P a g e | 253
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4. Aglomerasi industri yaitu pemusatan industri di suatu kawasan tertentu dengan tujuan agar pengelolaannya dapat optimal. Aglomerasi merupakan pengelompokkan beberapa industri dalam
suatu daerah atau wilayah sehingga membentuk daerah khusus industri.. Gejala Aglomerasi Industri disebabkan oleh:
a. Persaingan industri yang semakin hebat dan semakin banyak b. Pelaksanaan segala bentuk efisien dalam penyelenggaraan industri
c. Peningkatan produktivitas hasil industri dan mutu produksi d. Pemberian kemudahan bagi kegiatan industri
e. Kemudahankcontrol dalam hubungan tenaga kerja
5. Ekstensifikasi pertanian merupakan upaya untuk meningkatkan produksi pertanian dengan menambah areal pertanian. Intensifikasi pertanian merupakan upaya untuk melipatgandakan
produksi pertanian dengan menggunakan lahan yang sudah ada tanpa menambah areal. Intensifikasi pertanian biasanya dilakukan dengan menerapkan panca usaha tani, di antaranya
adalah: a. Pengolahan tanah pertanian dengan baik.
b. Pemilihan bibit unggul, c. Pengairan yang teratur
d. Pemupukan e. Pemberantasan hama.
Evaluasi 1. D
2. B 3. D
4. B 5. D
6. C 7. B
8. A 9. A
10. B J. Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh dan SIG
1. Tujuan Pembelajaran
a. Standard Kompetensi Guru memahami pemanfaatan citra penginderan jauh dan sistem informasi geografi
b. Kompetensi Dasar Guru mampu menjelaskan pemanfaatan citra penginderaan jauh
Guru mampu menjelaskan pemanfaatan Sistem Informasi Geografi SIG c. Indikator
Memahami arti penginderaan jauh dan SIG Menjelaskan Sistem penginderaah Jauh
Dapat mengoperasikan SIG Penerapan Penginderaan Jauh dan SIG
2. Uraian Materi : a. Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi Arti
Penginderaan Jauh dan SIG 1 Arti Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh memiliki istilah yang berbeda sesuai dengan bahasa di masing-masing negara. Penginderaan jauh disebut remote sensing inggris, Perancis teledetection,
fernerkundung Jerman, perciption remota Spanyol. Pengertian penginderaan jauhpun dari berbagai sumber sangat beragam.Beberapa pengertian jauh diantaranya seperti dibawah
ini.Penginderaan
jauh merupakan
upaya untuk
memperoleh, menemutunjukkan
mengidentifikasi dan menganalisis objek dengan sensor pada posisi pengamatan daerah kajian Avery, 1985.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 254
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Sabins 1996 dalam Kerle, et al. 2004 menjelaskan bahwa penginderaan jauh adalah ilmu untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasi citra yang telah direkam yang berasal dari
interaksi antara gelombang elektromagnetik dengan sutau objek. Penginderaan jauh merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh dan menganalisis
informasi tentang bumi. Informasi itu berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi Lindgren, 1985.
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa adanya
kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji Sutanto, 1990. Penginderaan jauh adalah ilmu, teknologi dan seni dalam memperoleh informasi mengenai
objek atau fenomena di dekat permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan objek atau fenomena yang dikaji, melainkan melalui media perekam objek atau fenomena yang
memanfaatkan energi yang berasal dari gelombang elektromagnetik dan mewujudkan hasil perekaman tersebut dalam bentuk citra. Pengertian
‘tanpa kontak langsung’ di sini dapat diartikan secara sempit dan luas.
Secara sempit berarti bahwa memang tidak ada kontak antara objek dengan analis, misalnya ketika data citra satelit diproses dan ditransformasi menjadi peta distribusi temperatur
permukaan pada saat perekaman. Secara luas berarti bahwa kontak dimungkinkan dalam bentuk aktivitas
‘ground truth’, yaitu pengumpulan sampel lapangan untuk dijadikan dasar pemodelan melalui interpolasi dan ekstrapolasi pada wilayah yang jauh lebih luas dan pada
kerincian yang lebih tinggi. Penginderaan jauh di dalam lingkup luas berarti setiap metodologi yang digunakan untuk
mempelajari karakteristik obyek dari jauh. Contoh sederhana, penglihatan, penciuman, dan pendengaran manusia. Interpretasi fotografik dipandang sebagai bentuk penginderaan jauh
karena interpretasi tersebut digunakan untuk identifikasi obyek dan menilai arti pentingnya tanpa bersentuhan secara fisik dengan obyek tersebut Sutanto, 1983.
Arti Sistem Informasi Geografi Sistem Informasi Geografi SIG adalah suatu sistem yang memiliki fungsi pengumpulan,
pengaturan, pengelolaan, penyimpanan sampai penyajian segala jenis data informasi yang berkaitan dengan geografi. Sitem informasi ada beberapa macam yaitu sebagi sistem informasi
ilmu dan teknologi, sistem informasi manajemen dan sistem sumber daya lingkungan. Menurut Linden 1987, SIG adalah sistem untuk pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan
manipulasi, analisis dan penayangan data secara spasial terkait dengan muka bumi. Berry 1988 mengemukakan bahwa SIG adalah sistem informasi, referensi internal serta otomatisasi
data keruangan.
2 Sistem Penginderaah Jauh
Secara umum proses dan elemen yang terkait di dalam sistem penginderaan jauh dengan energi elektromagnetik untuk sumberdaya alam meliputi pengumpulan data dan analisis data.
Data rujukan tentang sumberdaya yang dipelajari seperti peta tanah, data statistik tanaman, atau data uji medan digunakan untuk membantu analisis data. Hasil interpretasi disajikan
dalam bentuk peta, tabel, atau laporan. Analisa data penginderaan jauh memerlukan data rujukan seperti peta tematik, data statistik
dan data lapangan. Hasil nalisa yang diperoleh berupa informasi mengenai bentang lahan, jenis penutup lahan, kondisi lokasi dan kondisi sumberdaya lokasi. Informasi tersebut bagi para
pengguna dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan dalam mengembangkan daerah tersebut. Keseluruhan proses pmulai dari pengambilan data, analisis
data hingga penggunaan data tersebut disebut Sistem Penginderaan Jauh Purwadhi, 2001 Untuk dapat memahami prinsip penginderaan jauh harus mengetahui sistem penginderaan jauh
yang terdiri dari dua yaitu pertama pengumpulan data terdiri : sumber energi, perjalanan sinar melalui atmosfer, interaksi energi dengan obyek, sensor, hasildata citra atau non-citra. Kedua
analisis data: pengujian data dengan alat interpretasi dan alat pengamatan untuk citra, komputer untuk data numerik
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 255
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar 55. Skema Umum Penginderaan Jauh
a Sumber energi Matahari sebagai sumber dari segala sumber energi. Matahari dengan temperaturnya yang tinggi
merupakan sumber utama energi elektromagnetik, baik dalam bentuk cahaya maupun dalam betuk lainnya. Dalam Hukum Stefan Boltsman, semua benda diatas temperatur nol derajad absolut
melepaskan energi elektromagnit yang ditimbulkan oleh gerakan-gerakan dari atom dan melekulnya. Energi yang dilepaskan ini semakin besar apabila temperaturnya makin tinggi.
Di dalam penginderaan jauh terdapat sistem aktif dan sistem pasif. Sistem aktif sumber tenaganya berupa
’buatan’, misalnya radar. Penginderaan jauh sistem pasif sumber tenaganya ’alami’, yaitu dari matahari.
