Kadar Pemberian Nafkah Iddah

terjadi perceraian dalam kadar sesuai dengan jumlah sedikit dan banyaknya harta si suami. 37 Ulama Mazhab berbeda pendapat mengenai kategori istri yang berhak mendapat Mut’ah setelah diceraikan.

a. Mazhab Hanafi

Menurut Mazhab Hanafi mut’ah hukumnya wajib dalam dua bentuk perceraian. Pertama, Perceraian mufawwidhah tanpa mahar sebelum terjadi persetubuhan. Atau disebutkan mahar untuk si istri dengan penentuan yang rusak. Maksudnya, perceraian yang terjadi sebelum terjadi persetubuhan dan khalwat dalam pernikahan yang di dalamnya tidak disebutkan mahar, dan tidak diwajibkan setelahnya atau penentuannya rusak. Pendapat ini disepakati oleh jumhur selain Mazhab Maliki. 38 Kewaji ban mut’ah ini didasarkan kepada firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah 2 ayat 236. Allah SWT memerintahkan untuk memberikan mut’ah dan perintah memiliki arti wajib. Hal ini ditegaskan dalam penghujung ayat yang berbunyi,                             37 Wahbah az-Zuhayli, al-Fiqhu al-Islami Wa Adillatuhu juz 9, h. 6829. 38 Wahbah az-Zuhayli, al-Fiqhu al-Islami Wa Adillatuhu juz 9, h. 6830. Artinya: tidak ada kewajiban membayar mahar atas kamu, jika kamu menceraikan isteri-isteri kamu sebelum kamu bercampur dengan mereka dan sebelum kamu menentukan maharnya. dan hendaklah kamu berikan suatu mutah pemberian kepada mereka. orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin menurut kemampuannya pula, Yaitu pemberian menurut yang patut. yang demikian itu merupakan ketentuan bagi orang-orang yang berbuat kebajikan. QS. Al-Baqarah [2] ayat 236 Juga karena mut’ah dalam kondisi ini merupakan pengganti setengah bagian mahar wajib. Pengganti wajib adalah wajib karena dia menempati posisinya, seperti halnya tayammum yang merupakan pengganti wudhu. 39 Kedua, Perceraian yang terjadi sebelum terjadi persetubuhan dalam pernikahan yang di dalamnya tidak disebutkan mahar, hanya saja diwajibkan setelahnya, menurut pendapat Abu Hanifah dan Muhammad, berdasarkan firman Allah SWT Surat Al- Ahzab ayat 49. 40                         Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya Maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mutah, dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik- baiknya. Qs. Al-Ahzab[33]: 49 39 Ibid, h. 6830. 40 Ibid, h. 6830.