Alur Unsur-unsur Intrinsik Novel

Percakapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh cerita biasanya juga dimaksudkan untuk menggambarkan sifat-sifat tokoh yang bersangkutan. 2. Penggambaran Fisik atau Perilaku Tokoh Apa yang dilakukan orang dalam wujud tindakan dan tingkah laku, dapat dipandang menunjukkan reaksi, sifat, dan sikap yang mencerminkan dirinya. Sedangkan perlukisan fisik seseorang sering berkaitan dengan keadaan kejiwaannya atau pengarang sengaja mencari dan menghubungkan adanya keterkaitan itu. 3. Penggambaran Lingkungan Kehidupan Tokoh Pelukisan suasana latar dapat mengidentifikasikan sifat kedirian tokoh. Lingkungan kehidupan tokoh dapat menjelaskan secara tersirat seperti apa tokoh tersebut. Seseorang yang sering berada dalam lingkungan masjid, biasanya digambarkan sebagai tokoh yang baik. 4. Pengungkapan Jalan Pikiran Tokoh Merupakan teknik pikiran dan perasaan yang tak pernah dilakukan secara konkret dalam bentuk tindakan dan kata-kata. Jalan pikiran tokoh dapat juga hal yang terlintas dalam benak si tokoh tersebut. 5. Penggambaran oleh Tokoh Lain Merupakan teknik reaksi yang diberikan tokoh lain terhadap tokoh utama atau tokoh yang dipelajari kediriannya, yang berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar, dan lain-lain. 25

e. Sudut Pandang

Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam membawakan ceritanya. 26 Abrams dalam Nurgiyantoro menjelaskan sudut pandang merupakan cara atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana mejadikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang berbentuk cerita dalam karya fiksi. 27 Sudut pandang menjadi bagian yang tidak dapat terlepas dari cerita. Hal ini dapat menjelaskan kedudukan pengarang dalam cerita yang dibuatnya. Macam-macam sudut pandang dijelaskan oleh Burhan Nurgiantoro. 25 Burhan Nurgiantoro, op. cit., 201-209. 26 E. Kosasih, op. cit., h. 62. 27 Burhan Nurgiyantoro, op. cit., h. 248. 1. Orang pertama sebagai tokoh utama Dalam sudut pandang orang pertama, pengarang menggunakan istilah aku atau saya dalam menarasikan ceritanya. Tokoh aku atau saya menjadi pusat cerita. Hanya ada orang- orang di luar tokoh si “aku” yang berhubungan dengan si “aku” yang diceritakan. Tokoh si “aku” menjadi tokoh utama dalam ceritanya sehingga pembaca hanya akan mengetahui tokoh utama dari dalam sedangkan tokoh lain dari luar. Si aku mengisahkan peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah maupun fisik. Ia menjadi fokus, pusat kesadaran, dan pusat cerita. 2. Orang pertama sebagai tokoh tambahan Tokoh aku tidak selalu menjadi tokoh utama dalam cerita. Pengarang dapat juga menggunakan tokoh aku tetapi hanya sebagai tokoh pembantu dalam cerita. Tokoh aku hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian dibiarkan mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh aku hanya tampil sebagai saksi terhadap berlangsungnya cerita yang dialami tokoh lain. Tokoh aku hanya muncul sebagai bingkai cerita. 3. Orang ketiga mahatahu Dalam sudut pandang orang ketiga, pengarang menggunakan kata ia, dia, atau nama orang dalam ceritanya. Dalam hal ini, pengarang berada di luar cerita. Posisi pengarang hanya menyampaikan peristiwa yang dialami tokoh-tokohnya. Abrams dalam Nurgiyantoro memaparkan bahwa narator mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakangi tokoh. Narator bebas menceritakan apa saja, berpindah-pindah dari tokoh dia yang satu ke dia yang lain. Pengarang dalam hal ini mengetahui tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakangi tokoh. Oleh karena itu, narator bebas menceritakan tindakan dan kata hati tokoh- tokohnya. Pembaca juga akan dibuat tahu “luar-dalam” masing-masing tokoh. 4. Orang ketiga sebagai pengamat Di sini, pengarang tidak mengganggu dengan memberikan komentar dan penilaian yang bersifat subjektif terhadap peristiwa, tindakan, atau tokoh-tokoh yang diceritakan. Pengarang hanya dapat menceritakan segala sesuatu yang dapat dilihat dan didengar, atau yang dijangkau oleh indera. Pengarang juga hanya melaporkan sesuatu yang dialami dan dijalani oleh tokoh sebagai pusat kesadaran. 28

f. Amanat

Amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui karyanya. 29 Pengarang bisa menaruh pesan yang ingin disampaikan di salah satu bagian pembangun novel. Pembaca bisa mengetahui pesan dari pengarang lewat karakter tokoh atau konflik yang dimunculkan dalam cerita. Terkadang, amanat juga bisa dimunculkan secara implisit sehingga pembaca harus lebih jeli menemukan amanatnya.

g. Gaya Bahasa

Dalam cerita, penggunaan bahasa berfungsi untuk menciptakan nada atau suasana persuasif dan merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antartokoh 30 . Bahasa menjadi media yang digunakan pengarang dalam menyampaikan pesan lewat ceritanya. Bahasa dalam dialog atau narasi dapat menjelaskan karakter tokoh yang ada dalam cerita.

C. Pengertian Sosiologi Sastra

Istilah sosiologi muncul pertama kali dalam buku karangan August Comte yang berjudul Cours De Philosophie Positive. Kata socius berasal dari bahasa Latin yang artinya teman dan logos dari bahasa Yunani yang berarti cerita atau berbicara. Dapat diartikan bahwa sosiologi berarti teman bercerita atau berbicara. 31 28 Ibid., h.256-265. 29 E. Kosasih, op. cit., h. 64. 30 Ibid., h. 64. 31 Syahrial Syarbaini dan Rusdiyanta, Dasar-dasar Sosiologi, Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009,