Spektrum elektromagnetik bisa dibedakan dengan tiga ukuran yakni panjang gelombang λ
dengan satuan mikron µ 1µ= 10 ῖ³ mm , frekuensi gelombang f dengan satauan Hertz Hz 1 Hz
= 1 siklus detik, dan kecepatan gelombang. Spektrum elektromagnetik dibagi atas berbagai bagain spektrum dan tiap bagian spektrum dibagi
atas saluran band sebagai berikut Sutanto: 1979: 6 0,003 Å
– 0,3 Å = sinar gamma
0,3 Å – 30 Å
= sinar x 30 Å
– 0,4 µ = sinar ultra violet
Bagian spektrum tampak mata 0,4 µ - 0,5 µ
= biru 0,5 µ - 0,6 µ
= hijau 0,6 µ - 0,7 µ
= merah Bagian spektrum infra merah
0,7 µ - 1,5 µ = inframerah dekat
1,5 µ - 15 µ = inframerah sedangtermal
15 µ - 100 µ = inframerah jauhtermal
100 µ - 1000 µ = inframerah sangat jauh
Bagian spektrum microwave 0,1 cm
– 30 cm = radar
30 cm – 3 cm
= UHF Ultra High frequency 30 m
– 300 cm = radio
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 256
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar 56. Gambar Gelombang elektromagnetik
Gambar 57. Spektrum elektromagnetik
b Atmosfer sebagai medium Atmosfer bumi menyerap, memantulkan, menghamburkan dan melewatkan radiasi
elektromagnetik. Banyak bagian spektrum yang tidak dapat digunakan untuk penginderaan jauh. Bagian dari spektrum yang sampai kepermukaan bumi disebut Jendela Atmosfer
atmospheric window. Spektrum yang sampai kepermukaan bumi dan digunakan untuk penginderaan jauh
seperti: bagian spektrum tampak mata, spektrum inframerah dekat dan ultraviolet, bagian spektrum inframerah sedang, dan bagian spektrum microwave 1.000 mikron atau lebih.
Pada jendela atmosfer ini masih terjadi gangguan atmosfer yakni terutama hamburan s cattering
pada bagian spektrum tampak mata dan penyerapan pada bagian spektrum inframerah. Gangguan atmosfer ini dapat mengurangi radiasi energi yang dapat mencapai sensor.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 257
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar 58. Susunan atmosfer permukaan bumi
c Obyek atau target Tiap obyek atau target dimuka bumi memantulkan spektrum elektromagnetik yang diterima atau
akan memancarkan spektrum elektromagnetik dari dalam obyek yang berbeda. Radiasi dari tiap obyek diterima atau direkam oleh sensor dan sesudah diproses akan terbentuk citra. Karena tiap
obyek memiliki karakter tersendiri. Obyek-obyek dapat dikenal pada citra lewat karakteristik spektrum tersebut. Disamping itu juga obyek dapat dikenal melalui bentuk, ukuran, asosiasi antar
obyek. Pada permukaan yang rata, hampir semua energi dipantulkan dari permukaan pada suatu arah,
sedangkan pada permukaan kasar, energi dipantulkan hampir merata ke semua arah. Pada umumnya permukaan bumi berkisar diantara ke dua ekstrim tersebut, tergantung pada kekasaran
permukaan. Contoh yang lebih spesifik adalah pemantulan radiasi energi matahari dari daun dan air. Sifat klorofil adalah menyerap sebagian besar radiasi dengan panjang gelombang merah dan
biru dan memantulkan panjang gelombang hijau dan inframerah dekat. Sedangkan air menyerap radiasi dengan panjang gelombang nampak tinggi dan inframerah dekat lebih banyak daripada
radiasi nampak dengan panjang gelombang pendek biru. Pengetahuan mengenai perbedaan spectral dari berbagai bentuk di permukaan bumi memungkinkan kita untuk menginterpretasi citra.
d Radiasi yang dipantulkandipancarkan Apabila sinar mengenai obyek dipermukaan bumi, maka banyaknya sinar yang diterima sama
dengan banyaknya sinar yang diserap dan dipantulkan. Penginderaan jauh menggunakan sinar yang dipantulkan obyek. Jumlah energi yang dipantulkan berbanding lurus terhadap pangkat
empat dari pada temperaturnya. Karena tiap obyek mempunyai temperatur yang berbeda, jumlah energi yang dipancarkan dan direkam oleh alat pengindera akan berbeda pula. Perbedan inilah
yang merupakan kunci pengenalan bagi tiap obyek penginderaan jauh.
3 Wahana
Kendaraan yang membawa alat pemantau dinamakan wahana. Berdasarkan ketinggian peredaran wahana, tempat pemantauan atau pemotretan dari angkasa ini dapat diklasifikasikan menjadi 3
kelompok, yaitu: · Pesawat terbang rendah sampai medium
low to medium altitude aircraft, dengan ketinggian antara 1000 meter sampai 9000 meter dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkan adalah citra
foto foto udara. · Pesawat terbang tinggi
high altitude aircraft dengan ketinggian sekitar 18.000 meter dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkan ialah foto udara dan multispectral scanner data.
· Satelit, dengan ketinggian antara 400 km sampai 900 km dari permukaan bumi. Citra yang dihasilkan adalah citra satelit.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 258
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar 59. Wahana dengan berbagai ketinggian 4 Alat pengindera sensor
Menurut Buttler et al 1988 sensor adalah alat yang dapat mendeteksi emisi atau pantulan radiasi elektromagnetik dan megubah kedalaman nilai fisika yang dapat disimpan dan
diproses. Sedangkan menurut Suano 1990, menyatakan bahwa dalam mendeteksi obyek di muka bumi, sensor memunyai kepekaan diri terhadapbagian elektromagnetik.
Penginderaan jauh sangat tergantung dari energi gelombang elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik dapat berasal dari banyak hal, akan tetapi gelombang elektromagnetik
yang terpenting pada penginderaan jauh adalah sinar matahari. Banyak sensor menggunakan energi pantulan sinar matahari sebagai sumber gelombang elektromagnetik, akan tetapi ada
beberapa sensor penginderaan jauh yang menggunakan energi yang dipancarkan oleh bumi dan yang dipancarkan oleh sensor itu sendiri. Sensor yang memanfaatkan energi dari pantulan cahaya
matahari atau energi bumi dinamakan sensor pasif, sedangkan yang memanfaatkan energi dari sensor itu sendiri dinamakan sensor aktif .
Gambar 60. Ukuran energi yang dipantulkan dan dipancarkan oleh sensor penginderaan jauh Karle, el al., 2004
Sensor menerima dan merekam radiasi spektrum elektromagnetik yang datang dari obyek. Alat pengindera atau sensor pada dasarnya dapat dibedakan atas dua bagian, yakni kamera
atau sensor fotografi dan sensor non-fotografi. Kamera bekerja pada spektrum tampak mata, sedangkan sensor non-fotografi dapat beroperasi pada bagain spektrum yang jauh lebih luas,
yakni dari sinar X hingga panjang gelombang radio. Kamera menghasilkan citra foto, sedang sensor non-fotografi menghasilkan citra non-foto.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 259
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Interprestasi citra merupakan proses untuk memperoleh informasi dengan citra sebagai sumber atau sebagai perantaranya. Interprestasi citra merupakan perbuatan mengamati citra
dengan maksud untuk identifikasi obyek dan menilai pentingnya obyek tersebut Estes, J.H Simonet dalam Sutanto, 1979: 1.
