98
10 20
30 40
50 60
70
Pratindakan Siklus 1
Siswa yang sudah mencapai KKM
Siswayang belum mencapai KKM
Gambar 4. Perbandingan Keterampilan Bercerita Siswa pada Prasiklus dan Siklus I
Dari data yang telah tersaji di atas, kemampuan bercerita siswa kelas III SD Kasongan Bantul tahun ajaran 20152016 masuk dalam
kategori cukup terampil. Nilai rata-rata siswa mencapai 74.25 dan persentase siswa yang tuntas KKM keterampilan bercerita 75 sebesar
42,4.
d. Refleksi
Tahap ke empat dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu refleksi. Dalam tahap refleksi dilakukan evaluasi tentang apa yang telah
dilakukan, diungkapkan kelebihan dan kekurangan tindakan, serta mencari solusi untuk dilaksanakan pada tindakan selanjutnya. Peneliti
dan guru melakukan refleksi dengan cara mengevaluasi proses kegiatan pembelajaran bercerita yang telah dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk
99
mengetahui peningkatan keterampilan bercerita siswa menggunakan media boneka tangan.
Hasil penilaian keterampilan bercerita setelah tindakan pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan pada aspek pelafalan, intonasi, diksi,
keruntutan, keberanian, kelancaran, sikap, dan penguasaaan tema, jika dibandingkan dengan sebelum tindakan. Hasil aspek kebahasaan dan non
kebahasaan di diklus I pada saat siswa bercerita di depan kelas pelafalan siswa masih kurang hal tersebut dikarenakan beberapa siswa masih
menggunakan bahasa kedaerahan, intonasi sebagian besar siswa masih kurang hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa bercerita dengan
penekanan-penekanan nada, pilihan kata siswa sudah cukup baik, keruntutan siswa dalam bercerita sebagian siswa sudah runtut, keberanian
siswa masih kurang hal ini dikarenakan siswa masih belum terbiasa berecerita di depan kelas, kelancaran siwa dalam bercerita masih kurang
sebagian besar siswa masih kurang lancar dan masih memerlukan bantuan guru, sikap siswa pada saat bercerita juga masih kurang hal
tersebut dikarenakan siswa masih banyak yang menunduk dan masih kurang berkomunikasi dengan anggota kelompoknya, penguasaan tema
siswa sudah baik hal tersebut terlihat dari banyaknya siswa yang bercerita sesuai dengan alur cerita. Namun peningkatan tersebut belum
memenuhi target yang telah ditentukan oleh peneliti dan guru. Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini yaitu 80 dari jumlah siswa yang
100
mengikuti pembelajaran mencapai KKM keterampilan bercerita sebesar 75.
Berdasarkan tes bercerita pada siklus I diketahui adanya peningkatan nilai rata-rata siswa. Pada pratindakan prasiklus rata-rata nilai siswa
yaitu sebesar 69,28 meningkat pada siklus I nilai rata-rata siswa menjadi 74.25. Sementara itu, siswa yang telah memenuhi KKM keterampilan
bercerita meningkat sebesar 6,4, yakni dari 36 menjadi 42,4. Kriteria dalam penelitian ini belum terpenuhi yaitu 80 dari jumlah
siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran yang telah mencapai KKM keterampilan bercerita sebesar 75. Sementara itu, siswa yang tuntas
KKM keterampilan bercerita pada siklus I sebesar 42,4. Dengan demikian siklus I dapat dikatakan belum berhasil.
Berdasarkan penilaian tes praktik bercerita yang telah diperoleh, hasil keterampilan bercerita siswa kurang maksimal. Ada 18 siswa yang
belum mencapai nilai ketuntasan, sehingga masih perlu ditingkatkan lagi. Belum tercapainya target tindakan pada pelaksanaan siklus I dikarenakan
masih banyak siswa yang masih malu untuk bercerita, siswa dalam berecrita masih menunduk dan kurang berinteraksi dengan anggota
kelompoknya saat menggunakan media boneka tangan, maka peneliti dan guru sepakat melanjutkan penelitian tindakan pada siklus II dengan
berusaha melibatkan seluruh siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dan pembagian kelompok serta media yang digunakan
101
dalam pembelajaran. Oleh sebab itu, rencana kegiatan diulangi lagi pada siklus II, namun dengan beberapa perbaikan dan variasi.
Pelaksanaan tindakan pada siklus I masih terdapat beberapa hal yang perlu ditingkatkan dalam memaksimalkan keterampilan bercerita siswa
dengan menggunakan media boneka tangan, hal ini sesuai dengan pendapat dari Maidar G. Arsjad dan mukti 1991: 17-22 bahwa dalam
bercerita hal-hal yang harus diperhatikan yaitu aspek kebahasaan yaitu lafal, intonasi, pilihan kata dan keruntutan, serta aspek non kebahasaan
yaitu keberanian, kelancaran, sikap, dan penguasaan tema, sehingga media boneka tangan dibuat lebih menarik lagi dengan karakter yang
berbeda untuk memberikan rangsangan visual siswa lebih baik. Siswa dibuat berhadapan saat bercerita menggunakan media boneka tangan agar
interaksi siswa semakin aktif. Guru perlu lebih kritis dan interaktif ketika melakukan tanya jawab
menggali pengetahuan siswa menggunakan media boneka tangan. Pembagian kelompok ditingkatkan menjadi 4 siswa per kelompok agar
siswa lebih berani dan lebih banyak berinteraksi menggunakan media boneka tangan. Cerita juga dibuat sederhana untuk mengefektifkan waktu
pembelajaran.
102
4. Deskripsi Keterampilan Bercerita Siswa Kelas III pada Siklus II