Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Berbeda dengan Taufiq Ismail yang meninggalkan profesi dokter hewannya dan sepenuhnya beralih menjadi sastrawan, Marah Rusli tetap menjalankan profesinya hingga ia pensiun. Jabatan terakhirnya adalah Dokter Hewan Kepala pada 1952. 75 Sumbangsihnya terhadap dunia kedokteran hewan bukan hanya di Bogor atau Pulau Jawa saja tetapi juga mencapai luar Pulau Jawa. Pada 1915 selepas lulus dari sekolah dokter hewan di Bogor, Marah Rusli mendapat tugas sebagai dokter hewan di Sumbawa Besar sebelum akhirnya dipindahkan di Bima sebagai Kepala Daerah Perhewanan pada 1916. Selanjutnya, Marah Rusli kembali dipindahkan sebagai Kepala Peternakan Hewan Kecil di Bandung pada 1919. Setelah itu, ia hilir mudik kota-kota di Pulau Jawa sebagi dokter hewan. Setelah ke Cirebon, Blitar, Jakarta, Semarang, dan Tegal, Marah Rusli akhirnya kembali bertugas di Bogor. Selain pengalaman dalam bidang kedokteran hewan, Marah Rusli juga memiliki pengalaman dalam bidang musik dan sandiwara. Ia mengajarkan musik serta mengadakan perkumpulan musik dan sandiwara. Kehidupan Marah Rusli di zaman penjajahan membuatnya masuk menjadi tentara Angkatan Laut di Tegal. Di sana, Marah Rusli mengurus keperluan pertanian, perhewanan, dan perikanan bagi Angkatan Laut Republik Indonesia. Pangkat terakhirnya adalah Mayor. Sebelumnya, ia melatih pegawai-pegawai dan pekerja kehewanan Balai Kota Semarang. 76 Mengenai kehidupan pribadi, Marah Rusli menikahi seorang gadis Sunda yang bernama Raden Ratna Kancana. Pernikahan kedua orang bangsawan ini tidak mendapat restu dari ayah Marah Rusli karena perbedaan suku. Pada 2 November 1911, Marah Rusli nekat menikahi Raden Ratna Kancana di Bogor tanpa sepengetahuan keluarganya. Akibatnya, ia dibuang secara adat oleh keluarganya di Padang. Ketika sakit, Marah Rusli sempat mengungkap keinginannya 75 Anonim, Tokoh Sastra Indonesia http:badanbahasa.kemendikbud.go.idlamanbahasanode429 diakses pada 27 Desember 2014 pukul 9.19 WIB 76 Lembaga Bahasa dan Kesusatraan, op. cit. mengunjungi Padang meskipun telah dibuang. Kecintaan pada tanah kelahirannya memang belum hilang. Namun, keinginanya tidak pernah terwujud karena Marah Rusli meninggal dalam sakitnya pada 17 Januari 1968. Ia dimakamkan di makam keluarga di Bogor dan di samping makam istri satu-satunya, Raden Ratna Kancana. 77

B. Karya-karya Marah Rusli

H.B. Jassin menjuluki Marah Rusli sebagai Bapak Roman Modern Indonesia. Hal ini dikarenakan Marah Rusli dianggap sebagai sastrawan pertama yang memperkenalkan bentuk roman dalam kesusastraan Indonesia. Sebelumnya, Indonesia hanya mengenal sastra lewat cerita-cerita legenda tentang dewa-dewa yang jauh dari unsur realita. Berikut adalah deskripsi singkat megenai karya-karya Marah Rusli. 1. Sitti Nurbaya Sitti Nurbaya pertama kali diterbitkan oleh Balai Pustaka pada 1922. Roman ini menceritakan tentang percintaan tak sampai antara Sitti Nurbaya dan Samsulbahri. Ayah Sitti Nurbaya, Baginda Sulaiman meminjam uang pada Datuk Maringgih. Ketika ayah Sitti Nurbaya terjerat hutang dengan Datuk Maringgih, Sitti Nurbaya terpaksa menebusnya dengan menerima pinangan Datuk Maringgih. 2. Tesna Zahara Setelah Sitti Nurbaya, Marah Rusli menulis roman Tesna Zahara. Naskah tersebut dikembalikan oleh Balai Pustaka dan tidak pernah diterbitkan hingga sekarang. Ketika Marah Rusli berada di Sumbawa, naskah tersebut hilang. 78 3. Anak dan Kemenakan Seperti Sitti Nurbaya, cerita ini seputar adat yang terjadi di Padang. Muhammad Yatim, Aziz, Puti Bidasari, dan Siti Nurmala adalah empat orang yang sudah menjalin persahabatan sejak kecil. Persahabatan itu memunculkan 77 Pengantar yang disampaikan Rully Roesli, cucu Marah Rusli dalam novel Memang Jodoh, h. 13 78 Lembaga Bahasa dan Kesusatraan, op. cit.