Interpretasi citra merupakan kegiatan mengkaji foto udara dan atau citra dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya objek tersebut. Interprestasi citra
berbeda dari pengamatan biasa karena lingkup pengamatannya lebih luas dan juga karena hubungan temporalnya. Ketelitian hasil interprestasi citra sangat tergantung atas latihan,
penguasaan ilmu dibidang tertentu dan keadaan bentang yang diamati. Pada dasaranya kedudukan interprestasi citra terhadap fotogrametri dapat disamakan dengan kedudukan statistik
dalam matematika. Fotogramteri bersifat lebih eksak karena ilmu ini mempergunakan citra terhadap untuk memperoleh ukuran-ukuran seperti jarak, tinggi, lereng, luas, volume dan
sebaginya. Interprestasi citra lebih bersifat statistik karena dalam mengenali obyek lewat citra masih terdapat beberapa kemungkinan seperti tidak tahu dengan ragu-ragu, tahu dengan pasati
dan sebagainya Sutanto, 1979: 3
Interpretasi citra penginderaan jauh dapat dilakukan dengan dua cara yaitu interpretasi secara manual dan interpretasi secara digital Purwadhi, 2001. Interpretasi secara manual adalah
interpretasi data penginderaan jauh yang mendasarkan pada pengenalan cirikarakteristik objek secara keruangan.. Interpretasi secara digital adalah evaluasi kuantitatif tentang informasi
spektral yang disajikan pada citra. Dasar interpretasi citra digital berupa klasifikasi citra pixel berdasarkan nilai spektralnya dan dapat dilakukan dengan cara statistik. Dalam pengklasifikasian
citra secara digital, mempunyai tujuan khusus untuk mengkategorikan secara otomatis setiap pixel yang mempunyai informasi spektral yang sama dengan mengikutkan pengenalan pola spektral,
pengenalan pola spasial dan pengenalan pola temporal yang akhirnya membentuk kelas atau tema keruangan spasial tertentu.
Pendekatan pada intrepretasi citra dapat dilakukan dengan dua cara yaitu manual dan komputer. Dalam intrepretasi manual Menurut Vink dalam Sutanto, secara umum dilaksanakan
lewat tahap-tahapan sebagai berikut : a Deteksi
Juru tafsir citra mengukur obyek pada citra dengan skala dan alat-alat ukur lainnya. Pengukuran ini dapat berupa penaksiran secara visual tentang ukuran relatif serta bentuk
Secara selektif menemukan obyek atau elemen pada foto deteksi berhubungan dengan : · jenis foto
· jenis disiplin · jenis skala dan kwalitas dari pada foto udara
Pekerjaan ini sering digabungkan dengan pengenalan
recognition, dimana obyek tidak sekedar dilihat, melainkan sekaligus diusahakan untuk mengenalinya.
b Pengenalan dan Identifikasi Pengenalan dan identifikasi secara bersama sering disebut pembacan foto
photo reading. Identifikasi foto lebih dekat ke mengeja foto, yakni klasifikasi daripada obyek yang langsung
nampak berdasarkan pengetahuan lokal atau pengetahuan tertentu. Identifikasi merupakan pengejaan ciri-ciri obyek yang dikaji. Tiap obyek mempunyai ciri-ciri atau karakteristik tersendiri
dimana karakteristik ini dapat dilacak pada citra. Berdasarkan pengenalan atas karakteristik inilah pengenalan obyek pada citra dilakukan; dan ini pulalah yang menjadi dasar dari
interprestasi citra
c Analisa Istilah analisa sering digunakan untuk arti yang berbeda-beda oleh juru tafsir foto udara.
Kadang-kadang dipakai untuk seluruh proses interprestasi foto udara. Analisa berarti proses untuk delineasi kelompok-kelompok obyek yang mempunyai kekhususan tersendiri. Identitas
tiap obyek ditentukan kemudian didalam klasifikasi.
d Deduksi Deduksi merupakan proses yang mendasrkan atas bukti-bukti yang mengarah kesatu titik.
Bukti-bukti yang mengarah kestu titik diperoleh dari obyek yang nampak langsung pada foto udara. Untuk obyek yang luas dan nampak langsung pada foto, deduksi ini dapat membuat
hipotesa kerja maupun konklusi atas dasar kesamaan dan perbedaan.
e Klasifikasi Klasifikasi citra menurut Lillesand dan Kiefer 1990, dibagi ke dalam dua klasifikasi yaitu
klasifikasi terbimbing supervised classification dan klasifikasi tidak terbimbing unsupervised
classification. Proses pengklasifikasian klasifikasi terbimbing dilakukan dengan prosedur
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 260
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
pengenalan pola spektral dengan memilih kelompok atau kelas-kelas informasi yang diinginkan dan selanjutnya memilih contoh-contoh kelas
training area yang mewakili setiap kelompok, kemudian dilakukan perhitungan statistik terhadap contoh-contoh kelas yang digunakan sebagai
dasar klasifikasi. Pada klasifikasi tidak terbimbing, pengklasifikasian dimulai dengan pemeriksaan seluruh pixel
dan membagi kedalam kelas-kelas berdasarkan pada pengelompokkan nilai-nilai citra seperti apa adanya. Hasil dari pengklasifikasian ini disebut kelas-kelas spektral. Kelas-kelas spektral
tersebut kemudian dibandingkan dengan kelas-kelas data referensi untuk menentukan identitas dan nilai informasi kelas spektral tersebut.Klasifikasi meliputi diskripsi daripada kenamapakan
yang dibatasi
dealinasi oleh analisa, susunannya kedalam sistem untuk pengkajian medan kalau pengkajian medan telah dilakukan terlebih dahulu, susunannya untuk publikasi akhir,
dan kodifikasi untuk menyatakan sistem tersebut. Dalam banyak hal klasifikasi merupakan tahap akhir interprestasi foto udara, karena pada tahap inilah kesimpulan-kesimpulan dan
hipotesa-hipotesa dapat ditarik. Penentuan identitas kenampakan dalam tiap deliniasi dilakukan dalam tahap klasifikasi ini.
Pemecahan masalah dimulai dari pengenalan obyek sampai pada analisa hasil interprestasi. Dalam mengambil obyek juru tafsir sering mengalami kesulitan untuk mengenali obyek yang
sifatnya kompleks. Juru tafsir harus memiliki pengetahuan tentang interpretasi citra untuk memecahkan masalah ini harus memiliki pengetahuan yang relevan serta penalaran
reasoning dengan deduksi maupun induksi. Untuk mengenali obyek pada foto udara, diperlukan unsur-
unsur interpretasi citra. f Idealisasi
Idealisasi merupakan pekerjaan kartografi, yakni penyajian hasil interprestasi kedalam bentuk peta-peta. Langkah-langkah dalam produksi foto beserta interprestasinya disajikan ke dalam
bentuk peta-peta.
