIL DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN
Penelitian ini melibatkan 3 orang responden dimana ketiganya merupakan individu dewasa yang pernah mengalami kekerasan emosi sejak masa kecil dari
lingkungan sekitarnya.Perilaku kekerasan yang mereka alami dan respon yang diberikan selama terjadinya kekerasan tersebut berbeda-beda sesuai dengan
pengalaman masing-masing. Gambaran umum masing-masing responden dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 4. Gambaran umum responden penelitian
Responden 1 Responden 2
Respoden 3 NamaInisial
RR RG
RS Jenis Kelamin
Laki-laki Laki-laki
Laki-laki Usia
22 tahun 21 tahun
32 tahun Pendidikan
akhir SMA
S1 S1
Suku bangsa Batak
Batak Jawa
Agama Katolik
Protestan Islam
Status perkawinan
Belum menikah Belum menikah
Belum menikah Pekerjaan
Mahasiswa Pengangguran
Bekerja Pelaku
kekerasan Ayah
Orang tua, teman, dan guru
Orang tua, teman, dan atasan dalam
pekerjaan
Lama pengalaman
kekerasan Sejak kecil
sampai sekarang Orang tua: sejak kecil
sampai kuliah Teman: sejak SD
sampai SMA Guru: sejak SD
sampai SMP Orang tua: sejak
kecil sampai SMA Teman: sejak kuliah
sampai sekarang Atasan: ketika
seleksi beasiswa pendidikan
Dampak kekerasan
emosi Rendah diri, sulit
berkomunikasi, menyalahkan diri
sendiri Tertekan, sulit
bersosialisasi, takut bertemu orang baru
Menyalahkan diri sendiri, merasa tidak
adil, diasingkan
Universitas Sumatera Utara
51
A. Hasil Analisis Responden I RR