35
orang yang merasa rendah diri atau tidak adekuat dengan lingkungannya akan cenderung untuk bersikap dengan orientasi terhadap dirinya sendiri. Dengan
kata lain, individu yang memiliki penerimaan diri yang baik dapat memiliki penyesuaian sosial yang baik dengan adanya sikap empati terhadap
lingkungan sosialnya.
C. DINAMIKA PENERIMAAN DIRI PADA INDIVIDU YANG MENGALAMI KEKERASAN EMOSI
Penerimaan diri dapat berarti menerima kelebihan dan kekurangan dalam dirinya serta pengalaman yang telah ia lalui tanpa adanya rasa bersalah atas
kehidupannya. Individu yang sudah menerima kelebihan maupun kekurangan yang dimilikinya berarti sudah memiliki penerimaan diri yang tinggi sehingga ia
tidak lagi merasa bersalah atas dirinya sendiri sebagai akibat dari tekanan dan penolakan yang dialami dari lingkungan dalam bentuk kekerasan emosi
Widyarini, 2009. Hurlock 1974 mengemukakan beberapa kondisi yang dapat mendukung
penerimaan diri individu yakni pemahaman diri, tidak ada stres emosional, tidak ada hambatan lingkungan, dan lain sebagainya. Penerimaan diri dapat lebih
mudah dicapai jika lingkungan mendukung dalam memberikan pemahaman dan mengembangkan potensi yang ada dalam diri masing-masing individu. Dukungan
ini berperan pada masing-masing individu karena pemahaman diri tidak didapatkan begitu saja melainkan melalui berbagai penilaian terhadap diri sendiri
maupun pengalaman yang telah dilewati Semiun, 2006.
Universitas Sumatera Utara
36
Akan tetapi, beberapa individu lebih berfokus pada penerimaan dalam lingkungan sosial Widyarini, 2009. Pola pikir, keyakinan, kebiasaan, dan nilai-
nilai yang dianut dalam suatu kelompok masyarakat akan diadopsi begitu saja oleh anggota kelompok di dalamnya. Hal ini dilakukan agar ia dapat berpikir dan
bertindak secara efisien, tidak berkonflik dengan anggota lain dalam kelompok tersebut. Namun terkadang, tidak semua nilai dan pola pikir suatu masyarakat
sesuai dengan anggotanya secara personal. Meskipun begitu, mereka selalu dituntut untuk menerima nilai-nilai dalam lingkungannya, bahkan hal ini dapat
menjadi sebuah tekanan kepada individu tersebut terutama ketika nilai-nilai dan pola pikir dalam lingkungannya tidak sesuai dengan dirinya sendiri.
Pada akhirnya, tuntutan-tuntutan dalam lingkungan terlihat sebagai sebuah kekerasan yang berdampak pada kondisi psikologis korbannya Gimpel
Holland, 2003, yaitu kekerasan emosi di mana individu yang mengalami hal tersebut akan merasakan ketidaknyamanan Engel, 2002. Ketidaknyamanan ini
membuat individu tersebut merasa ada permasalahan dalam hidupnya selama ia mengalami kekerasan emosi. Hal ini terjadi karena kekerasan emosi yang
berlangsung selama periode tertentu dapat menjadi seperti sebuah permasalahan yang tidak terselesaikan bagi individu yang mengalaminya Jantz McMurray,
2009. Peterson, Maier, dan Seligman 1993 dalam bukunya menyatakan bahwa ketika permasalahan muncul secara terus menerus hingga individu tersebut
merasa tidak sanggup untuk mengontrol kondisi yang sedang dihadapinya, maka akan muncul perasaan negatif seperti marah, cemas, dan depresi.
Universitas Sumatera Utara
37
Kekerasan emosi dikatakan memiliki dampak sepanjang perkembangan kehidupan individu yang mengalaminya. Hal ini terjadi karena perkembangan
merupakan tahap berkelanjutan yang terjadi selama proses kehidupan.. Pengalaman kekerasan emosi yang dialami dapat membuat individu merasa
dirinya selalu melakukan kesalahan, tidak berguna, tidak dicintai, bahkan mengarahkan pada usaha untuk mengakhiri hidup Daniels-Lake, 2010. Hal ini
terjadi karena individu yang mengalami kekerasan emosi menyatakan bahwa mereka merasa hampa dan kebingungan dalam menjalani hidup, tidak memiliki
hubungan dengan kenyataan, bahkan beberapa individu lain mengalami psikosomatis Lachkar, 2004. Penelitian Rallis, Deming, Glenn, dan Nock 2012
mengenai hubungan antara emptiness dengan nonsuicidal self-injury juga menyatakan bahwa kekerasan emosi yang dialami pada masa kanak-kanak
memiliki hubungan paling signifikan terhadap kehampaan yang dialami pada masa dewasa dan mengarahkan pada usaha menyakiti diri sendiri.
Selain itu, kekerasan emosi dapat berupa ketidakpuasan pelaku kekerasan terhadap korbannya sehingga korban kekerasan emosi merasa bersalah atas
dirinya walaupun ia tidak sedang melakukan suatu kesalahan Susilowati, 2008. Dengan berbagai dampak yang dirasakan sebagai akibat dari pengalaman
kekerasan yang terjadi pada hidupnya, korban kekerasan emosi akan mengalami hambatan dalam memahami dirinya yang sesungguhnya.Ketidakmampuan dalam
memahami potensi dan kekurangan dirinya membuat individu tersebut tidak mampu melihat lingkungan dan kehidupannya secara objektif sehingga ia
Universitas Sumatera Utara
38
mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya Semiun, 2006.
Pada kenyataannya, terdapat beberapa individu yang juga mengalami kekerasan emosi mampu memahami dirinya dan menerima kelebihan,
kekurangan, dan pengalaman yang telah dilalui sebagai bagian dari dirinya. Pemahaman mengenai kelebihan dan kekurangan diri sendiri membuat mereka
tetap bertahan menjalani kehidupan dan mengembangkan potensi dirinya walaupun tetap mendapat penolakan dari lingkungannya. Mereka tidak lagi
menunjukkan tanda-tanda depresi, kecemasan, kesepian, bahkan mereka tidak lagi meragukan diri mereka sendiri. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk melihat
dinamika yang terjadi dalam diri individu yang mengalami kekerasan emosi hingga mencapai penerimaan diri dan menerima pengalaman kekerasan emosi
sebagai bagian dari dirinya sehingga dampak negati dari kekerasan emosi yang dapat menghambat pengembangan dirinya tidak lagi dirasakan.
Universitas Sumatera Utara
39
D. PARADIGMA BERPIKIR Bagaimana penerimaan