Pengertian Mut’ah Mut’ah Menurut Fiqih

Artinya: tidak ada kewajiban membayar mahar atas kamu, jika kamu menceraikan isteri-isteri kamu sebelum kamu bercampur dengan mereka dan sebelum kamu menentukan maharnya. dan hendaklah kamu berikan suatu mutah pemberian kepada mereka. orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin menurut kemampuannya pula, Yaitu pemberian menurut yang patut. yang demikian itu merupakan ketentuan bagi orang-orang yang berbuat kebajikan. QS. Al-Baqarah [2] ayat 236 Juga karena mut’ah dalam kondisi ini merupakan pengganti setengah bagian mahar wajib. Pengganti wajib adalah wajib karena dia menempati posisinya, seperti halnya tayammum yang merupakan pengganti wudhu. 39 Kedua, Perceraian yang terjadi sebelum terjadi persetubuhan dalam pernikahan yang di dalamnya tidak disebutkan mahar, hanya saja diwajibkan setelahnya, menurut pendapat Abu Hanifah dan Muhammad, berdasarkan firman Allah SWT Surat Al- Ahzab ayat 49. 40                         Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan- perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya Maka sekali-sekali tidak wajib atas mereka iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mutah, dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik- baiknya. Qs. Al-Ahzab[33]: 49 39 Ibid, h. 6830. 40 Ibid, h. 6830. Mut’ah itu hukumnya sunnah menurut pandangan Mazhab Hanafiyah dalam keadaan thalak yang terjadi setelah dukhul, dan juga dalam keadaan thalak sebelum dukhul dalam pernikahan yang didalamnya telah ditentukan maharnya. Karena sesungguhnya mut’ah itu diwajibkan sebagai pengganti dari setengah bagian mahar. Maka jika mahar musamma atau mahar mitsil telah didapatkan setelah dukhul maka tidak perlu lagi mut’ah. 41

b. Mazhab Maliki

Menurut Mazhab Maliki , sesungguhnya mut’ah disunnahkan untuk setiap perempuan yang ditalak. 42 Mereka berpendapat, ada tiga jenis perempuan yang ditalak; 1 perempuan yang ditalak sebelum digauli dan sebelum disebutkan mahar perempuan mufawwidhah memil iki hak mut’ah, dan tidak memliki hak sedikit pun pada mahar. 2 Perempuan yang ditalak sebelum digauli, dan setelah disebutkan maharnya tidak memiliki hak mut’ah. 3 Perempuan yang ditalak setelah digauli, baik sebelum disebutkan mahar maupun setelahnya, memil iki hak mut’ah. Tidak ada hak mut’ah pada setiap perpisahan yang di pilih oleh perempuan, seperti perempuan yang terkena penyakit gila, kusta dan lepra juga pada perpisahan akibat pembatalan, ataupun akibat khulu’, ataupun li’an. 43 41 Ibid, h. 6831. 42 Ibid, h. 6831. 43 Ibid, h. 6831.