Pendekatan manual dalam interpretasi citra kurang baik dalam hal ketidakmampuannnya untuk menangani dengan cepat jumlah data citra yang besar. Kelemahan ini jelas terlihat, khususnya
bila menganalisis citra penyiam multispektral atau foto multisaluran. Rujukan silang nilai rona daerah demi daerah dnb kenampakan demi kenampakan
sangat sulit untuk menanganinya secara manual. Instrumen analog sepertipengamat aditif atau metode penajaman citra speerti perincian rona
density slicing dapat membantu memudahkan interpretasi ada tingkat tertentu, namun kecepatan masih belum cepat untuk memngimbangi tingkat
masukan data penginderaan jauh setiap harinya dari wahana ruang angkasa luar. Komputer elektronik merupakan satu satunya pemecahan masalah itu Karena interpretasi citra ada dasarnya merupakan
proses klasifikasi, maka identifikasi dan pengenalan daat dilakukan secara matematik, apabila tersedia data citra dalam bentuk digital
Pendekatan denganbantuan komputer meliuti sejumlah langkah pertama data citra analog harus dikonversikan dulu kedalam bentuk digital. Hal ini dikerjakan dengan cara penyiaman TV untuk
digitasi atau mikrodensitometer. Untuk data citra yang dikirim dari satelit yang dulu, tingkat sinyal pantulan atau emisi energi telah diterima dalam bentuk digital. Langkah kedua adalah pemrosesan
data, yang merupakan sekelompok prosedur untuk merapikan data masukan mentah, seperti koreksi geometrik dan distrosi radiometrik Kemudian dilanjutkan dengan penyadapan kenampakan. Tipe-tipe
kenampakan atau pengukuran yang penting untuk klasifikasi data citra, diseleksi pada tingkat ini Kenampakan yang mungkin digunakan ialah kenampakan spasial, spektral dan temporal.
Hasil pendekatan dengan komputer dapat berupa keluaran seperti peta-peta printer garis atau tayangan pada tabung sinar katoda. Informasi numerik atas daerah yang kelas-kelasnya terpetakan
atau frekuensi peristiwa setiap kelas dan data statistik lain yang bermanfaat dapat ditayangkan dikomputer, apabila diperlukan. Ada enam unsur interprestasi yang biasa digunakan yakni : rona dan
warna, bentuk, ukuran, bayangan, tekstur, pola, site, asosiasi, dan resolusi Sutanto, 1979 : 20.
1 Rona dan warna
Rona menunjukan adanya tingkat keabuan yang teramati pada foto udara hitam putih dan dapat diwujudkan dengan nilai densitas secara logaritmik antara hitam dan putih, dengan
berpedoman pada skala keabuan Sutanto, 1996. Rona ialah kecerahan relatif obyek pada foto LillisandKiefer, 1990. Rona adalah gelap
terangnya citra berdasarkan atas proporsi radiasi atau emisi elektromagnetik yang datang dari obyek dan ditangkap oleh sensor. Tiap obyek dimuka bumi mempunyai karakteristik tersendiri dalam
memantulkan sinar yang mengenainya yang disebut karakteristik spektral. Rona cerah ialah daerah
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 261
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
dengan toografi tinggi dan kering, sedangkan rona gela mengisyaratkan daerah dengan topografi rendah dan basah.
Rona dan warna merupakan unsur pengenal utama atau primer terhadap suatu obyek pada citra penginderaan jauh. Fungsi utama adalah untuk identifikasi batas obyek pada citra. Penafsiran
citra secara visual menuntut tingkatan rona bagian tepi yang jelas, hal ini dapat dibantu dengan teknik penajaman citra
enhacement. Permukaan obyek yang basah akan cenderung menyerap cahaya elektromagnetik sehingga akan nampak lebih hitam disbanding obyek yang relative lebih kering.
Pada citra foto rona ditentukan oleh jumlah sinar yang dipantulkan oleh obyek. Pada citra inframerah termal, rona bergantung pada jumlah energi yang dipancarkan oleh obyek. Pada citra
radar, rona bergantung pada energi yang dipantulkan kembali ke sensor oleh obyek dimuka bumi. Rona bergantung antara lain pada :
· Obyek - Permukaan kasar cenderung menimbulkan rona gelap
- Warna gelap cenderung menimbulkan rona gelap - Tanah basahlembab cenderung menimbulkan rona gelap
· Bahan yang digunakan
Tiap jenis film mempunyai kepekaan yang tidak sama terhadap spektrum eletromagnetik. Silver halide AgCl, AgBr, AgFl yang biasa digunakan sebagai emulsi film hanya peka terhadapn
spektrum ultraviolet dan biru, sehingga negatifnya hanya merekam obyek yang memantulkan sinar dengan panjang gelombang yang relatif pendek. Akibatnya banyak obyek yang dapat dapat terlihat di
medan tetapi pada citra foto nampak dengan rona yang lemah sekali. Kombinasi film dan filter yang berbeda juga menyebabkan perbedaan rona pada citra. Nilai pantulan sinar tidak sama bagi tiap
obyek. Hal inilah yang menyebabkan obyek dapat dikenal melalui perbedaan ronanya. · Pengaruh lingkungan alamiah
Jumlah sinar yang diterima tergantung pada hambatan cuaca dan sudut datang sinar yang mengenai obyek. Hamburan Raleigh terjadi pada ketinggian 10 km dan Hamburan Mie hingga
ketinggian 5 km. Hamburan ini bersifat mengurangi kontras dan ketajaman citra. Sudut datang sinar yang mengenai obyek mempengaruhi jumlah sinar yang dipantulkan sensor.
Sudut datang ini bergantung atas jam pemotretan, letak tempat berdasarkan garis lintangnya dan musim pada saat dilakukan pemotretan
Warna merupakan ujud yang yang tampak mata dengan menggunakan spectrum
sempit, lebih sempit dari spectrum elektromagnetik tampak Sutanto, 1986. Contoh obyek yang menyerap
sinar biru dan memantulkan sinar hijau dan merah maka obyek tersebut akan tampak kuning. Dibandingkan dengan rona , perbedaaan warna lebih mudah dikenali oleh penafsir dalam
mengenali obyek secara visual. Hal inilah yang dijadikan dasar untuk menciptakan citra multispektral.
Warna pada citra foto dapat dibedakan atas dua jenis, yakni : - Warna asli
true colour, yakni warna yang terdapat pada citra foto pankromatik berwarna - Warna semu
false colour, yakni warna yang terdapat pada citra foto inframerah berwarna. Disebut warna semu karena warna yang tergambar pada citra berlainan dengan warna obyeknya
di medan.
Gambar 61. Citra true color dari landsat 7
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 262
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Warna semu lebih menguntungkan dalam beberapa hal yakni : kontras atau beda antara obyek yang satu dengan yang lain sering lebih kontras, daya tembus terhadap kabut lebih besar dari pada daya
tembus pada warna asli sehingga ketajaman citra fotonya lebih besar.
Gambar 62. Citra false color
2 Ukuran Ukuran merupakan bagian informasi konstektual selain bentuk dan letak. Ukuran merupakan
atribut obyek yang berupa jarak ,luas ,tinggi, lereng dan volume sutanto, 1986. Ukuran merupakan cerminan penyajian penyajian luas daerah yang ditempati oleh kelompok individu.
Ukuran memiliki dua aspek dan biasanya memerlukan sebuah stereoskop untuk pengamatan tiga demensional. Ukuran sangat bermanfaat di dalam pengenalan obyek, seperti luas daerah, besar
obyek ukuran meliputi dimensi panjang, luas, tinggi, kemiringan, dan volume dari suatu subyek. Ukuran rumah merupakan kunci pengenalan penting, yang dapat dibedakan ukurannya dengan
sekolah, kantor, industri dan lain-lain. Sutanto, 1996.
