Rangkuman Responden RS Tabel 7. Rangkuman responden RS

111

5. Rangkuman Responden RS Tabel 7. Rangkuman responden RS

Pelaku kekerasan emosi Orang tua Teman di lingkungan rumah Atasan kerja Intensitas Kekerasan menjadi bagian dalam mendidik anak sejak kecil hingga adik RS menikah Kekerasan terjadi sejak SMA hingga saat ini ketika RS bertemu dengan teman-temannya Kekerasan terjadi di kantor sejak beberapa bulan lalu ketika RS mengikuti ujian untuk beasiswa lanjut sekolah Bentuk kekerasan emosi Diberikan perlakuan yang berbeda antara dirinya dengan adiknya Dikucilkan, dijauhi, dan tidak diajak berpartisipasi pada setiap kegiatan di lingkungan rumahnya Tidak diikutsertakan dalam seleksi beasiswa lanjut sekolah pada tahap lanjutan padahal RS memenuhi kualifikasi. Dijanjikan akan diikutsertakan pada tahap selanjutnya tetapi tidak ada kabar hingga saat ini Dampak kekerasan emosi Merasa tidak adil dan menyalahkan diri sendiri Merasa ditolak dan menyalahkan diri sendiri Merasa malu, kesal, dan menyalahkan diri sendiri Tahapan untuk mencapai penerimaan diri Aversion: Tahap penghindaran dilakukan dengan menahan perasaan tidak menyenangkan yang dirasakan RS selama mengalami kekerasan emosi Curiosity: Dengan menahan perasaan tidak menyenangkan tersebut, RS melakukan koreksi diri dan membuat berbagai kemungkinan alasan terjadinya kekerasan pada dirinya. RS juga menggunakan ajaran-ajaran yang ia dapatkan dari agamanya untuk merasionalisasi dan menemukan alasan terjadinya kekerasan emosi Tolerance: Dengan alasan tersebut, RS tetap menjalani kehidupan seperti Universitas Sumatera Utara 112 biasa. Bahkan, ia lebih baik dalam mengimplementasikan ajaran agamanya sehingga perasaan menyakitkan yang ia rasakan mulai berkurang Allowing: Dengan harapan yang dibentuk dan keinginannya untuk menjalani kehidupan sesuai dengan pedoman hidupnya, RS mulai membiarkan perasaan tidak menyenangkan sebagai dampak dari kekerasan emosi yang ia jalani terjadi begitu saja Friendship: Pada akhirnya, RS tidak lagi merasakan dampak negatif dari kekerasan tersebut. Ia menyatakan bahwa kekerasan emosi yang ia alami mendorongnya untuk selalu melakukan koreksi diri dan menjalani kehidupan sesuai dengan pedoman hidupnya Hambatan dalam tahap penerimaan diri - Faktor yang mendukung pencapaian penerimaan diri Ajaran agaman yang digunakan sebagai pedoman hidup RS membantunya dalam memberikan makna positif terhadap tindak kekerasan emosi yang ia alami sehingga dampak negatif dari kekerasan tersebut tidak menghambatnya dalam waktu yang lama Universitas Sumatera Utara 113

D. Rangkuman analisa antar responden

Berdasarkan analisa masing-masing responden yang telah dilakukan sebelumnya, maka penjelasan lebih ringkas mengenai pengalaman hidup masing- masing responden dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 8. Rangkuman analisa No Keterangan RR RG RS 1 Pelaku dan bentuk kekerasan yang diberikan Ayah: Sejak kecil merendahkan kemampuannya dan menyalahkan ketika tidak mampu memenuhi tuntutan ayahnya Orang tua: sejak kecil menerapkan cara didik yang disiplin dan ketat Orang tua: sejak kecil RS merasa perlakuan orang tuanya tidak adil antara dirinya dengan adik perempuannya. Teman: ketika di bangku sekolah dasar teman- teman menghina dan mengejek terutama jika RG tidak membalasnya Teman: sejak RS tidak ingin bergabung mengikuti pergaulan teman- temannya, ia merasa dikucilkan dan tidak dilibatkan dalam berbagai kegiatan. Guru: sejak RG pindah sekolah ke Medan ketika SD dan gurunya memperhatikan bentuk tulisan yang berbeda Atasan: sejak selesi beasiswa sekolah, RS tidak diikutsertakan untuk mengikuti tahap selanjutnya walaupun ia memenuhi syarat. 2. Kekerasan yang dialami Penghinaan mengenai keterbatasan yang dimiliki, perendahan kemampuan, tidak diberikan kebebasan dalam Orang tua: pemberian hukuman jika RG tidak melakukan aktivitasnya tepat waktu sesuai dengan yang telah Orang tua: pemberian perlakuan yang berbeda terhadap RS dan adiknya Teman: pengucilan dan pengabaian ketika RS menolak mengikuti kegiatan teman-temannya Universitas Sumatera Utara