Kegagalan Rumah Tangga Kegagalan Rumah Tangga 1. Konsep Rumah Tangga

17 ketika konflik terus meruncing maka perceraian sering dianggap sebagai jalan keluarnya. b. Aspek ekonomi. Aspek ekonomi dalam hal ini dapat dikaitkan dengan kondisi kesulitan ekonomi yang secara tiba-tiba dialami atau kondisi ekonomi yang dirasa tidak kunjung membaik untuk jangka waktu lama. c. Aspek sosial. Aspek sosial yang dimaksud merupakan aspek-aspek yang berkaitan dengan kehidupan sosial individu setelah menikah. Aspek sosial dapat menjadi penyebab perceraian apabila terjadi perubahan secara tiba-tiba seperti misalnya perubahan aktivitas atau peran sosial suami atau istri yang tiba-tiba berubah karena kondisi tertentu. Seringnya terjadi percekcokan di antara orang tua dan sikap saling bermusuhan yang disertai dengan tindakan-tindakan agresif, dengan sendirinya akan membuat keluarga yang bersangkutan mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsi keluarga yang sebenarnya Norma dan Sudarso, 2004: 237. Oleh sebab itu, komunikasi dan sikap saling pengertian antara suami dan isteri sangat diperlukan sehingga kegagalan rumah tangga dapat dihindari. Selain itu, kesadaran mengenai tujuan pembentukan rumah tangga melalui perkawinan juga harus dipahami sehingga rumah tangga dapat tetap kuat sampai dipisahkan oleh kematian. Sementara itu, Scansoni menggambarkan bahwa situasi dan kondisi kegagalan rumah tangga bermula dari adanya stagnasi proses negosiasi antara pasangan suami isteri karena masing-masing pihak mencoba 18 mengajukan argumennya untuk mencari pembenaran sendiri yang dilandasi perasaan berikut Ihromi, 2004: 136-137: a. Mencoba untuk mulai memaksakan kehendaknya sendiri b. Mencari-cari kesalahan pasangannya c. Lebih mengupayakan terjadinya konflik daripada mencari jalan keluar untuk kepentingan bersama d. Mencoba untuk menunjukkan kekuasaannya

4. Akibat Kegagalan Rumah Tangga

Terjadinya perceraian akan menimbulkan berbagai akibat, khususnya terkait dengan persoalan harta warisan, pencari nafkah, dan proses sosialisasi anak Norma dan Sudarso, 2004: 239. Akibat dari perceraian dapat sangat dirasakan oleh keluarga inti dalam suatu rumah tangga. Hal demikian terjadi karena adanya perceraian kemudian membuat suatu keluarga menjadi tidak utuh, artinya struktur dalam keluarga tidak lagi terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Oleh sebab itu, kegagalan rumah tangga dapat dikatakan sangat berpengaruh pada kondisi dari setiap anggota dari rumah tangga yang bersangkutan. Kegagalan rumah tangga juga dapat berdampak pada perkembangan anak. Menurut Bird dan Melville 1994: 87, anak yang orang tuanya bercerai merasa malu, karena anak merasa berbeda dari teman-temannya yang lain. Kondisi tersebut dapat merusak konsep pribadi anak yang sering diikuti dengan depresi, cemas, marah, adanya rasa penolakan, merasa rendah diri, bermasalah dengan prestasi akademis, menjadi tidak patuh dan