Penilaian Keterampilan Bercerita Keterampilan Bercerita

31

e. Penilaian Keterampilan Bercerita

Untuk mengukur keterampilan bercerita perlu diadakan penilaian selama dan setelah proses pembelajaran. Penilaian keterampilan bercerita ini dapat diperoleh melalui tes maupun non tes. Ahmad Rofi’uddin Darmiyati Zuchdi 1998: 236 mengatakan bahwa tes keterampilan bercerita merupakan tes berbahasa yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan. Pada prinsipnya tes keterampilan bercerita memberikan kesempatan kepada siswa untuk bercerita yang difokuskan pada praktik berbicara. Menurut Maidar G. Arsjad dan Mukti 1991: 17-22, hal-hal yang harus diperhatikan , yaitu: a aspek kebahasaan 1 Pelafalan Siswa berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda, sehingga bahasa daerah siswa kerap digunakan dalam berkomunikasi dan ciri-ciri kedaerahan itu terkadang sulit untuk dihilangkan. Sehingga siswa dituntut untuk belajar melafalkan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 2 Intonasi penempatan tekanan, nada, jangka, dan ritme Intonasi yang sesuai merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara, bahkan merupakan salah satu faktor penentu dalam keefektifan berbicara. Suatu topik pembicaraan mungkin kurang menarik, namun dengan intonasi yang sesuai pembicaraan itu 32 menjadi menarik. Sebaliknya, apabila penyampaiannya datar saja mungkin timbul kejemuan pada pendengar dan keefektifan berbicara tentu akan berkurang. Pembelajaran keterampilan bercerita di Sekolah Dasar yang perlu ditekankan ialah latihan mengucapkan kalimat dengan intonasi wajar, serta penempatan jeda dan tekanan secara tepat. Hal ini misalnya dapat dilakukan pada waktu siswa mengomunikasikan pemahamannya tentang isi bacaan secara lisan. 3 Pilihan kata Pembinaan keterampilan bercerita perlu memperhatikan pilihan kata yang digunakan oleh siswa pada waktu mengomunikasikan sesuatu secara lisan. 4 Keruntutan Pembinaan keterampilan bercerita juga memperhatikan keruntutan struktur kalimat yang digunakan saat siswa mengkomunikasikan sesuatu secara lisan. b aspek nonkebahasaan 1 Keberanian Siswa berani maju di depan kelas dengan percaya diri dan semangat, dan tidak harus dipaksa oleh guru untuk maju kedepan dalam kegiatan berbicara. Sehingga siswa tanpa perintahpun akan secara refleks berbicara dengan suara yang enak didengar tidak terlalu keras dan tidak terlalu pelan. 33 2 Kelancaran Kelancaran penyampaian pembicaraan dari awal sampai akhir merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan. Seorang pembicara yang terbata-bata tidak akan menarik pendengar untuk mendengarkan. Seseorang dapat lancar berbicara jika seseorang tersebut mengerti apa yang akan dikatakan, untuk itu pentingnya persiapan yang matang dalam menyusun hal-hal apa yang ingin diungkapkan dalam pembicaraan. 3 Sikap Sikap saat berbicara sangat penting. Hal ini berkaitan dengan rasa percaya diri siswa. Siswa yang berbicara di depan umum dengan sikap tegak dan pandangan mata menyebar tidak menunduk atau pandangan ke atas berarti siswa tersebut telah memiliki sikap percaya diri yang baik. 4 Penguasaan tema Penguasaan tema merupakan faktor utama dan penting untuk menunjang keterampilan bercerita. Penguasaan tema pembicaraan yang baik akan menumbuhkan keberanian, percaya diri, dan kelancaran dalam bercerita. Kegiatan penilaian untuk mengukur kemampuan siswa dalam keterampilan bercerita bisa menggunakan aspek kebahasaan, yaitu pelafalan, intonasi, pemilihan kata dan keruntutan, serta non kebahasaan 34 yaitu keberanian, kelancaran, sikap, dan penguasaan tema. Karena aspek aspek tersebut merupakan dasar dari keterampilan berbahasa lisan. Pada penelitian ini untuk mengukur keterampilan bercerita siswa kelas III, peneliti menggunakan rubrik penilaian yang berisi aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam keterampilan bercerita baik aspek kebahasaan maupun non kebahasaan sesuai dengan pendapat Maidar G. Arsjad dan Mukti 1991: 17-22 yang disesuaikan dengan kegiatan bercerita yang dilakukan dalam penelitian ini maka aspek kebahasaan yang digunakan meliputi pelafalan, intonasi, pilihan kata dan struktur kalimat, serta aspek non kebahasaan meliputi keberanian, kelancaran, sikap, dan penguasaan tema.

2. Media Boneka Tangan

Dokumen yang terkait

Peningkatan keterampilan bercerita dengan menggunakan media boneka tangan pada siswa Kelas VII MTS YANUSA Pondok Pinang Jakarta Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014

0 18 145

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENDEKATAN SAVI BERBANTUAN BONEKA TANGAN PADA SISWA KELAS II SDN KARANGANYAR 01 SEMARANG

0 12 223

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Storytelling (Bercerita) Dengan Menggunakan Boneka Tangan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri Teloyo 3 Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 17

PENDAHULUAN Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Storytelling (Bercerita) Dengan Menggunakan Boneka Tangan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri Teloyo 3 Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 6

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Storytelling (Bercerita) Dengan Menggunakan Boneka Tangan Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Negeri Teloyo 3 Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 13

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BONEKA TANGAN PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 02 KWANGSAN JUMAPOLO, KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2009/2010.

0 2 6

Peningkatan Keterampilan Bercerita Menggunakan Media Boneka Pada Siswa Kelas VII-G SMP Negeri 4 Pemalang Tahun Ajaran 2006/2007.

0 0 157

MEDIA BONEKA TANGAN DAPAT MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA.

0 0 8

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA WAYANG TERHADAP KETERAMPILAN MENYIMAK CERITA SISWA KELAS II B SD NEGERI KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA.

0 1 184

PENERAPAN PENDEKATAN SAVI DENGAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA DONGENG PADA SISWA KELAS III SD NEGERI TANJUNGREJO | Karimah | KALAM CENDEKIA PGSD KEBUMEN 8243 17823 1 PB

0 0 6