kewajibannya ketika telah diizinkan ikrar talak.
15
Kalau dilihat dari alasan yang disampaikan hakim, maka dapat dipahami bahwa hakim mengambil langkah
tersebut berdasarkan kaedah ushul:
اĖ ĔاçĪ äاåض
Artinya: Kemudharatan harus dihindarkan.
Kaedah ini menegaskan bahwa dalam menghadapi suatu perkara, seseorang harus berusaha menghindarkan dirinya dari mudharat yang mungkin
akan ditimbulkan. Di sini penulis menguraikannya melalui contoh dalam Islam. Dalam Islam memakan babi adalah haram, tapi ketika tidak ada makanan lain
selain babi, maka makanan yang haram tersebut menjadi boleh dimakan. Hal ini bertujuan agar menghindarkan diri dari mudharat yang akan ditimbulkan jika
tidak memakannya. Contoh di atas dapat dianalogikan kepada praktek yang dilakukan hakim
dalam merumuskan praktek pembayaran di persidangan. Praktek pembayaran ini tidak diatur dalam peraturan. Tapi, jika praktek ini tidak diadakan, ditakutkan
suami yang telah diizinkan mengikrarkan talak tersebut akan mengabaikan kewajibannya terhadap mantan istrinya. Jika putusan hakim tersebut tidak
dijalankan oleh suami maka secara otomatis pihak istri akan terzolimi. Untuk menghindarkan mudharat yang dapat timbul, maka hakim berijtihad agar
putusannya dapat bermanfaat bagi semua pihak, sehingga menerapkan praktek ini dalam persidangan.
15
Wawancara Pribadi dengan Yusnizar Hakim Pengadilan Agama Batusangkar di ruang hakim. Batusangkar.17 Maret 2015.
Hal ini dalam Islam juga telah disinggung dari hadis Nabi, ketika sahabat Muaz bin Jabal diutus Rasul ke Yaman.
ĝÈ ÊåīغěĖا ĩخأ ĝÈا Ĥåěع ĝÈ ÐäÅحĖا ĝع ،Ĝĥع ĩÈأ ĝع ،ËÉعش ĝع åěع ĝÈ صفح ÅğÒَáح ęعėص ه Ĕĥسä َĜا :ĕÉج ĝÈãعĚ ÆÅحصا ĝĚ صěح ĕها ĝĚ èÅĞأ ĝع ،ËÉعش
داäا ÅَěĖ .ه ÆÅÏēÈ ĩضقا :ĔÅق ؟ءÅضق كĖ ôåع اâا ĩضقت فīك :ĔÅق ĝěīĖا ħĖا اâÅعĚ ÑعÉĪ
áجت ęĖ ĜÅف:ĔÅق ęعėص ه Ĕĥسä ËَğسÉف :ĔÅق ؟ه ÆÅÏك ĩف áجت ęĖ ĜÅف :ĔÅق Ëَğس ĩف
ه Ĕĥسä Æåضف ،ĥĖا اĤ ĩĪاåÈ áģÏجا :ĔÅق ؟ه ÆÅÏك ĩف ا Ĥ ęعėص ه Ĕĥسä
ه Ĕĥسä ĩضåĪ ÅěĖ ه Ĕĥسä Ĕĥسä قَفĤ ĨãَĖا ه áěحĖا :ĔÅقف ،Ġäáص ęعėص
.
16
دĤد ĥÈا ĠاĤä Artinya:
Hafsh bin Umar menyampaikan kepada kami dari Syu’bah, dan Abu Aun, dari al-Harits bin Amr, keponakan al-
Mughirah bin Syu’bah, beberapa orang penduduk Hims, dari sahabat-
sahabat Mu’adz bin Jabal bahwa ketika akan mengutus Mu’adz ke Yaman, Rasulullah SAW bertanya, “Bagaimana caramu
memberikan putusan hukum jika nanti dihadapkan pada sebuah perkara?” Mu’adz menjawab, “Aku akan memutuskan dengan merujuk kepada
Kitabullah”. Beliau bertanya, “Jika engkau tidak mendapatkannya dalam Kitab
ullah?” Mu’adz menjawab, “Dengan sunnah Rasulullah SAW”. Beliau bertanya, “Jika engkau tidak mendapatinya dalam sunnah Rasulullah dan
Kitabullah?” Mu’adz menjawab , “Aku akan berijtihad dengan pendapatku dan aku akan bersungguh-
sungguh”. Rasulullah menepuk dada Mu’adz dan berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan taufik kepada utusan Rasulullah
atas hal yang diridhai oleh Rasulullah. HR. Abu dawud.