3 Bentuk Bentuk dan ukuran merupakan asosiasi sangat erat. Bentuk menunjukkan konfigurasi umum
suatu obyek sebagaimana terekam pada citra penginderaan jauh . Bentuk mempunyai dua makna yakni :
· Bentuk luar umum · Bentuk rinci atau susunan bentuk yang lebih rinci dan spesifik.
Bentuk dan ukuran sering berasosiasi, terutama pada foto udara skala besar. Bentuk menunjuk pada konfigurasi umum suatu obyek sebagaimana terekam pada citra penginderaan jauh.
Contohnya bentuk lembah sering memberikan petunjuk penting terhadap proses pelapukan dan usia lembah tersebut, dan dapat merupakan indikasi terhadap jenis batuan penyusunnya Sutanto,
1996. Bentuk merupakan konfigurasi umum dari pada suatu obyek. Bentuk merupakan kunci pengenalan
yang penting kerana banyak obyek yang bentuknya spesifik sehingga pengenalannya pada citra dapat dilakukan berdasarkan bentuknya. Pada dasarnya bentuk budaya lebih teratur dari pada
bentukan alamiah. Contohnya saluran irigasi lebih teratur dibanding dengan sungai.
Gambar 63. Bentuk bentang budaya jalan dengan air mancur di jalan Thamrin Jakarta
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 263
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
4 Tekstur Tekstur merupakan frekuensi perubahan rona dalam citra Kiefer, 1979. Tekstur adalah frekuensi
perubahan rona di dalam citra foto. Tekstur dihasilkan oleh kelompok unit kenampakan yang kecil, tekstur sering dinyatakan kasar,halus, ataupun belang-belang Sutanto, 1986.
Tekstur dihasilkan oleh sekelompok unit kenampakan yang terlalu kecil untuk dapat diamati secara jelas satu persatu. Tekstur merupakan hasil dari rona, ukuran, bentuk, pola, bayangan, dan
kualitas pantulan obyek. Tekstur bervariasi menurut skala citra foto Sutanto, 1996. Contoh hutan primer bertekstur kasar, hutan tanaman bertekstur sedang, tanaman padi bertekstur halus.
Tekstur merupakan frekuensi perubahan rona didalam citra. Tekstur dibedakan atas : · kasar atau halus
· seragam atau tidak seragam · glunulair atau lineair
Contoh pada foto skala besar : pasir bertekstur halus dan seragam, tanah hutan bertekstur kasar, tanah rumput bertekstur seragam dan mottled tidak seragam.
Gambar 64. Testur pegunungan merapi
5 Bayangan Bayangan kadang-kadang membantu di dalam identifikasi jenis obyek, terutama obyek berupa
tegakan, seperti pohon, menara, tiang, dan sebagainya. Bayangan dapat juga sebagai penghambat di dalam pengenalan obyek, terutama obyek kecil yang tertutup oleh bayangan obyek
yang lebih besar Sutanto, 1996. Bayangan mencerminkan kondisi dimana ada obyek yang menghalangi sinar matahari yang
seharusnya mengenai obyek tertentu pada foto. Misalnya menara tinggi, cerobong asap. Bayangan penting untuk menentukan beda tinggi secara relatif, karena perbedaan panjang bayangan kurang
lebih mencerminkan beda tinggi daripada obyeknya. Bayangan sangat membantu untuk penelitian geologigeomorfologi, panjangnya bayangan
bahkan dapat membantu memperjelas bentuk-bentuk bentang di muka bumi. Sebaliknya bayangan dapat menutupi obyek sehingga menyulitkan pengenalan pada citra. Oleh karena itu
sering dilakukan pemotretan sekitar dua jam sebelum tengah hari.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 264
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar 65. Gambar Tugu Monas dengan bayangan ada disebelah kiri
6 Pola Pola merupakan sebuah karakteristik makro yang digunakan untuk mendeskripsi tata ruang
pada citra, termasuk di dalamnya kenampakan-kenampakan alami. Pola sering dapat diasosiasikan dengan geologi, topografi, tanah, iklim, dan komunitas tanaman. Pemahanan terhadap pola sangat
membantu di dalam evaluasi kualitas lahan dan di dalam menilai kualitas situs hutan. Terutama di dalam mempelajari penggunaan lahan, pola sangat penting untuk membedakan antara pola alami
dan kenampakan-kenampakan hasil budidaya manusia Sutanto, 1996. Pola adalah susunan keruangan
spatial arrangement dari suatu obyek. Pola atau pengulangan dari pada bentuk umum atau hubungan tertentu merupakan karakteristik bagi banyak obyek
bentukan manusia dan beberapa obyek alamiah. Contoh : pola aliran sungai dendritik menunjukan homogenitas batuan, pola aliran trelis menunjukan daerah lipatan.
7 Situs Situs memiliki dua buah arti yang berbeda. Pertama, kata situs banyak digunakan di dalam kajian foto udara untuk menjelaskan tentang posisi muka bumi dari citra yang diamati dalam
kaitannya dengan kenampakan-kenampakan di sekitarnya. Arti yang lebih penting, ialah berkonotasi terhadap gabungan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan
pohon. Lereng, topografi, geologi, tanah, dan karakteristik alami dari vegetasi, semuanya merupakan faktor yang penting di dalam mengkaji situs hutan pada citra. Tiga hal pertama dapat
digolongkan sebagai karakteristik makro, dan dua terakhir ditambah dengan kelembaban tanah dan ukuran pohon dapat dikatakan sebagai karakteristik mikro Sutanto, 1996.
Situs merupakan konotasi suatu obyek terhadap faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan atau keberadaan suatu obyek. Situs bukan ciri suatu obyek secara langsung, tetapi
kaitannya dengan faktor lingkungan. Contoh hutan mangrove selalu bersitus pada pantai tropik, ataupun muara sungai yang berhubungan langsung dengan laut estuaria.
8 Asosiasi Asosiasi adalah istilah lain yang memiliki dua arti. Dalam lingkup ekologi, asosiasi menunjuk pada
suatu komunitas tanaman yang memiliki komposisi floristik tertentu, memiliki sifat fisiognomi seragam dan tumbuh pada kondisi habitat yang sama. Selain itu, istilah asosiasi digunakan bila
beberapa obyek berdekatan secara erat, dimana masing-masing membantu keberadaan yang lain Beberapa obyek sering dapat dikenal lewat hubungnya dengan atau adanya obyek lain. Misalnya :
gedung sekolah yang berasosiasi dengan lapangan olahraga, tempat parkir Sutanto, 1996. Asosiasi menunjukkan komposisi sifat fisiognomi seragam dan tumbuh pada kondisi habita yang
sama. Asosiasi juga berarti kedekatan erat suatu obyek dengan obyek lainnya. Contoh permukiman kita identik dengan adanya jaringan tarnsportasi jalan yang lebih kompleks dibanding permukiman
pedesaan.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 265
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar 66. Gambar Stasiun berasosiasi dengan rel kereta api dan gerbong 9 Resolusi
Resolusi dapat digunakan sebagi ukuran yang terpercaya bagi kualitas foto. Makin tinggi resolusinya, makin baik kualitas foto, karena foto tersebut dapat menggambarkan obyek yang lebih
kecil yang masih dapat dikenal atau dibedakan terhadap obyek lainnya Resolusi berbanding terbalik terhadap :
· butir-butir film · jumlah gerakan relatif obyek terhadap film pada saat pemotretan
· jumlah ganguan cuaca kabut antara obyek dengan lensa. Pada pelaksanaannya, untuk mengenali obyek tidak mesti semua unsur diperlukan. Ada obyek
yang hanya dengan beberapa unsur sudah dapat dikenali, tetapi ada juga obyek yang meskipun semua unsur sudah diterapkan tetapi belum dapat dikenali. Pengenalan obyek sangat dipengaruhi
dengan pengenalan daerah lapangan oleh pengamat. Pengamat yang samasekali belum pernah mengenali daerah yang akan diinterpretasi, akan mengalami kesulitan dibandingkan dengan
pengamat yang sudah mengenali daerah tersebut. Proses interpretasi foto udara sering dipermudah dengan menggunakan kunci interpretasi. Kunci
interpretasi mempermudah enafsir dalam menyajikan informasi yang disajikan. Kunci interpretsi menyajikan petunjuk tentang engena;an kenamakan atau kondisi pada obyek. Ada dua jenis
umum kunci intepretasi yaitu kunci selektif dan kunci eliminasi Kunci selektif berisi sejumlah besar contoh foto denga keterangannya penafsir memilih sebuah kenampakan kunci yang mirip dengan
kenamakan atau kondisi obyek pada foto udara yang dikaji. Kunci eliminasi disusun agar interpretasi berlanjut langkah demi langkah dari yang umum ke yang khusus dan kemudian
menyisihkan semua kenampakan atau kondisi kecuali yang terinterpretasikan. Lillisand, 1990.
