4. Orang ketiga sebagai pengamat
Di sini, pengarang tidak mengganggu dengan memberikan komentar dan penilaian yang bersifat subjektif terhadap peristiwa, tindakan, atau
tokoh-tokoh yang diceritakan. Pengarang hanya dapat menceritakan segala sesuatu yang dapat dilihat dan didengar, atau yang dijangkau oleh
indera. Pengarang juga hanya melaporkan sesuatu yang dialami dan dijalani oleh tokoh sebagai pusat kesadaran.
28
f. Amanat
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui karyanya.
29
Pengarang bisa menaruh pesan yang ingin disampaikan di salah satu bagian pembangun
novel. Pembaca bisa mengetahui pesan dari pengarang lewat karakter tokoh atau konflik yang dimunculkan dalam cerita. Terkadang, amanat juga bisa
dimunculkan secara implisit sehingga pembaca harus lebih jeli menemukan amanatnya.
g. Gaya Bahasa
Dalam cerita, penggunaan bahasa berfungsi untuk menciptakan nada atau suasana persuasif dan merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan
hubungan dan interaksi antartokoh
30
. Bahasa menjadi media yang digunakan pengarang dalam menyampaikan pesan lewat ceritanya. Bahasa dalam dialog
atau narasi dapat menjelaskan karakter tokoh yang ada dalam cerita.
C. Pengertian Sosiologi Sastra
Istilah sosiologi muncul pertama kali dalam buku karangan August Comte yang berjudul Cours De Philosophie Positive. Kata socius berasal dari bahasa
Latin yang artinya teman dan logos dari bahasa Yunani yang berarti cerita atau berbicara. Dapat diartikan bahwa sosiologi berarti teman bercerita atau
berbicara.
31
28
Ibid., h.256-265.
29
E. Kosasih, op. cit., h. 64.
30
Ibid., h. 64.
31
Syahrial Syarbaini dan Rusdiyanta, Dasar-dasar Sosiologi, Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009,
Berbeda dengan sosiologi, sastra berasal dari bahasa Sansekerta. Kata sas berarti mengarahkan atau memberi petunjuk, sedangkan akhiran tra berarti
alat atau sarana. Sastra berarti alat, sarana, atau buku petunjuk untuk mengajar atau pengajaran yang baik. Ketika terbentuk kata jadian,
kesusastraan, maka makna sastra menjadi lebih spesifik, yakni karya yang baik.
32
Objek dalam ilmu sosiologi dan sastra memiliki kesamaan, yaitu manusia dalam masyarakat. Arti masyarakat sendiri adalah orang-orang yang hidup
bersama dan menghasilkan kebudayaan. Perbedaannya, sosiologi meneliti kehidupan manusia dalam masyarakat dengan analisis ilmiah dan objektif,
sedangkan sastra menelitinya dengan subjektif melalui gambaran emosi dan perasaan.
33
Jadi, sosiologi meneliti masyarakat dengan objektivitas sedangkan sastra dengan subjektivitas.
Hal senada diungkapkan Sapardi Djoko Damono, jika diadakan penelitian suatu masyarakat yang sama oleh dua orang sosiolog, maka hasil
penelitiannya besar kemungkinan menunjukkan persamaan. Sedangkan bahwa dua orang novelis yang melakukan penelitian di suatu masyarakat
yang sama, hasilnya akan cenderung berbeda. Cara manusia meneliti masyarakat dengan perasaannya tergantung dari sudut pandang seseorang
yang menyebabkan perbedaan itu.
34
Kemunculan sastra di tengah-tengah masyarakat tidak secara tiba-tiba. Sebagai produk budaya, sastra tidak dapat lepas dengan genesisnya, yaitu
manusia sebagai pengarang. Eksistensi sastra dikarenakan ada manusia sebagai pengarang yang hidup dalam sistem sosial masyarakat. Oleh karena
itu, sastra tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat.
35
Hal serupa
h. 2.
32
Nyoman Kutha Ratna, Paradigma Sosiologi Sastra, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, h. 1.
33
Ibid., h. 3-4.
34
Sapardi Djoko Damono, Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas, Jakarta: Depdikbud, 1978, h. 8.
35
Heru Kuriniawan, Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012, h. 6.