Pengertian Kritik Sosial Kritik sosial dalam novel Memang Jodoh Karya Marah Rusli dan relevansinya dengan pembelajaran bahasa dan sastra indonesia

27 BAB III BIOGRAFI PENGARANG DAN SINOPSIS NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI

A. Riwayat Hidup

Marah Rusli lahir di Padang pada 7 Agustus 1889. Ayahnya, Sultan Abu Bakar adalah seorang bangsawan dari keturunan raja Pagarruyung Minangkabau. Ibunya berasal dari Jawa Tengah yang telah masuk keluarga Minangkabau. Menurut adat Kota Padang, bahwa bangsawan sutan yang menikah dengan orang daerah lain yang bukan bergelar Sutan, maka anaknya harus memakai gelar yang lebih rendah, yaitu Marah. Oleh sebab itu Sutan Abu Bakar menamai anaknya dengan Marah Rusli. 73 Menurut cerita Rully Roesli, cucu Marah Rusli, awalnya, ejaan nama Marah Rusli adalah Marah Roesli, namun Balai Pustaka, penerbit yang menerbitkan Sitti Nurbaya menuliskan namanya Marah Rusli. Ini disesuaikan dengan pedoman Ejaan Yang Disempurnakan. Namun, hingga saat ini keluarganya tetap menggunakan kata “Roesli” sebagai nama keluarga mereka. Pendidikan Marah Rusli dimulai di Sekolah Dasar pada 1897 sampai 1903, kemudian dilanjutkan di Hoofden School pada 1904 sampai 1909. Selulusnya dari sana, Marah Rusli melanjutkan ke Sekolah Guru pada 1904 sampai 1910. Marah Rusli sebenarnya ditawari untuk melanjutkan sekolah ke negeri Belanda, namun diurungkan karena tidak mendapat izin dari ibunya karena ia anak semata wayang. Sebagai gantinya, yang dikirim pemerintah ke Belanda adalah Tan Malaka. Marah Rusli kemudian meneruskan sekolah dokter hewan di Nederlands Indisch Veearsen School pada 1910 sampai 1915. 74 73 Izarwisma Mardanas, Marah Rusli; Hasil Karya dan Pengabdiannya, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1982, h. 13. 74 Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, Daftar Pengarang Indonesia, Jakarta: Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, 1965. Berbeda dengan Taufiq Ismail yang meninggalkan profesi dokter hewannya dan sepenuhnya beralih menjadi sastrawan, Marah Rusli tetap menjalankan profesinya hingga ia pensiun. Jabatan terakhirnya adalah Dokter Hewan Kepala pada 1952. 75 Sumbangsihnya terhadap dunia kedokteran hewan bukan hanya di Bogor atau Pulau Jawa saja tetapi juga mencapai luar Pulau Jawa. Pada 1915 selepas lulus dari sekolah dokter hewan di Bogor, Marah Rusli mendapat tugas sebagai dokter hewan di Sumbawa Besar sebelum akhirnya dipindahkan di Bima sebagai Kepala Daerah Perhewanan pada 1916. Selanjutnya, Marah Rusli kembali dipindahkan sebagai Kepala Peternakan Hewan Kecil di Bandung pada 1919. Setelah itu, ia hilir mudik kota-kota di Pulau Jawa sebagi dokter hewan. Setelah ke Cirebon, Blitar, Jakarta, Semarang, dan Tegal, Marah Rusli akhirnya kembali bertugas di Bogor. Selain pengalaman dalam bidang kedokteran hewan, Marah Rusli juga memiliki pengalaman dalam bidang musik dan sandiwara. Ia mengajarkan musik serta mengadakan perkumpulan musik dan sandiwara. Kehidupan Marah Rusli di zaman penjajahan membuatnya masuk menjadi tentara Angkatan Laut di Tegal. Di sana, Marah Rusli mengurus keperluan pertanian, perhewanan, dan perikanan bagi Angkatan Laut Republik Indonesia. Pangkat terakhirnya adalah Mayor. Sebelumnya, ia melatih pegawai-pegawai dan pekerja kehewanan Balai Kota Semarang. 76 Mengenai kehidupan pribadi, Marah Rusli menikahi seorang gadis Sunda yang bernama Raden Ratna Kancana. Pernikahan kedua orang bangsawan ini tidak mendapat restu dari ayah Marah Rusli karena perbedaan suku. Pada 2 November 1911, Marah Rusli nekat menikahi Raden Ratna Kancana di Bogor tanpa sepengetahuan keluarganya. Akibatnya, ia dibuang secara adat oleh keluarganya di Padang. Ketika sakit, Marah Rusli sempat mengungkap keinginannya 75 Anonim, Tokoh Sastra Indonesia http:badanbahasa.kemendikbud.go.idlamanbahasanode429 diakses pada 27 Desember 2014 pukul 9.19 WIB 76 Lembaga Bahasa dan Kesusatraan, op. cit.