dapat menyimak dan berbicara sebuah karya sastra yang dibicarakan guru atau
temannya. Dalam
keterampilan membaca,
siswa dapat
meningkatkannya dengan membaca sebuah karya sastra. Setelahnya, ia dapat mendiskusikan unsur-unsur karya sastra lewat keterampilan menulis.
b. Meningkatkan pengetahuan budaya Sastra bukanlah sesuatu yang menghadirkan pengetahuan secara langsung.
Pengetahuan yang berbentuk budaya disajikan secara implisit dalam karya sastra. Lewat pengajaran sastra, siswa dapat dirangsang untuk mencari
tahu apa yang ada secara tersirat dalam karya sastra yang erat kaitannya dengan pengetahuan budaya.
c. Mengembangkan cipta dan rasa Dalam hal ini, sastra bermanfaat agar siswa dapat mengembangkan
penalarannya yang bersifat indera, sosial, dan agama. Siswa dapat menggunakan inderanya untuk mengungkap apa yang ada dalam karya
sastra. Penalaran sosial dan agama dapat merangsang kepekaan rasa siswa terhadap yang yang telah diterima oleh indera.
d. Menunjang pembentukkan watak Karya sastra dapat membuat siswa membentuk kepribadian yang lebih
baik. Siswa dapat mengambil contoh dari tokoh-tokoh dalam karya sastra untuk mengembangkan kepribadiannya. Jika tokoh tersebut dapat memberi
tauladan, maka dapat ditiru perbuatan, dan juga sebaliknya.
72
G. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian ini pernah dilakukan oleh Silvy Riana, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia dengan judul Hubungan Mamak terhadap
Kemenakan dalam Dijemput Mamaknya Karya Hamka. Penelitian ini memaparkan kekuatan mamak atas kemenakannya lewat pandangan Hamka
sebagai penulisnya. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Yanutisa Ananta,
mahasiswa Universitas Padjadjaran dengan judul Penerjemahan Pantun
72
Ibid., h. 16-24.
dalam Roman Sitti Nurbaya Karya Marah Rusli. Yanutisa meneliti mengenai perubahan tone atau nada pada pantun terkait dengan intensitas emosi penutur
pantun. Perubahan pantun akan dikaitkan dengan aspek-aspek cerita, seperti kompleksitas, kerumitan, dan kedekatan kedua tokoh utama.
Penelitian lain juga pernah dilakukan oleh Prima Yulia Nugraha, mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul
Kritik Sosial dengan Pendekatan Mimetik pada Kumpulan Puisi Potret Pembangungan dalam Puisi Karya W.S. Rendra. Prima meneliti puisi Sajak
Seorang Tua dan Sajak Sebotol Bir di dalam kumpulan puisi Potret Pembangunan. Penelitian ini mengkritisi kondisi sosial, ekonomi, dan politik
yang terdapat dalam puisi tersebut dengan latar belakang zaman orde baru. Berdasarkan ketiga penelitian yang relevan di atas, penulis belum
menemukan satu penelitian terkait novel Memang Jodoh karya Marah Rusli. Oleh karena itu, penulis akan meneliti kritik sosial dalam novel Memang
Jodoh karya Marah Rusli.
27
BAB III BIOGRAFI PENGARANG DAN SINOPSIS NOVEL
MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI
A. Riwayat Hidup
Marah Rusli lahir di Padang pada 7 Agustus 1889. Ayahnya, Sultan Abu Bakar adalah seorang bangsawan dari keturunan raja Pagarruyung
Minangkabau. Ibunya berasal dari Jawa Tengah yang telah masuk keluarga Minangkabau. Menurut adat Kota Padang, bahwa bangsawan sutan yang
menikah dengan orang daerah lain yang bukan bergelar Sutan, maka anaknya harus memakai gelar yang lebih rendah, yaitu Marah. Oleh sebab itu Sutan
Abu Bakar menamai anaknya dengan Marah Rusli.
73
Menurut cerita Rully Roesli, cucu Marah Rusli, awalnya, ejaan nama Marah Rusli adalah Marah Roesli, namun Balai Pustaka, penerbit yang
menerbitkan Sitti Nurbaya menuliskan namanya Marah Rusli. Ini disesuaikan dengan pedoman Ejaan Yang Disempurnakan. Namun, hingga saat ini
keluarganya tetap menggunakan kata “Roesli” sebagai nama keluarga mereka.
Pendidikan Marah Rusli dimulai di Sekolah Dasar pada 1897 sampai 1903, kemudian dilanjutkan di Hoofden School pada 1904 sampai 1909.
Selulusnya dari sana, Marah Rusli melanjutkan ke Sekolah Guru pada 1904 sampai 1910. Marah Rusli sebenarnya ditawari untuk melanjutkan sekolah ke
negeri Belanda, namun diurungkan karena tidak mendapat izin dari ibunya karena ia anak semata wayang. Sebagai gantinya, yang dikirim pemerintah ke
Belanda adalah Tan Malaka. Marah Rusli kemudian meneruskan sekolah dokter hewan di Nederlands Indisch Veearsen School pada 1910 sampai
1915.
74
73
Izarwisma Mardanas, Marah Rusli; Hasil Karya dan Pengabdiannya, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1982, h. 13.
74
Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, Daftar Pengarang Indonesia, Jakarta: Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, 1965.