Sudut Pandang Unsur-unsur Intrinsik Novel

diungkapkan M. Atar Semi bahwa karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat. 36 Pengarang karya sastra yang merupakan anggota masyarakat membuat karya sastra yang menampilkan kultur zamannya dengan sifat-sifat yang ditentukan oleh masyarakatnya. Interaksi dan interelasi antara pengarang dan masyarakat di mana pengarang hidup muncul karena adanya kegelisahan keduanya. Ini yang menyebabkan persoalan suatu zaman dapat dibaca dalam karya sastra. Jacob Sumardjo juga mengungkapkan hal serupa bahwa karya sastra menampilkan wajah kultur zamannya, tapi lebih dari itu sifat-sifat sastra juga ditentukan oleh masyarakatnya. 37 Melalui karya sastra seorang pengarang mengungkapkan problem kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya. Bahkan masyarakat seringkali menentukan nilai karya sastra di zamannya. 38 Kehidupan masyarakat yang berada di zamannya dapat mempengaruhi penulis dalam proses pembuatan karya sehingga esensi nilai tergantung dari sistem nilai masyarakat itu sendiri. Seperti yang Faruk katakan bahwa karya sastra dimaksudkan pengarang sebagai cerminan masyarakat dan alat perjuangan sosial untuk menyuarakan aspirasi-aspirasi. 39 Seperti yang diungkapkan Nyoman Kutha Ratna bahwa hubungan sastra dan masyarakat terjadi sepanjang masa. Maka, sebagai kreativitas estetis maupun renspons kehidupan sosial, sastra yang baik akan mencoba mengungkapkan perilaku manusia dalam suatu komunitas yang dianggap berarti bagi aspirasi kehidupan seniman dan manusia. Pengarang melukiskan sikap dan kejadian yang mengacu pada kualitas struktur sosial. Jadi, sastra yang ditulis pengarang bukan sekadar melukiskan tokoh secara fisik saja. 40 Sebagai sebuah dunia miniatur, Nyoman Kutha Ratna mengungkapkan fungsi karya sastra sebagai dokumentasi kejadian –kejadian yang 36 M. Atar Semi, Metode Penelitian Sastra, Bandung, Angkasa, 1993, h.73. 37 Jacob Sumardjo, Masyarakat dan Sastra Indonesia, Yogyakarta: CV. Nur Cahaya, 1982, h. 15. 38 M. Atar Semi, op. cit., h. 73. 39 Faruk, Pengantar Sosiologi Sastra Edisi Revisi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010, h. 45. 40 Nyoman Kutha Ratna, op. cit., h. 34 dikerangkakan dalam kreativitas dan imajinasi. Sastra memiliki kemungkinan untuk mengalihkan kejadian alam semesta yang beragam dari kuantitas kehidupan sehari-hari ke dalam kualitas dunia fiksional. Sastra secara keseluruhan mengambil bahan dari masyarakat. Seperti karya-karya dari ilmu kemanusiaan lain yang mengambil bahan dari masyarakat, karya sastra memberikan cara pandang yang berbeda. Dengan medium bahasa, karya sastra dapat menunjukkan maksud yang sama meskipun menggunakan cara yang bertentangan. 41 Hal senada diungkapkan Laurenson dan Swingewood dalam Endaswara yang melihat persepektif sosiologi sastra dengan memandang karya sastra sebagai dokumen sosial di mana refleksi situasi sastra tersebut diciptakan, sastra sebagai cermin situasi sosial penulisnya, dan sastra sebagai manifes peristiwa sejarah dan keadaan sosial budaya. 42 Rene Wellek dan Austin Waren memberikan gambaran mengenai hubungan deskriptif antara sastra dan masyarakat. Pertama adalah sosiologi pengarang, profesi pengarang, dan institusi sastra. Dasar ekonomi produksi sastra, latar belakang sosial, status dan ideologi pengarang menjadi masalah yang berkaitan di sini. Sebagai warga masyarakat, pengarang dapat dikatakan makhluk sosial. Latar sosial tertentu juga dapat menentukan keterikatan pengarang terhadap ideologi tertentu pula. Oleh karena itu, mengumpulkan informasi pengarang merupakan sumber utama dalam mengkaji sosiologi sastra. Kedua adalah isi karya sastra, tujuan, dan hal lain dalam karya sastra yang berkaitan dengan masalah sosial. Terakhir adalah masalah pembaca dan dampak sosial. 43 Sementara Ian Watt dalam Heru Kurniawan menyebutkan tiga klasifikasi dalam sosiologi sastra. Pertama, konteks sosial pengarang. Hal ini meliputi analisa mata pencaharian, profesionalisme pengarang dengan profesi kepengarangannya, dan hubungan pengarang dengan masyarakat yang ingin dituju dalam bentuk isi karya sastra. Lebih lanjut, analisis ini memaparkan 41 Ibid., h. 35 42 Suwardi Edraswara, Metodologi Penelitian Sastra Edisi Revisi, Yogyakarta: Medpress, 2008, h. 79 43 Rene Wellek dan Austin Waren, op. cit., h. 111-112. hubungan pengarang dengan suatu masyarakat dan kaitannya dengan pembaca. Kedua, sastra sebagai cermin masyarakat. Hal ini berkaitan sedekat apa hubungan sastra dalam mencerminkan keadaan masyarakat. Konsep cerminan ini tentu saja berbeda karena keadaan masyarakat sebenarnya tidak akan sama dengan penggambaran dalam karya sastra karena pandangan dunia pengarang. Cerminan di sini hanya sebatas keadaan masyarakat yang digambarkan pengarang atau mempresentasikan semangat zamannya. Ketiga adalah fungsi sosial sastra. Hal ini berkaitan dengan sejauh mana nilai sastra berkaitan dengan nilai sosial dan sejauh mana sastra dipengaruhi oleh nilai sosial. Sastra berfungsi sebagai perombak dan mengajarkan nilai dengan cara menghibur. Akhirnya, sastra memiliki nilai sosial, yaitu berperan dalam terjadinya proses perubahan sosial. 44 Hal senada diungkapkan Sapardi Djoko Damono dalam Heru Kurniawan mengenai relasi sosiologi dan sastra. Relasi pertama dimediasi oleh pengarang. Pikiran dan perasaan pengarang selalu merepresentasikan pandangannya terhadap kondisi sosial masyarakat di tempat pengarang tinggal. Pandangan dunia dalam karya sastra muncul sebagai nilai-nilai yang terbentuk dalam diri pengarang sebagai konsekuensi di kehidupan bermasyarakat. Pengarang memotret anggota dan kehidupan masyarakat sesuai dengan pandangan dan ideologinya. Hal ini yang menegaskan bahwa pengarang merupakan faktor utama dalam dunia yang digambarkan dalam sastra karena pengarang merupakan bagian dari anggota masyarakat. 45 Relasi kedua dimediasi oleh fakta sastra. Sastra merepresentasikan kehidupan yang dibangun lewat kata-kata. Kehidupan yang berupa peristiwa-peristiwa terbentuk dengan bantuan aspek tokoh, tempat, dan latar yang menjadi padu. Meskipun sastra merupakan hasil rekaan, peristiwa yang ada dalam karya sastra merupakan relasi dengan kondisi sosial masyarakatnya. Dunia rekaan hanyalah desain pengarang untuk 44 Heru Kurniawan, op. cit., h. 11. 45 Ibid., h. 6