Istri yang Ber’iddah Akibat Perkawinan yang Syubhat

menjadi pertimbangan dalam hal ini adalah kondisi suami seorang, apakah dia itu kaya atau miskin. Kondisi istri dan kecukupannya tidak perlu dipertimbangkan”. 31 Di kalangan Hanafi terdapat dua pendapat. Pertama, diperhitungkan berdasar kondisi suami-istri, dan yang kedua dengan berdasar kondisi suami saja. 32

B. Mut’ah Menurut Fiqih

1. Pengertian Mut’ah

Kata Mut’ah berasal dari kata عتم - عتْمي yang berarti membawa pergi. Jika kata Mut’ah digabung dengan kata Thalaq اَطلا عْتم maka artinya adalah barang-barang pemberian kepada istrinya yang ditalaknya. 33 Dari pengertian kata mut’ah dari bahasa Arab ini dapat dipahami bahwa mut’ah dalam talak adalah suatu pemberian yang diberikan oleh suami kepada mantan istrinya sebagai penghibur. Pengertian kata mut’ah dalam bahasa Indonesia dikutip dari kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan sebagai sesuatu uang, barang, dsb yang diberikan suami kepada istri yang diceraikannya sebagai bekal hidup penghibur hati bekas istrinya. 34 31 Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurthubi, al- Jami’ al-Ahkam al- Qur’an, juz 18, jilid 9, Beirut: 1995, h. 158. 32 Muhammad Jawad Mughniyah, al-Ahwal as- Syakhshiyyah ‘Ala al-Mazahib al- Khamsah Ja’fari-Hanafi-Maliki-Syafi’I-Hanbali, h. 107-108. 33 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, Jakarta: PT. Hidakaraya Agung, h. 409. 34 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa edisi keempat, h. 945. Dari pengertian kata Mut’ah secara bahasa baik dari kamus bahasa Arab maupun kamus Indonesia di atas memiliki pengertian yang tidak jauh berbeda. Jadi dapat disimpulkan kata Mut’ah secara bahasa adalah pemberian sepadan dari suami yang diberikan kepada mantan istrinya sebagai penghibur, baik berupa uang ataupun barang.

2. Dasar Hukum Mut’ah

        Artinya: “kepada wanita-wanita yang diceraikan hendaklah diberikan oleh suaminya mutah menurut yang maruf, sebagai suatu kewajiban bagi orang- orang yang bertakwa”. Qs. Al-Baqarah[2]: 241 Menurut Abu Ja’far yang dimaksud oleh Allah dengan firman-Nya “kepada wanita-wanita yang diceraikan hendaklah mut’ah pemberian oleh suaminya ” ini adalah: sesuatu yang dapat menyenangkan berupa baju, pakaian, nafkah, pelayan, atau lainnya yang dapat menghibur hatinya. 35

3. Pandangan Ulama Tentang Hukum Membayarkan Mut’ah

Dalam pembahasan ini yang dimaksud dengan mut’ah ialah pemberian yang diberikan oleh suami kepada istrinya yang telah diceraikannya. 36 Mazhab Maliki mengartikannya sebagai kebaikan untuk perempuan yang diceraikan ketika 35 Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari, Tafsir ath-Thabari, jilid 2, Kairo: Darussalam, 2007, 1424. 36 Kamal Muchtar, Asas 2 hukum Islam tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1974, h. 215.