2 Pengoperasian SIG
Dalam perencanaan wilayah dan berbagai penelitian geografis telah banyak dipergunakan Sistem Informasi Geografi. Data-data geografis terdiri dari data lingkungan fisik dan data lingkungan
sosial. Data-data lingkungan fisik antara lain data geologi, topografi, hidrologi, iklim, sumberdaya alam dan sebagainya. Sedangkan data lingkungan sosial antara lain berupa data kependudukan, data
permukiman, persebaran penganut agama, tempat pariwisata, persebaran mall, suku bangsa, jaring transportasi, daerah epidemi penyakit dan sebagainya Tahapan dalam pengelolaan data SIG terdiri
dari sistem yang terdiri dari beberapa bagian yaitu : masukan, penyimpanan, pengolahan dan pengkajian, dan penyajian.
a Masukan data input
Subsistem ini berfungsi mengumpulkan dan mempersiapkan data spasial dan atribut dari berbagai sumber, melakukan konversi atau transformasi formal data-data asli kedalam format-format yang
digunakan dalam SIG. b Penyimpanan data manajemen
Berfungsi untuk mengorganisasikan data kedalam basis data yang dinamakan bank data. Dengan bank data, data yang diperlukan mudah dipanggil, diedit maupun diperbaharui.
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 266
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
c Pengolahan dan pengkajian manipulasi dan analisis Berfungsi untuk pengolahan data dan membuat mlodel data untuk menghasilkan informasi
yang diperlukan atau yang diinginkan. d Penyajian output
Berfungsi untuk menampilkan data dan hasil pengolahan serta hasil analisis yang telah dilakukan. Keluaran informasi ini dapat berupa peta, tabel maupun grafik. Hasil atau keluaran atau penyajian
dari komputer lalu diinterpretasikan untuk mengambil suatu keputusan atau kesimpulan guna dimanfaatkan dalam berbagai keperluan.
Sistem Informasi Geografi mempunyai empat komponen yaitu perangkat lunak software, perangkat keras hardware, sumberdaya manusia brain ware dan data input.
a Perangkat lunak software
Perangkat lunak adalah program komputer yang dipergunakan untuk mengoperasikan SIG. Perangkat lunak berfungsi untuk mengoperasikan SIG. Pertangkat lunak berfungsi untuk input
data, mengecek data, menyimpan data, memproses dan memanipulasi data serta mengeluarkan dan mempresentasikan data. Program perangkat lunak antara lain ERDAS, ILWIS, SPANS, Mapinfo,
Arcinfo, Arc View dan lain-lainnya. Program ini pada dasarnya sama dengan paket software Microsoft Word, Exel dan sebagainya, hanya saja fungsi dan kemampuannya yang berbeda.
b Perangkat keras hardware Perangkat keras adalah unit komputer yang seperti biasa dipakai umum, terdiri dari komponen
antara lain: CPU: Central Processing Unit, adalah pusat prosesing data digital.
Gambar 67. CPU
VDU : Visual Display Unit, sering disebut monitor, yaitu layer tampilan data yang diproses dalam computer.
Gambar 68. VDU Monitor
Printer : Alat untuk mencetak data maupun peta hasil proses pada CPU.
Gambar 69. Printer
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 267
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Plotter : Alat pencetak peta, cara kerjanya seperti printer hanya di peruntukkan bagi pencetakan peta atau gambar ukuran besar.
Gambar 70. Plotter
Digitizer : Alat yang digunakan untuk digitasi, yaitu mengubah data-data teristris menjadi data digital.
Gambar 71. Digitizer
c Sumber daya manusia brain ware Unsur sumber daya manusia SDM merupakan factor terpenting dalam SIG sebab semua sistem
dijalankan oleh manusia dan diinterpretasi oleh manusia juga. SIG harus dikerjakan oleh orang yang memiliki keahlian sesuai dengan tingkatannya. Tingkatan tersebut mulai dari perancang
designer, ;pengolah data, pemelihara dan pengguna data. Pada umumnya tingkatan yang dipakai adalah:
1 Manager yaitu bertanggung jawab terhadap SIG secara keseluruhan. 2 Staf professional tehnik yaitu ahli yang menangani analisis dan sebagai programmer.
3 Pengguna akhir yaitu orang yang memanfaatkan hasil dari proses SIG.
d Data input. Data yang dipergunakan dalam SIG dapat berupa data peta, data lapangan, dan citra. Pemasukan
data dapat dilakukan dengan menggunakan scanner, digitizer, dan CD room. Banyakna data yang dapat dimasukkan terkait dengan kemampuan program dan perangkat lunaknya.
3 Tahapan kerja SIG
SIG dapat menyajikan data pada layer monitor computer dalam bentuk data digital. Tahapan kerja SIG meliputi tahap masukan data in put, proses dan hasil out put .
a Masukan input Tahapan SIG memerlukan data in put yang dimasukkan dalam komputer untuk diproses.
Dalam masukan ini perlu diperhatikan sumber data dan proses memasukan data. 1 Sumber Data
Sumber data yang diproses dalam SIG terdiri dari data peta, data teristris data lapangan, dan data citra penginderaan jauh. Data Peta: yaitu data yang telah terekam dalam bentuk
peta kertas atau film. Untuk keperluan SIG melalui komputerisasi data dalam peta diubah dikonversi kedalam bentuk digital. Data Teristris data lapangan: yaitu data yang
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 268
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
diperoleh langsung dari hasil pengukuran di lapangan. Contohnya: Jumlah curah hujan, pH tanah dan persebaran penduduk. Data teristris dapat disajikan dalam bentuk peta, tabel,
grafik atau hasil perhitungan tertentu. Data Citra penginderaan jauh: yaitu berbentuk citra, baik citra foto ataupun citra non foto. Apabila sumber data berupa foto udara maka
harus diolah terlebih dahulu dengan cara interpretasi, kemudian dapat ditampilkan dalam bentuk peta. Akan tetapi apabila citra satelit sudah dalam bentuk data digital maka dapat
langsung dipergunakan setelah melalui koreksi seperlunya.
