Konseling Relasi Orang Tua

44 penelitian yang penulis lakukan adalah pada fokus pembahasan pada kegagalan rumah tangga pekerja migran. Sementara itu, perbedaan mendasarnya terletak pada kajian Bimbingan dan Konseling yang tidak terdapat dalam penelitian Kustini 2002, lokasi penelitian, serta batasan penelitian tersebut yang hanya membahas persoalan buruh migran perempuan. Dalam hal ini, hasil penelitian Kustini 2002 dapat menjadi pembanding terkait fenomena perceraian pekerja migran yang terjadi di Sukabumi dengan yang terjadi di Cilacap. Selain itu, kedua penelitian diharapkan dapat saling melengkapi untuk menjadi satu kajian yang membahas secara lebih komprehensif mengenai kegagalan rumah tangga di kalangan pekerja migran. 2. Titin Dhora Afriani 2002, melakukan penelitian dengan judul “Perubahan Relasi TKIW dalam Keluarga Migran Studi Kasus tentang Peranan Tenaga Kerja Indonesia Wanita dalam Pengambilan Keputusan pada Keluarga di Kelurahan Karang Tengah, Blitar”. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa keberadaan pekerja migran perempuan di desa tersebut tidak sepenuhnya mempengaruhi tingkat kegagalan rumah tangga atau perceraian. Akibat yang paling nampak dari keberadaan pekerja migran di desa tersebut disebutkan adalah akibat relasi gender antara suami dengan isteri, di mana terjadi beberapa pergeseran peran gender dalam rumah tangga. Hal demikian terjadi karena walaupun isteri memegang peranan lebih dominan pada sektor ekonomi, namun pihak suami tidak merasa keberatan dan justru menerima dengan mengambil alih beberapa peran gender isteri dalam rumah 45 tangga. Adanya sikap saling pengertian pada rumah tangga keluarga pekerja migran di dalam penelitian tersebut yang dinilai membuat angka kegagalan rumah tangga di kalangan pekerja migran Kelurahan Karang Tengah Blitar tidak banyak terpengaruh. Hasil penelitian tersebut dapat menjadi satu dasar pemikiran bahwa pergeseran relasi dan peran gender tidak selalu menjadi penyebab kegagalan rumah tangga pekerja migran. Oleh sebab itu hasil penelitian Titin Dhora Afriani 2002 tersebut diharapkan dapat menjadi pembanding dengan hasil penelitian yang penulis lakukan, terutama terkait aspek pergeseran relasi dan peran gender dalam keluarga pekerja migran dalam kegagalan rumah tangga yang terjadi.

E. Kerangka Pikir

Fenomena kegagalan rumah tangga di kalangan rumah tangga pekerja migran cukup rentan terjadi. Kegagalan rumah tangga tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor yang melatarbelakangi. Jarak antara pekerja migran dengan pasangannya yang tidak memungkinkan adanya intensitas pertemuan secara rutin untuk jangka waktu cukup lama dalam hal ini menjadi salah satu penyebab yang paling mendasar dari fenomena kegagalan rumah tangga. Hal demikian dikarenakan ketika intensitas pertemuan antara pekerja migran dengan pasangan sangat minim maka tidak jarang akan menjadi penyebab munculnya berbagai permasalahan baru yang kemudian berujung pada terjadinya perceraian. Masalah yang mungkin muncul akibat rendahnya intensitas pertemuan dengan pasangan dalam hal ini dapat terkait dengan faktor 46 internal maupun eksternal yang kemudian mempengaruhi rumah tangga pekerja migran. Faktor internal berkaitan dengan faktor pribadi yang meliputi rendahnya kepercayaan terhadap pasangan maupun rendahnya toleransi berupa rasa pengertian satu sama lain dalam rumah tangga. Pada akhirnya ketika intensitas pertemuan dengan pasangan rendah dapat menimbulkan rasa tidak percaya ataupun juga menjadi tidak adanya rasa pengertian pada pasangan. Sementara itu, permasalahan mengenai rendahnya intensitas pertemuan dengan pasangan dalam rumah tangga pekerja migran dalam hal ini juga berkaitan dengan adanya situasi khusus dalam rumah tangga pekerja migran yang tidak dapat diatasi. Permasalahan tersebut misalnya yaitu persoalan kominikasi sampai menurunnya kesetiaan sehingga terdapat orang ketiga yang dapat masuk dalam rumah tangga. Pada sisi lain, aspek ekonomi juga dapat menjadi masalah yang muncul akibat jarak yang terpisah antara pekerja migran dengan pasangannya. Hal demikian dikarenakan jarak tersebut membuat pekerja migran menyerahkan seluruh pengelolaan keuangan keluarga pada pasangannya. Oleh sebab itu, ketika pasangan dari pekerja migran tidak dapat mengelola dengan baik keuangan keluarga pada akhirnya masalah ekonomi dapat mengakibatkan konflik pekerja migran dengan pasangan. Berbagai penyebab kegagalan rumah tangga di kalangan pekerja migran tersebut tidak dapat dipungkiri akan memberikan dampak bagi diri pekerja migran. Dampak tersebut dapat berupa dampak bagi kondisi psikis maupun bagi kehidupan pekerja migran secara umum. Dampak tersebut dapat dikelola