Pada hadis ini dapat dipahami bahwa dalam Islam metode ijtihad juga telah diterapkan semenjak zaman Nabi. Hadis ini mengisyaratkan bahwa, ketika
peraturan tidak dapat menjelaskan secara rinci jalan keluar dari masalah yang dihadapi, maka disanalah diperlukan nalar dan perasaan untuk menemukan
keadilan.
16
Abu Daud Sulaiman bin al- Asy’ats al-Azdi as-Sijistani, Sunan Abu Daud, hadis ke 3592
Beirut: Dar Ibnu Hazm, 1974, h. 552-553.
Jadi, ketika hakim tidak menemukan pengaturan yang adil dalam peraturan perundang-undangan,
maka dalam
menerapkan hukum,
hakim harus
menemukannya dengan menggunakan kaidah-kaidah, moral atau berdasarkan pertimbangan kepentingan sosial danatau pertimbangan-pertimbangan lainnya.
17
2. Langkah Hakim Ketika Suami Belum Membawa Kewajiban
Ketika suami pada saat sidang ikrar yang telah ditentukan tidak membawa kewajibannya, maka langkah yang akan dilakukan hakim Pertama, hakim akan
berupaya untuk menggugah hati suami agar menyadari pentingnya nafkah iddah dan
mut’ah dan hak istri lainnya bagi pihak istri, serta mendorong pihak suami agar terpacu mengumpulkan uang sehingga berupaya menabung untuk
membayarkan kewajibannya.
18
Langkah yang dilakukan hakim ini pada dasarnya sesuai dengan makna pasal 58 ayat 2 Undang-Undang No 7 Tahun 1989 yang manyatakan Pengadilan
membantu para pencari keadilan dan berusaha sekeras-kerasnya mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk tercapainya peradilan yang sederhana,
cepat, dan biaya ringan.
17
Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, Bogor: Ghalia Indonesia, 2007, h. 150.
18
Wawancara pribadi dengan Syamsul Bahri Z Hakim Pengadilan Agama Batusangkar di rumah pribadi.Batusangkar.19 Maret 2015.
Nasehat dan arahan yang diberikan hakim dalam persidangan merupakan salah satu perwujudan dari bantuan yang dapat diberikan hakim. Semua itu hakim
lakukan guna menjadikan putusan berkeadilan, dan berkemanfaatan.
19
Kedua, Setelah memberikan nasehat kepada suami, hakim akan menunda persidangan maksimal selama enam bulan.
20
Tapi kalau istri mengatakan bahwa masalah pembayaran kewajiban suami tersebut akan diselesaikan secara
kekeluargaan di luar persidangan, maka persidangan bisa saja dilanjutkan. Atau jika istri rela di talak meskipun belum mendapat hak, maka persidangan dapat
dilanjutkan dan keterangan istri akan dibuat dalam berita acara
.
Jika istri mengatakan tidak ingin dithalak tanpa mendapat haknya, maka persidangan akan
ditunda.
21
Tujuan dari praktek penundaan persidangan ini dapat dilihat dari kaedah ushul berikut.
حĖÅóěĖا Çėج ħėع ĘáقĚ áسÅفěĖا ءäد
Artinya: Mencegah keburukan lebih diutamakan dari mengambil kebaikan Jika kaedah ushul ini dihubungkan dengan praktek pembayaran yang
dilakukan di Pengadilan, maka terlihat bahwa hakim berupaya agar putusan yang dikeluarkan dapat berkeadilan, bermanfaat, dan melindungi kedua belah pihak,
19
Wawancara pribadi dengan Syamsul Bahri Z Hakim Pengadilan Agama Batusangkar di rumah pribadi.Batusangkar.19 Maret 2015.
