Praktek Pembayaran Nafkah Iddah dan Mut’ah di Pengadilan Agama

ditunda pihak suami langsung mengatakan bahwa ia telah memiliki uang, dan meminta agar persidangan tidak ditunda. 6 Ketika suami belum membawa kewajibannya dengan alasan apapun maka ada beberapa langkah yang dilakukan hakim. Pertama, melakukan penundaan sidang ikrar talak. 7 Dalam persidangan ikrar talak, hakim dapat menunda persidangan jika menurut hakim penundaan tersebut sangat diperlukan. Agar putusan tidak hampa, dan mengandung manfaat bagi masing-masing pihak serta mencerminkan keadilan bagi kedua belah pihak, maka penundaan persidangan bisa saja dilakukan, lagi pula masa ikrar talak dalam pasal 70 UU PA adalah 6 bulan. Jadi selama 6 bulan itu suami masih bisa mengucapkan ikrar talak. 8 Namun jika istri mengatakan bahwa masalah pembayaran kewajiban suami tersebut akan diselesaikan secara kekeluargaan di luar persidangan, maka persidangan bisa saja dilanjutkan. Atau ketika suami belum membawa kewajibannya kemudian istri menyatakan kerelaannya di talak meskipun belum mendapat hak, maka persidangan akan dilanjutkan, dan keterangan istri akan dibuat dalam berita acara . Jika istri tidak rela maka persidangan akan ditunda. 9 6 Wawancara Pribadi dengan Yusnizar Hakim Pengadilan Agama Batusangkar di ruang hakim. Batusangkar.17 Maret 2015. 7 Wawancara Pribadi dengan Yusnizar Hakim Pengadilan Agama Batusangkar di ruang hakim. Batusangkar.17 Maret 2015. 8 Wawancara pribadi dengan Syamsul Bahri Z Hakim Pengadilan Agama Batusangkar di rumah pribadi.Batusangkar.19 Maret 2015. 9 Wawancara Pribadi dengan Efrizal Wakil KetuaHakim Pengadilan Agama Batusangkar di ruang wakil ketua.Batusangkar.17 Maret 2015. Kedua, Pada saat sidang yang ditentukan ketika pihak suami belum membawa kewajibannya, dalam hal ini hakim bertugas untuk menggugah hati suami, agar dia sadar dan memberikan kewajibannya sehingga tidak ada yang dirugikan. 10 Hakim akan berupaya untuk menggugah hati suami agar menyadari pentingnya nafkah iddah dan mut’ah dan hak istri lainnya bagi pihak istri, serta mendorong pihak suami agar terpacu mengumpulkan uang sehingga berupaya menabung untuk membayarkan kewajibannya. Semua itu hakim lakukan guna menjadikan putusan berkeadilan, dan berkemanfaatan. 11