2 Proses Pemasukan Data Bentuk data secara umum dapat dibagi menjadi data keruangan spasial dan data atribut.
DataSpasial:yaitudatayangmenunjukkanruang,lokasi,atautempat-tempat di permukaan bumi. Data ini merupakan data grafis yang mengidentifikasi kenampakan lokasi geografi
berupa titik, garis dan polygon. Data spasial diperoleh dari peta dalam bentuk peta digital numerik. Peta digital inilah yang diproses dan dibaca dalam computer. Alat untuk
mengubah data digital disebut dititizer sedang pengerjaannya disebut digitasi. Selain proses digitasi, untuk merubah data spasial ke dalam SIG digunakan juga system scaning,
yang dilakukan dengan alat detector elektronik. Data spasial mempunyai bentuk titik, garis dan polygon area, berikut ini contohnya:
Obyek yang nyata
Menara jalan arealuasan Model terestris titik garis area +3
Model digitasi kode titik kode garis poligon
Gambar 72. Contoh visualisasi simbol terestris dan digital.
Data keruangan dapat disajikan dalam bentuk model raster dan model vektor. Model data raster, yaitu data yang dibentuk oleh kumpulan sel atau pixel picture element. Pixel adalah
bagian terkecil yang masih dapat digambarkan dalam suatu citra. Pada model raster ini semua obyek disajikan dalam bentuk sel-sel yang disebut pixel tadi. Setiap sel mempunyai kordinat dan
informasi tertentu. Data raster yang memiliki bentuk pixel contohnya adalah foto udara, citra satelit, dan peta klasifikasi lahan.
Model data vektor, yaitu model data yang dapat digunakan untuk menggambarkan informasi geografis secara tepat. Model ini menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data
spasial dengan menggunakan titik-titik, garis atau poligon serta atributnya. Bentuk dasar model data vektor ditampilkan dalam sistem kordinat meliputi dua sumbu dengan notasi x dan y.
Dalam data spasial vektor ini, garis-garis atau kurva merupakan sekumpulan titik- titik berurutan yang dihubungkan satu sama lain. Titik-titik akan diikat oleh satu kordinat x, y garis
diikat oleh dua atau lebih sistem kordinat. Untuk poligon atau bidang diikat oleh beberapa kordinat. Contoh data vektor yang berupa garis atau poligon adalah peta topografi, batas lahan,
peta kapling tanah, peta jalan, peta jaringan listrik dan peta lokasi perumahan
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 269
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
Gambar 73. Model data Raster dan data Vektor
Data Atribut: yaitu data yang terdapat pada ruang atau tempat. Atribut memberikan keterangan informasi tertentu misalnya sawah, ladang, kota, kolam.dsb. Kadang dalam atribut
terdapat informasi tambahan seperti di kota terdapat gedung-gedung, menara dsb. Data atribut dapat dilihat informasinya sebagai data kualitas atau data kuantitas. Misalnya kelas jalan untuk
kualitas dan jumlah ruas jalan untuk kuantitas. Data kualitatif merupakan hasil pengamatan yang dinyatakan dalam suatu deskripsi dari hasil survey atau penelitian langsung. Data kualitatif
berguna untuk informasi tentang jenis atau rupa. Data kuantitatif dinyatakan dalam bentuk angka atau bilangan. Data ini berguna untuk informasi tentang perbedaan nilai atau obyek.
b Proses Dalam SIG proses data meliputi memanggil, memanipulasi, dan menganalisis data yang tersimpan
dalam komputer.Memanggil data adalah menampilkan atau mengambil data yang telah tersimpan dalam komputer. Manipulasi data adalah merupakan kegiatan membuat data dasar, melengkapi
data, menyempurnakan data, membuat tabel, menyempurnakan tabel, editing, menyusun indeks dan sebagainya. Manipulasi data dapat dipergunakan untuk keperluan klasifikasi ulang,
memperoleh ukuran atau parameter, konversi struktur data dan analisis. Contoh dalam perencanaan tata guna lahan menggunakan kriteria kemiringan lereng 0 - 14 untuk
permukiman penduduk, 15 - 29 untuk daerah perkebunan dan pertanian, 30 - 44 untuk hutan produksi, dan lebih dari 45 untuk hutan lindung dan taman nasional. Ada bermacam-
macam analisis data, di antaranya : 1 Analisis garis dan bidang, dapat digunakan dalam menentukan wilayah dalam radius tertentu.
Contoh; daerah potensial banjir, potensial longsor dsb. 2 Analisis penjumlahan aritmatika, menghasilkan penjumlahan dan dapat menangani peta
dengan klasifikasi atau kriteria tertentu. 3 Analisis lebar, mengasilkan daerah tepian sungai dengan lebar tertentu.
c. Keluaran output Data yang telah dianalisis dalam SIG dapat memberikan informasi kepada pengguna. Tahap
keluaran data merupakan tahapan pelaporan atau penyajian hasil analisis. Penyajian dapat dalam bentuk tampilan pada layar monitor atau dicetak dengan printer atau menggunakan plotter. Semua
data dan informasi hasil overlay diupayakan agar dapat menampilkan informasi yang menarik, misalnya pewarnaan, layout, tehnik penyajian dan lain-lain. Data keluaran ini dapat berupa peta,
tabel, grafik ataupun berbagai tampilan hasil perhitungan. Berdasarkan kepada keluaran atau output ini maka lalu dilakukan interpretasi dan penentuan kebijakan. SIG dengan komputer pada
dasarnya hanya membantu pengolahan berbagai data untuk memperoleh suatu kesimpulan tertentu. Kejelian, kecermatan dan keahlian orang yang menginterpretasi data keluaran sangat
penting. Suatu keluaran yang akurat dapat menjadi masukan yang keliru apabila orang menafsirkan dan membuat kesimpulan yang salah.
Demikian sebaliknya data yang salah akan dapat menghasilkan kesimpulan yang salah juga walaupun yang menginterpretasi orangnya cermat, teliti dan ahli. Jadi sebagai suatu sistem semua
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 270
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
harus sinkron dan menjadi satu kesatuan yang utuh dan semua komponen berfungsi sesuai proporsinya.
4 Penerapan Penginderaan Jauh dan SIG
Ada dua manfaat utama citra penginderaan jauh didalam penelitian geografi, yaitu sebagai : 1 sumber data, dan 2 alat analisa data Lo,1979 Citra merupakan alat yang efisien didalam
inventarisasi dan pemetaan sumber daya dan lingkungan, suatu bidang yang merupakan lapangan pekerjaan utama bagi geografiwan Jensen dan Dahhlberg, 1986 Inventarisasi sumberdaya ialah
identifikasi sumberdaya disuatu daerah geografik tertentu serta penentuan kuantitas dan kualitas masing-masing sumberdaya tersebut Conant et al, 1983 Pekerjaan ini dapat pula diartikan sebagai
pencacahan sumberdaya suatu daerah tertentu secara rinci dan teliti yang hasilnya disajikan dalam bentuk peta dan pemerian seperlunya.