20
Wawancara Pribadi dengan Yusnizar Hakim Pengadilan Agama Batusangkar di ruang hakim. Batusangkar.17 Maret 2015.
21
Wawancara Pribadi dengan Efrizal Wakil KetuaHakim Pengadilan Agama Batusangkar di ruang wakil ketua.Batusangkar.17 Maret 2015.
sehingga hakim lebih mengutamakan untuk memberikan jaminan hak kepada isteri sebagai langkah untuk menghindarkan mudharat yang mungkin akan
ditimbulkan, ketimbang memberikan izin kepada suami untuk mengikrarkan talaknya.
Ketika hakim tidak menunda persidangan maka persidangan akan berakhir dengan cepat sehingga dapat mencerminkan asas peradilan cepat, sederhana, dan
biaya ringan, tapi jika persidangan yang cepat tidak dapat memberikan keadilan tentu tidak ada gunanya. Peradilan sebaiknya berjalan cepat, sederhana, biaya
ringan, tapi tidak ada gunanya persidangan cepat selesai kalau putusan yang dikeluarkan tidak dijalankan.
22
Sebelumnya telah disinggung bahwa pada dasarnya praktek pembayaran kewajiban suami dalam persidangan tersebut tidak didasari peraturan, sehingga
seharusnya, ketika suami tidak membawa kewajibannya pada saat ikrar talak, tidak menjadikan sidang ikrar talak ditunda. Praktek ini seakan melanggar asas
equality, asas keadilan, serta asas cepat, sederhana dan biaya ringan yang merupakan asas-asas dalam peradilan.
Jika dilihat dari asas keadilan, praktek penundaan ini terkesan berpihak kepada istri. Praktek penundaan ini seakan tidak mencerminkan keadilan bagi
suami. Pembayaran kewajiban suami tersebut seharusnya dapat dilakukan di luar persidangan. Ketika pihak suami tidak membayarkan kewajibannya setelah ikrar,
22
Wawancara pribadi dengan Syamsul Bahri Z Hakim Pengadilan Agama Batusangkar di rumah pribadi.Batusangkar.19 Maret 2015.
upaya yang dapat dilakukan istri tidak terputus. Praktek penundaan ini, seolah mencerminkan keberpihakan hakim kepada istri.
Pada hakekatnya, ketika suami yang diizinkan mengikrarkan talak tersebut tidak menjalankan kewajibannya sebagaimana amar putusan, istri pada dasarnya
dapat mengajukan permintaan eksekusi ke Pengadilan. Dalam bab sebelumnya telah disampaikan, bahwa eksekusi dapat dilakukan, jika putusan telah
berkekuatan hukum tetap, jika pihak yang dikalahkan tidak melaksanakan secara sukarela, dan jika putusan bersifat kondemnatoir.
Secara lebih jelas proses eksekusi ini telah diatur dalam pasal 196 HIR yang menyatakan
“Jika pihak yang dikalahkan tidak mau atau lalai memenuhi keputusan itu dengan baik, maka pihak yang dimenangkan mengajukan
permintaan kepada ketua pengadilan negeri tersebut pada pasal 195 ayat 1, baik dengan lisan maupun dengan surat, supaya keputusan itu dilaksanakan.
Kemudian ketua itu akan memanggil pihak yang kalah itu serta menegurnya, supaya ia memenuhi keputusan itu dalam waktu yang ditentukan oleh ketua itu,
selama-lamanya delapan hari ”.
Kalau dilihat dari asas Equality atau persamaan hak. Praktek ini tampak sedikit berpihak kepada istri. Penundaan yang dilakukan hakim terkesan
mengabaikan hak suami dan terlalu pro aktif terhadap hak istri. Karena sesungguhnya kalau dirujuk dari pasal 196 HIR di atas, ketika suami tidak
membayarkan kewajibannya setelah diizinkan mengikrarkan thalak, istri yang ingin mendapat haknya dapat mengajukan eksekusi terhadap putusan yang ada,
sehingga praktek penundaan persidangan tidak diperlukan.