Tidak ada mut’ah bagi perempuan yang maharnya telah ditentukan setelah terjadi persetubuhan, atau perempuan mufawwidhah setelah terjadi persetubuhan.
Akan tetapi, disunnahkan mut’ah untuknya.
48
4. Kadar Pemberian Mut’ah
Tidak ada nash yang menen tukan kadar dan jenis mut’ah, sehingga para
fuqaha melakukan ijtihad dalam menentukan kadarnya. Mazhab Hanafi menentukan kadar
mut’ah adalah tiga buah baju, rompi pakaian yang dikenakan orang perempuan diatas baju, kerudung, jubah yang dipergunakan orang
perempuan untuk menutupi tubuhnya dari bagian kepala sampai kaki,
49
berdasarkan firman Allah SWT,
…
Artinya: “…yaitu pemberian yang patut. “Yang demikian itu merupakan
ketentuan bagi orang-orang yang berbuat kebajikan ” QS Al-Baqarah 236.
Ketiga buah pakaian ini tidak melebihi setengah bagian mahar mitsil jika suami adalah orang kaya, karena pakaian ini adalah pengganti mahar mitsil juga
tidak kurang dari lima dirham jika suami adalah orang miskin. Yang difatwakan adalah bahwa sesungguhnya mut’ah dianggap sesuai
dengan kondisi suami-istri seperti nafkah. Jadi jika keduanya adalah orang kaya, si istri berhak mendapat sesuatu yang lebih tinggi dari pakaian. Jika keduanya
48
Ibid, h. 6833.
49
Ibid, h. 6834.
adalah orang miskin, maka sesuatu yang lebih rendah. Jika kondisi keduanya berbeda, maka yang pertengahan.
50
Mazhab Syafi ’I berpendapat, Mut’ah sebaiknya tidak kurang dari 30
dirham atau barang lain yang senilai, dan ini adalah yang paling rendah . Mut’ah
tertinggi adalah memberikan pembantu, dan yang tengah-tengah adalah memberikan pakaian; dan sunahnya ialah mut’ah itu tidak melebihi separuh nilai
mahar mitsil. Namun, Jika sampai setengah atau melebihi mahar boleh,
51
dengan kemutlakan Surat al-Baqarah ayat 236,
…
…
Artinya: “… dan hendaklah kamu berikan suatu mutah pemberian kepada mereka. orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin
menurut kemampuannya pula,…”. Qs. Al-Baqarah [2]: 236
Jika suami-istri saling bersengketa mengenai kadarnya, qadhi menilai dengan hasil ijtihadnya sesuai dengan kelayakan kondisi dengan memperhatikan
kondisi kedua suami-istri, sebagaimana dikatakan oleh Mazhab Hanafi, yang berupa kaya, miskin, nasab, dan sifat.
52
Dasar hukum yang digunakan kalangan Mazhab Syafi’I ini berdasarkan firman Allah SWT dalam QS Al-Baqarah 236.
…
…
50
Ibid, h. 6834.
51
Wahbah az-Zuhayli, al-Fiqhu al-Islami Wa Adillatuhu juz 9, h. 6834.
52
Ibid, h. 6834.