C. Analisa Penulis

1. Praktek Pembayaran Nafkah Iddah dan Mut’ah

Sejatinya suami yang telah melaksanakan rangkaian persidangan dapat mengikrarkan talaknya apabila penetapan permohonan cerai talak yang dikeluarkan majelis hakim yang bersangkutan telah berkekuatan hukum tetap. Hal ini telah diatur dalam pasal 70 Undang-Undang Peradilan Agama. Namun proses ikrar talak akan menjadi sedikit berbeda, apabila pada amar putusan terdapat poin yang menyatakan bahwa suami dibebankan suatu kewajiban kepada mantan istrinya. Ketentuan suami dapat dibebankan kewajiban akibat adanya perceraian ini telah diatur dalam pasal 41 Undang-Undang No. 1 Tahun 10 Wawancara Pribadi dengan Yusnizar Hakim Pengadilan Agama Batusangkar di ruang hakim. Batusangkar.17 Maret 2015. 11 Wawancara pribadi dengan Syamsul Bahri Z Hakim Pengadilan Agama Batusangkar di rumah pribadi.Batusangkar.19 Maret 2015. 1974 tentang Perkawinan jo pasal 24 PP No. 9 Tahun 1975 jo pasal 149 KHI. Kewajiban suami ketika terjadi perceraian ini dapat berupa barang ataupun uang. Dalam peraturan tersebut dijelaskan mengenai kewajiban suami yang timbul dari perceraian, tapi dalam peraturan tersebut tidak dijelaskan kapan suami diharuskan membayarkan kewajibannya. Dalam praktek yang terjadi di Pengadilan Agama Batusangkar, pembayaran kewajiban suami tersebut dilaksanakan pada saat ikrar talak. Namun praktek pengadilan ini tidak didasari pada peraturan. Dalam Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman No. 48 Tahun 2009 pasal 4 dinyatakan bahwa pengadilan mengadili berdasarkan hukum dengan tidak membeda bedakan orang. Kalau dipahami dari pasal 4 Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman di atas, terlihat bahwa praktek yang dilakukan pengadilan ini tidak didasari pada peraturan sehingga tercermin seakan tidak sesuai dengan maksud dalam pasal 4 Undang-Undang Kekuasaan kehakiman tersebut. Namun, dalam menerapkan hukum, hakim diperbolehkan untuk berijtihad, ketentuan ini terdapat dalam pasal 5 ayat 1 UU Kekuasaan Kehakiman “Hakim dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat ”. Satjipto Rahardjo mengatakan bahwa hukum sebagai teks itu diam dan hanya melalui perantaraan manusialah ia menjadi hidup. 12 Hukum itu bukan merupakan suatu institusi yang absolute dan final, melainkan sangat bergantung 12 Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Progresif, Jakarta: Kompas, 2010, h. 15 pada bagaimana manusia melihat dan menggunakannya. Manusialah yang merupakan penentu dan bukan hukum. 13 Setiap Undang-Undang bersifat statis dan tidak dapat mengikuti perkembangan kemasyarakatan, sehingga menimbulkan ruang kosong, yang perlu diisi. Tugas mengisi ruang kosong itulah, dibebankan kepada para hakim dengan melakukan penemuan hukum melalui metode interpretasi atau konstruksi dengan syarat bahwa dalam menjalankan tugasnya tersebut, para hakim tidak boleh memperkosa maksud dan jiwa Undang-Undang atau tidak boleh bersikap sewenang-wenang. 14 Dari kutipan di atas dapat dipahami, bahwa hukum yang ada sejatinya tidak akan dapat berkompetisi dengan perkembangan masalah dalam masyarakat, dan perubahan moral dalam masyarakat. Peradilan adalah lembaga yang membantu para pencari keadilan untuk menemukan keadilan, ketika peraturan yang ada tidak dapat memberikan rasa adil, maka hakim bisa berupaya menggunakan ijtihadnya agar menghasilkan sesuatu yang mencerminkan keadilan. Dari hasil wawancara yang telah penulis lakukan dengan beberapa hakim, ditemukan bahwa hakim merasa praktek pembayaran kewajiban suami dalam persidangan ikrar talak ini perlu dilakukan untuk kemaslahatan istri, karena dikhawatirkan suami tersebut akan mengabaikan isteri, dan tidak membayarkan 13 Achmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Prespektif Hukum Progresif, Jakarta: Sinar Grafika, 2011, h. 39. 14 Andi Zainal Abidin, Asas-Asas Hukum Pidana Bagian Pertama, Bandung: Alumni, 1984, h. 33. kewajibannya ketika telah diizinkan ikrar talak. 15 Kalau dilihat dari alasan yang disampaikan hakim, maka dapat dipahami bahwa hakim mengambil langkah tersebut berdasarkan kaedah ushul: اĖ ĔاçĪ äاåض Artinya: Kemudharatan harus dihindarkan. Kaedah ini menegaskan bahwa dalam menghadapi suatu perkara, seseorang harus berusaha menghindarkan dirinya dari mudharat yang mungkin akan ditimbulkan. Di sini penulis menguraikannya melalui contoh dalam Islam. Dalam Islam memakan babi adalah haram, tapi ketika tidak ada makanan lain selain babi, maka makanan yang haram tersebut menjadi boleh dimakan. Hal ini bertujuan agar menghindarkan diri dari mudharat yang akan ditimbulkan jika tidak memakannya. Contoh di atas dapat dianalogikan kepada praktek yang dilakukan hakim dalam merumuskan praktek pembayaran di persidangan. Praktek pembayaran ini tidak diatur dalam peraturan. Tapi, jika praktek ini tidak diadakan, ditakutkan suami yang telah diizinkan mengikrarkan talak tersebut akan mengabaikan kewajibannya terhadap mantan istrinya. Jika putusan hakim tersebut tidak dijalankan oleh suami maka secara otomatis pihak istri akan terzolimi. Untuk menghindarkan mudharat yang dapat timbul, maka hakim berijtihad agar putusannya dapat bermanfaat bagi semua pihak, sehingga menerapkan praktek ini dalam persidangan. 15 Wawancara Pribadi dengan Yusnizar Hakim Pengadilan Agama Batusangkar di ruang hakim. Batusangkar.17 Maret 2015.