Faktor Penyebab Kegagalan Rumah Tangga

18 mengajukan argumennya untuk mencari pembenaran sendiri yang dilandasi perasaan berikut Ihromi, 2004: 136-137: a. Mencoba untuk mulai memaksakan kehendaknya sendiri b. Mencari-cari kesalahan pasangannya c. Lebih mengupayakan terjadinya konflik daripada mencari jalan keluar untuk kepentingan bersama d. Mencoba untuk menunjukkan kekuasaannya

4. Akibat Kegagalan Rumah Tangga

Terjadinya perceraian akan menimbulkan berbagai akibat, khususnya terkait dengan persoalan harta warisan, pencari nafkah, dan proses sosialisasi anak Norma dan Sudarso, 2004: 239. Akibat dari perceraian dapat sangat dirasakan oleh keluarga inti dalam suatu rumah tangga. Hal demikian terjadi karena adanya perceraian kemudian membuat suatu keluarga menjadi tidak utuh, artinya struktur dalam keluarga tidak lagi terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Oleh sebab itu, kegagalan rumah tangga dapat dikatakan sangat berpengaruh pada kondisi dari setiap anggota dari rumah tangga yang bersangkutan. Kegagalan rumah tangga juga dapat berdampak pada perkembangan anak. Menurut Bird dan Melville 1994: 87, anak yang orang tuanya bercerai merasa malu, karena anak merasa berbeda dari teman-temannya yang lain. Kondisi tersebut dapat merusak konsep pribadi anak yang sering diikuti dengan depresi, cemas, marah, adanya rasa penolakan, merasa rendah diri, bermasalah dengan prestasi akademis, menjadi tidak patuh dan 19 cenderung agresif. Selain itu, menurut Amato dan DeBoer, remaja yang mengalami perceraian orang tua cenderung menunjukkan pandangan terhadap pernikahannya kelak Rice Dolgin, 2008: 95. Pandangan tersebut dapat terwujud dari timbulnya rasa cemas pada remaja dengan memilih untuk tidak menikah atau menjadi lebih selektif dan bijaksana dalam memilih dan menentukan pasangan hidupnya. Sementara itu, Suhendi 2001: 98 menjelaskan bahwa dalam pembentukan kepribadian seorang anak, faktor yang paling menentukan adalah keteladanan sikap dari orang tua. Oleh sebab itu, kegagalan rumah tangga yang dialami orang tuanya menjadi sangat berdampak bagi kondisi anak. Dampak tersebut dapat berubah menjadi dampak negatif bagi anak apabila tidak dikelola dengan baik oleh orang tua yang telah mengalami perceraian sehingga peran orangtua sangat berpengaruh pada perkembangan anak tersebut.

B. Rumah Tangga Pekerja Migran 1. Definisi Pekerja Migran

Pekerja migran atau migrant workers menurut Samuel merupakan tenaga kerja yang bermigrasi dan mengalami suatu perubahan tempat tinggal, baik permanen maupun semi permanen, baik legal maupun ilegal yang menyeberangi batas suatu negara, namun tidak termasuk di dalamnya kelompok wisatawan dan komunitas diplomatik yang tidak berkaitan langsung dengan aktivitas ekonomi produksi Haris dan Adika, 2002: 11. 20 Pekerja migran dapat pula diartikan sebagai orang yang bermigrasi dari wilayah kelahirannya ke tempat lain dan kemudian bekerja di tempat yang baru tersebut dalam jangka waktu relatif menetap dan dalam hal ini tidak termasuk pekerja migran internal dalam negeri yang bermigrasi dari tempat asalnya untuk bekerja di tempat lain yang masih termasuk dalam wilayah Indonesia Suharto, 2005: 35. Sutaat 2011: 3 menyebutkan bahwa pekerja migran adalah orang yang berpindah ke daerah lain, khususnya di luar negeri untuk jangka waktu tertentu. Dari pengertian tersebut, dapat dilihat bahwa seorang pekerja dapat dikatakan sebagai pekerja migran apabila bekerja di luar negeri, menetap untuk jangka waktu tertentu, dan tentunya mendapat pembayaran gaji sesuai ketentuan. Istilah pekerja migran digunakan pada seseorang yang akan, tengah, atau telah melakukan aktivitas yang dibayar di suatu negara di mana orang tersebut bukan merupakan warga negara. Definisi tersebut mengacu pada ketentuan dalam Pasal 2 Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak- Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya yang telah diratifikasi oleh Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2012. Konvensi tersebut menunjukkan bahwa persoalan pekerja migran adalah persoalan lintas batas negara sehingga memerlukan kesepakatan internasional untuk pengaturannya. Pekerja migran di Indonesia banyak dikenal dengan istilah Tenaga Kerja Indonesia atau TKI. Keberadaan TKI dalam hal ini menimbulkan 21 suatu dilema tersendiri. Posisi dilematis pekerja migran, terutama yang telah berkeluarga, sebagai suami ataupun isteri, dan sebagai orang tua, merupakan persoalan kompleks yang dapat mempengaruhi kondisi rumah tangga pekerja migran bersangkutan dikarenakan sering terbengkalainya kewajiban yang harus dipenuhi terkait posisinya dalam rumah tangga Komnas Perempuan, 2006: 12. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri menyebutkan pada Pasal 1 bahwa “Tenaga Kerja Indonesia adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah.” Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa TKI merupakan istilah untuk buruh migran yang berasal dari Indonesia.

2. Faktor Penyebab Migrasi Tenaga Kerja

Keberadaan pekerja migran tidak dapat dilepaskan dari adanya proses perpindahan tenaga kerja atau migrasi tenaga kerja. Migrasi tenaga kerja yang dimaksud dalam hal ini adalah perpindahan tenaga kerja dari suatu wilayah ke wilayah lain yang melewati batas negara. Artinya, migrasi tenaga kerja merupakan perpindahan tenaga kerja yang dilakukan ke negara lain. Perbedaan pendapatan antar negara yang sangat mencolok antara negara miskin, negara berkembang, dengan negara-negara maju merupakan salah satu alasan paling rasional untuk menjelaskan terjadinya aktivitas migrasi internasional dalam jumlah yang sangat besar Haris, 2005: 1. Hal