Latar Belakang Masalah Kritik sosial dalam novel Memang Jodoh Karya Marah Rusli dan relevansinya dengan pembelajaran bahasa dan sastra indonesia

2. Mendeskripsikan relevansi kritik sosial novel Memang Jodoh karya Marah Rusli terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis Mengingat sepengetahuan penulis belum ada satu penelitian yang membahas novel Memang Jodoh karya Marah Rusli, penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan pembaca mengenai kondisi sosial masyarakat di Padang yang bersifat matrilineal. Penelitian ini juga diharapkan membantu mengungkap kondisi kekeluargaan di Padang yang mengagung-agungkan pernikahan sesama suku lewat kritik yang disampaikan pengarang. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahun sastra bagi siswa dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah. Penelitian ini juga diharapkan mampu membuat siswa memahami nilai sosial dalam wujud kritik dalam kaitannya dengan unsur ektrinsik novel.

G. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Metode kualitatif yaitu temuan data terhadap kondisi sosial dari sudut pandang satu individu. Dalam peneltian kualitatif, bukan berdasarkan hipotesis sehingga tidak ada pengujian hipotesis. Metode ini hanya menjelaskan dan menggambarkan suatu kondisi yang terjadi di masyarakat. Penelitian kualitatif dilakukan secara deskriptif, yaitu penggambaran secara detail situasi dan proses yang diteliti. Penulisan secara deskriptif diperlukan agar dapat memaparkan obejek yang diteliti berdasarkan temuan data-data. Penelitian kualitatif deskriptif dapat melukiskan peristiwa yang terjadi yang melibatkan unsur kenyataan di dalamnya, sehingga melibatkan data non-angka. 2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah novel Memang Jodoh karya Marah Rusli terbitan 1961 dan pertama kali diterbitkan pada 2013 oleh Qanita. Sementara objek dalam penelitian ini adalah kritik sosial yang terkandung dalam novel Memang Jodoh. 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah teknik dokumentasi. Dalam teknik ini, penulis mengumpulkan dokumen-dokumen untuk memperkuat informasi terkait dengan objek penelitian. Penulis dalam penelitian ini mencari kutipan yang berhubungan dengan analisis, mengkatagorikan, dan mengidentifikasi. Setelah identifikasi, maka penulis mulai menjabarkan sesuai bagian dengan disertai analisis. 4. Langkah-langkah Pengumpulan Data Langkah pertama, penulis membaca novel Memang Jodoh secara berulang. Setelah dibaca, maka penulis menemukan kutipan-kutipan terkait unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Memang Jodoh dan pengumpulkannya berdasarkan pola penelitian. Setelah dikelompokkan, maka penulis akan mengkaji kutipan-kutipan tersebut secara deskriptif dan membuat kesimpulan. 7 BAB II HAKIKAT NOVEL DAN SOSIOLOGI SASTRA

A. Pengetian Novel

Kata novel berasal dari bahasa Italia, novella, yang artinya sebuah barang baru yang kecil. Novel sendiri diartikan sebagai karya sastra berbentuk prosa. Novel berupa karya yang bersifat imajinatif yang isinya menceritakan sisi utuh problematika kehidupan satu atau beberapa orang tokoh. Cerita dalam novel muncul karena adanya masalah yang dialami tokoh hingga tahap penyelesaian. Di dalam novel, cara eksplorasi cerita cenderung kepada eksplorasi ekstensif horizontal sehingga latar tempat dan waktunya lebih lama. 3 Istilah novel sebenarnya sama dengan istilah roman. Bahwa novel berasal dari bahasa Italia, roman berasal dari genre romance. Di abad pertengahan, roman merupakan cerita panjang mengenai kepahlawanan dan percintaan. Kemudian, istilah roman berkembang di daratan Eropa. Jelas bahwa bentuk novel lebih sedikit dibandingkan roman, namun keluasan unsur cerita keduanya sama. 4 Novel tidak dapat membentuk kesatuan cerita yang padat seperti cerpen. Namun, novel dapat menghadirkan perkembangan satu karakter, situasi sosial yang rumit, hubungan dengan banyak karakter, dan peristiwa rumit yang lebih mendetail. Ciri khas novel adalah mampu menciptakan satu semesta rumit yang lengkap. 5 Secara keseluruhan novel dapat berarti karya imajinatif yang menceritakan sisi kehidupan dengan situasi sosial dalam peristiwa yang kompleks dan saling keterkaitan antarunsurnya.

B. Unsur-unsur Intrinsik Novel

3 E. Kosasih, Apresiasi Sastra Indonesia, Jakarta: Penerbit Nobel Edumedia. 2008, h. 54. 4 Jacob Sumardjo dan Saini K.M., Apresiasi Kesusastraan, Jakarta:Gramedia, 1986, h. 2. 5 Robert Stanton, Teori Fiksi, Jakarta: Pustaka Pelajar. 2007, h. 90. Intrinsik merupakan unsur-unsur rohani dari karya sastra mengenai tema dan arti tersirat di dalamnya yang harus diangkat. Unsur intrinsik ada yang masuk ke dalam intrinsik inti, intrinsik ulasan, dan intrinsik impresif. 6 Burhan Nurgiantoro menjelaskan bahwa unsur intrinsik merupakan unsur pembangun karya sastra. Unsur-unsur ini secara faktual akan ditemukan seorang pembaca karya sastra. Intrinsik merupakan unsur langsung dari sebuah karya sastra. Keterpaduan antarunsur intrinsik yang akan membuat novel berwujud sehingga karya sastra hadir sebagai karya sastra. 7 Novel dibangun atas unsur-unsur hingga terbentuk satu kesatuan yang saling terpadu. Unsur intrinsik novel adalah sebagai berikut.

a. Tema

Tema merupakan gagasan yang menjalin struktur isi cerita. Segala persoalan yang ada dalam cerita diangkat dalam tema. Penggambaran tema cerita dapat terletak di unsur cerita seperti penokohan, alur, atau latar. 8 Robert Stanton mengungkapkan tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna pengalaman manusia, artinya sesuatu pengalaman yang mudah diingat. Beberapa cerita yang dialami manusia dimaksudkan untuk memberi label baik atau buruk kepada tindakan karakter-karakter di dalam. 9 P.Suparman Natawidjaja mengungkapkan tema merupakan bagian dari unsur intrinsik inti bersama dengan maksud dan tujuan. 10 Identitas tema haruslah sejalan dengan maksud dan tujuan dari cerita yang ditulis pengarang. Seperti yang diungkapkan Robert Stanton bahwa tema seperti makna pengalaman manusia yang membuat cerita lebih terfokus, menyatu, mengerucut, dan berdampak. Dengan tema, bagian awal dan akhir cerita akan menjadi pas. 11 6 P. Suparman Natawidjaja, Apresiasi Sastra dan Budaya, Jakarta: Intermasa. 1982, h.102. 7 Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995, h. 23. 8 E. Kosasih, op. cit., h. 55. 9 Robert Stanson, op. cit., h. 36. 10 P. Suparman, op. cit.,h. 102. 11 Robert Stanton, op. cit., h. 37.