Subjek 4 Deskripsi Subjek Penelitian

68 Pekerjaan Saat Ini: Pengrajin Gula Jawa Jumlah Anak : 1 SD 2 Identitas Mantan Istri Nama : WS Nama Disamarkan TTL : Sukabumi, 10 November 1976 Agama : Islam Pendidikan : SMP Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga JR adalah seorang pekerja migran yang telah bekerja di Malaysia sejak tahun 2004 untuk dua kali periode kontrak dan di Taiwan sampai tahun 2012. Penghasilan JR selama menjadi pekerja migran rata- rata adalah Rp 3.000.000 setiap bulannya. Rumah tangga JR mengalami kegagalan sejak perceraian dengan istrinya pada tahun 2012. Dalam hal ini istri JR juga bekerja sebagai pekerja migran di Hongkong sehingga tidak mudah bagi keduanya untuk kemudian tetap menjalin hubungan dengan baik ketika terjadi permasalahan rumah tangga meskipun komunikasi dapat berjalan. Perceraian JR dalam hal ini dilakukan setelah JR menyelesaikan kontrak kerjanya sehingga JR dapat mengurus langsung prosesnya. Hanya saja istri JR yaitu WS yang juga bekerja sebagai pekerja migran dan telah memutuskan untuk menjadi lesbian tidak bersedia kembali ke Indonesia sehingga WS menyerahkan proses perceraian pada “RAPAK” sebagai biro jasa. Oleh sebab itu pada proses perceraiannya JRtidak bertemu langsung dengan WS. 69 Setelah bercerai secara resmi melalui proses pengadilan, satu- satunya anak JR yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar hak asuhnya berada pada JR. Oleh sebab itu JR memutuskan untuk tidak lagi bekerja sebagai pekerja migran dan lebih memilih menjadi pengrajin gula jawa di daerahnya sebagai sumber penghasilan untuk membiayai kehidupannya dan anaknya.

B. Hasil Penelitian 1. Latar Belakang Penyebab Kegagalan Rumah Tangga pada Pekerja

Migran di Kecamatan Kedungreja Kabupaten Cilacap Kegagalan rumah tangga di kalangan pekerja migran dapat terjadi karena beberapa faktor. Begitu pula dengan kegagalan rumah tangga yang terjadi pada rumah tangga pekerja migran di Kecamatan Kedungreja. Secara garis besar, dalam hal ini penyebab kegagalan rumah tangga subjek pada penelitian ini dapat dibagi menjadi beberapa faktor, yaitu rendahnya intensitas komunikasi dan pertemuan dengan pasangan, sikap tidak setia, masalah keuangan ekonomi, serta tuntutan berlebihan dari pasangan.

a. Rendahnya Intensitas Komunikasi dan Pertemuan dengan Pasangan

Sebagai pekerja migran tentu intensitas komunikasi dan pertemuan subjek dengan pasangan menjadi tidak seleluasa pasangan pada rumah tangga pada umumnya. Berikut merupakan hasil wawancara dengan salah seorang subjek terkait intensitas pertemuan dengan pasangan di Indonesia: 70 “Boleh sih sebenernya, tapi sayang mbak uangnya untuk ongkos pulang pergi kan mahal. Biasanya saya tabung saja uangnya. Saya pulang pas sudah kontrak 2 tahun mbak. Menghemat biaya.” Wawancara dengan YT, 19 Juni 2013 Lampiran 1, baris 36-39 Penuturan subjek YT tersebut menunjukan bahwa intensitas pertemuan YT dengan pasangan adalah selam dua tahun sekali meskipun YT memiliki kesempatan untuk mengambil cuti. Dalam hal ini YT memilih mengorbankan intensitas pertemuan dengan pasangan guna menabung secara maksimal gaji yang diperolehnya. Hal yang sama diungkapkan oleh BR sebagaimana ditunjukan dalam kutipan wawancara sebagai berikut: “Kalau setiap tahun pasti di kasih cuti dan uang untuk pulang. Cuma saya berfikiran bahwa daripada uang buat beli tiket, mending saya kirimkan untuk anak-anak saya dan istri saya di rumah. Jadi saya pulang di tahun kedua mbak, lalu berangkat lagi untuk sisa kontrak 1 tahun.” Wawancara dengan BR, 19 Juni 2013 Lampiran 2, baris 26-30 Penuturan BR tersebut sejalan dengan penuturan YT yang lebih memilih untuk menyimpan gajinya daripada menambah intensitas kepulangan ke Indonesia untuk bertemu pasangan. Begitu pula dengan subjek SR yang menyatakan pendapat serupa sebagaimana dapat dilihat dalam kutipan wawancara berikut: “Kalau udah 18 bulan kan saya udah bisa nabung. Nah pas dua tahun saya pulang, nanti berangkat lagi nyelesaiin kontrak yang 1 tahun.” Wawancara dengan SR, 20 Juni 2013 Lampiran 3, baris 26-29 Penuturan SR tersebut serupa dengan penuturan kedua subjek sebelumnya. Dalam hal ini intensitas pertemuan juga dilakukan setelah