Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

amenities thereof, treatment fees according to custom, and servants for women whose equals have servants. 7 Dalam Al- Qur’an ketentuan tentang mut’ah juga telah dibahas sebagaimana terdapat dalam Al- Qur’an Surat Al- Baqarah ayat 241 yang menjelaskan tentang kewajiban suami untuk memberikan mut’ah terhadap mantan istri yang telah diceraikannya. Mut’ah yang dimaksud disini adalah pakaian atau harta yang diberikan oleh suami kepada istri yang dia ceraikan. 8 Jika diperhatikan dari kutipan pasal 149 KHI di atas, nafkah iddah dan mut’ah merupakan akibat yang timbul dari perceraian, sehingga pada dasarnya pembe rian nafkah iddah dan mut’ah kepada istri menjadi wajib ketika telah terjadinya perceraian. Namun dalam peraturan tersebut, mengenai waktu pembayaran kewajiban yang timbul akibat perceraian talak tidak diatur secara jelas. Dalam prakteknya Pengadilan Agama sebagai salah satu lembaga Peradilan, menetapkan pembayarannya pada saat ikrar talak. Hal ini penulis ketahui setelah membaca skripsi dengan judul “Jaminan Pelakasanaan Kewajiban Nafkah Iddah di Pengadilan Agama Jakarta Timur ” skripsi tahun 2012, dan skri psi dengan judul “Pelaksanaan Pembayaran Nafkah Iddah yang Diakibatkan Putusan Pengadilan Agama Cikarang Tahun 2013 ” skripsi tahun 2014. 7 Jamal J. Nasir, The Status of Women Under Islamic Law and Under Modern Islamic Legislation, London: Graham Trotman, 1990, h. 59. 8 Wahbah Zuhayli, Fiqih Islam jilid 9, Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, Jakarta: GEMA INSANI, 2011, h. 285. Hal ini juga penulis ketahui setelah melihat praktek pembacaan ikrar talak yang terjadi di Pengadilan Agama Jakarta Selatan, dan praktek yang penulis ketahui di Pengadilan Agama Batusangkar terlihat bahwa Pengadilan Agama memerintahkan kepada suami yang akan mengucapkan ikrar talak agar pada saat pengucapan ikrar talak membawa nafkah yang harus diberikan pada istri, dan diserahkan ketika sidang penyaksian ikrar talak. Namun praktek ini tidak didasari pada peraturan. Karena tidak adanya peraturan yang mengaturnya, maka praktek yang terjadi tersebut tidak didasari oleh hukum, sehingga timbul pertanyaan pada diri penulis apakah praktek tersebut tidak bertentangan dengan peraturan yang ada, dan apakah praktek tersebut tidak menyalahi asas-asas yang berlaku di Pengadilan Agama. Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di atas, penulis merasa tertarik dan perlu untuk membahas tentang praktek pembayaran nafkah iddah dan mut’ah di Pengadilan Agama dengan judul “Pembayaran Nafkah Iddah dan Mut’ah Pasca Ikrar Talak Studi di Pengadilan Agama Batusangkar”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dari pemaparan yang telah penulis sampaikan di atas dapat diketahui bahwa minimal ada empat Pengadilan Agama yang melakukan praktek pembayaran nafkah iddah dan mut’ah ketika sidang ikrar talak. Agar pembahasan ini tidak melebar dan untuk memperjelas pokok penelitian maka pembahasan difokuskan kepada: a. Lokasi penelitian ini berada di Pengadilan Agama Batusangkar, Jl. Sudirman Lima Kaum Batusangkar Kabupaten Tanah Datar. b. Kewajiban suami yang dibahas dibatasi pada Nafkah iddah dan Mut’ah. c. Data penelitian dibatasi pada tahun 2014.

2. Perumusan Masalah

Dalam UU dijelaskan beberapa kewajiban suami ketika terjadi perceraian karena talak seperti nafkah iddah dan mut’ah. Di Pengadilan Agama Batusangkar pembayaran kewajiban tersebut dilakukan ketika sidang ikrar talak di persidangan. Namun terkadang suami tersebut ketika waktu persidangan ikrar talak belum membawa kewajibannya dengan berbagai alasan. Rumusan masalah tersebut penulis rinci dengan bentuk pertanyaan sebagai berikut: a. Bagaimana praktek pembayaran nafkah iddah dan mut’ah ketika ikrar talak di Pengadilan Agama Batusangkar? b. Bagaimana langkah yang dilakukan hakim ketika suami belum membawa kewajibannya pada saat ikrar talak? c. Bagaimana korelasi praktek pembayaran nafkah iddah dan mut’ah ketika ikrar talak ini jika dihubungkan dengan peraturan, dan asas yang ada?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan paparan dalam latar belakang dan perumusan masalah sebelumya, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui praktek pembayaran nafkah iddah dan mut’ah ketika ikrar talak di Pengadilan Agama Batusangkar. b. Untuk mengidentifikasi langkah-langkah yang dilakukan hakim ketika suami belum membawa kewajibannya ketika ikrar talak. c. Untuk menjelaskan korelasi antara praktek pembayaran nafkah iddah dan mut’ah ketika ikrar talak dengan peraturan dan asas yang terkandung dalam peradilan.

2. Manfaat Penelitian

Selanjutnya dengan tercapainya tujuan tersebut diharapkan dari hasil penelitian ini dapat diperoleh manfaat sebagai berikut: a. Bagi Ilmu Pengetahuan Dapat memberikan sumbangan pengetahuan terhadap ilmu hukum mengenai praktek, dasar pemikiran, serta korelasi praktek pembayaran nafkah iddah an mut’ah ketika ikrar talak dengan peraturan dan asas di Peradilan Agama. b. Bagi Masyarakat Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai praktek pembayaran nafkah iddah dan mut’ah di Pengadilan Agama.

D. Metode Penelitian

Adapun metode yang penulis gunakan dalam penulisan ini adalah, sebagai berikut:

1. Metode Pendekatan

Dalam Penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan yuridis empiris. Penelitian yuridis empiris dimaksud membahas bagaimana hukum beroperasi dalam masyarakat. 9 Dalam penelitian ini yang dicari adalah perihal pelaksanaan pembayaran nafkah iddah dan mut’ah di Pengadilan Agama dengan berpedoman pada aturan hukum yang berlaku serta dihubungkan pada asas-asas yang berlaku dalam peradilan dan prilaku sosial masyarakat, sehingga dapat diperoleh kejelasan terhadap penerapan praktek tersebut di persidangan pengadilan.

2. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian Deskriptif. Penelitian deskriptif bermaksud memberikan penjelasan secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta yang diteliti. Dalam skripsi ini yang diteliti adalah mengenai praktek pembayaran nafkah iddah dan mut’ah dalam persidangan.

3. Data Penelitian

a. Penelitian kepustakaan library search Penelitian kepustakaan merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mendapatkan dasar teori dalam memecahkan permasalahan yang timbul dengan menggunakan bahan- bahan: 1 Bahan Hukum Primer 9 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, 2010, h. 31.