Istilah efisiensi sering diukur dengan jumlah masukan tertentu untuk mencapai keluaran terbesar atau masukan terkecil bagi keluaran tertentu. Masukan dapat berupa dana, tenaga,
dan biaya yang kesemuannya dapat diterjemahkan kebiaya. Efisiensi penggunaan citra didalam inventtarisasi sumber daya dan lingkungan terletak pada pengurangan biaya dalam arti dana, tenaga,
maupun waktu pelaksanaan yang sangat berarti Sebagai contoh untuk Amerika Serikat maka biaya pemetaan secara umum dengan menggunakan foto udara hanya sebesar 3 hingga 10 biaya
pemetaan dengan cara teristrial. Tentang biaya pemetaan banyak faktor yang mempengaruhinya. Salah satu faktor yang besar pengaruhnya ialah luas lahan daerah yang dipetakan. Untuk pemetaan
hutan di Amerika Serikat dengan skala 1: 20.000 misalnya, biaya pemetaan persatuan luas bagi daerah seluas 25 km² : 100 km² : 5000 km² berbanding sebagai 100:37:10. Disamping luas daerah,
skala peta besar pula pengaruhnya terhadap biaya pemetaan. Biaya untuk pemetaan tinjau skala 1:25.000 biaya pemetaan planimetrik hanya 10 hingga 15 biaya topografik Haggett, 1972
Biaya ini lebih dipermurah lagi bila untuk pemetaannya digunakan citra SPOT maka biayanya menjadi sebesar 65 biaya pemetaan menngunakan foto udara Pannetier, 1987.
Citra meyajikan gambaran permukaan bumi secara relatif lengkap Semua benda yang tidak terlalu kecil ukurannya dan terlindungi oleh obyek lain, tergambar pada citra. Gambaran yang lengkap
ini mirip wujud dan letak sebenarnya di permukaan bumi sehingga citra merupakan alat yang baik sekali bagi analisa geografi, baik yang berupa analisa spasial komplek regional. Karena citra dapat
dibuat secara cepat pada kondisi cuaca yang memungkinkan, citra yang dibuat pada saat yang berbeda merupakan alat yang baik sekali bagi analisa temporal.
Meskipun citra menyajikan gambaran yang relatif lengkap, teknik penginderaan jauh tidak dimaksudkan untuk mencetak geografiwan yang bertengger di belakang meja, melainkan untuk
membuat pekerjaan geografiwan lebih efisien. Arti lengkap tersebut ialah karena citra menyajikan berbagai data tentang lahan, bentuklahan, penggunaan lahan, hidrologi, vegetasi, tanah, penduduk,
transportasi, dsb. Tidak seperti peta yang hanya menyajikan data tertentu yang lebih terbatas istilah lengkap bukan berarti semua data yang kita perlukan dapat diperoleh dari citra. Karena citra
menyajikan berbagai gambaran yang ujud dan letaknya mirip ujud dan letak sebenarnya dipermukaan bumi, citra merupakan alat yang baik didalam penentuan daerah contoh sampel didalam penelitian
geografi. Dari keanekaragaman atau keseragaman ujudnya, peneliti dapat menentukan apakah ia akan mengambil daerah contoh secara bertingkat stratified, dapat ditentukan secara jelas pada citra
masing-masing stratumnya sehingga memudahkan penentuan besarnya daerah contoh seandainya akan diambil secara proposional.
Melalui analisis unsur interpretasi foto udara topografi, pola aliran dan tekstur aliran, erosi, vegetasi, dan pengunaan lahan, penafsir dapat mengenali kondisi lahan yang berbeda-beda dan
dapat menentukan batas antaranya. Pada mulanya penafsir foto udara perlu mempertimbangkan dengan seksama unsur-unsur tersebut di atas satu-persatu dan dalam kombinasi untuk maksud
memperkirakan kondisi lahan. Sesudah memperoleh beberapa pengalaman, unsur tersebut sering terpakai bersama-sama secara tak sengaja pada saat penafsir mengembangkan untuk mengenali pola
foto udara tertentu yang terulang. Pada daerah yang rumit, penafsir harus secara seksama memperhatikan karakteristik topografi, pola aliran dan tekstur, erosi, vegetasi, dan penggunaan lahan
yang terdapat pada foto udara Sutanto, 1990.
Sistem Informasi Geografi menyimpan data seperti apadanya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Data keruangan yang dimiliki SIG disimpan dalam bentuk digital. Data dalam bentuk
digital dapat memakan tempat penyimpanan karena banyak data yang harus disimpan. Kemajuan teknologi komputer dapat menyimpan data digital dengan kemampuan yang sangat besar. Komputer
dapat memanipulasi data untuk berbagai kepentingan, tanpa merubah data aslinya. Beberapa peta dapat di overlaykan untuk berbagai kepentingan. Dengan kemampuan memanipulsi data, analisa
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
P a g e | 271
Modul Pendidikan Latihan Profesi Guru PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar
data, model suatu peta yang dapat menginventaris sumber daya alam dan dapat dilakukan untuk perencanaan pemabngunan. SIG mempunyai kemampuan dalam berbagai bidang.
GLOSSARIUM Spektrum = Tingkat kecerahan warna pada citra
Objek = sasaran dalam penginderaan jauh Wahana = Alat untuk membawa sensor
Sensor = Alat perekam dalam foto udara Interpretasi Citra =kegiatan untuk menentukan bentuk dan sifat obyek yang tampak pada citra
Deduksi = Merupakan kegiatan pemrosesan citra berdasarkan obyek yang terdapat pada citra ke arah yang lebih khusus
Idealisasi =penyajian hasil interpretasi citra ke dalam bentuk peta yang siap pakai Citra Satelit = Citra yang berasal dari hasil pemotretan dari wahana satelit
Rona =Tingkat kecerahan suatu objek Asosiasi = keterkaitan antara obyek satu dengan obyek lain
Situs = letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya Resolusi =tingkat ketajaman suatu objek gambar
Input Data = proses masukan
data spasial dan data non-spasial Output Data = menayangkan informasi geografi sebagai hasil analisis data dalam proses SIG
Software = Perangkat lunak dalam komputer Hardware = Perangkat keras dalam komputer
Plotter =Alat untuk mencetak peta dalam ukuran besar Digitizer = Alat untuk merubah data spasial menjadi data raster
Brainware = Pelaksana dalam SIG Data Vektor = Data yang berbentuk titik, garis dan polygon.
Data Raster = Data yang berbentuk pixel Data Atribut = Data pelabelan
C. Latihan
1. Sistem penginderaan jauh terdiri dari dua komponen ? jelaskan 2. Spektrum elektromagnetik dibagi atas berbagai bagian spektrum dan tiap bagian spektrum
dibagi atas saluran band, jelaskan ? 3. Berdasarkan ketinggian peredaran wahana, pemotretan dari angkasa dapat diklasifikasikan
menjadi 3 kelompok, jelaskan ? 4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan data spatial dan data atribut ?
5. Berdasarkan prinsipnya, SIG terdiri dari tiga sistem. Jelaskan
D. Evaluasi
1. Penginderaan jauh yang menggunakan tenaga matahari sebagai tenaganya disebut ..... a. Sistem pasif
b. Sistem terpadu c. Sitem aktif
d. Sistem reaktif
2. Hasil atau citra penginderaan jauh yang memiliki cir yang bekaitan dengan waktu disebut ..... a. Ciri spasial
b. Ciri temporal c. Ciri digital
d. Ciri fotografik
3. Berdasarkan spektrum elektromagnetiknya , citra hasil foto udara dapat dikelompokan menjadi a. Ultraviolet, pankromatik, inframerah, ortokromatik
b. Ortho photograph, oblique photogrpah c. True colour , false colour
d. Inframerah,ortho photograph, ortokromatik
4. Data spatial menunjukkan ruang, lokasi, atau tempat-tempat di permukaan bumi. Data ini bukan merupakan data spatial yang mengidentifikasi kenampakan lokasi geografi......
a. Polygon b. Pixel
c. Titik d. Garis
PSG Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar