Dimensi organizational citizenship behavior

a. Karyawan yang mempunyai hubungan yang dekat dengan pasar dengan sukarela memberi informasi tentang perubahan yang terjadi di lingkungan dan memberi saran tentang bagaimana merespon perubahan tersebut, sehingga organisasi dapat beradaptasi dengan cepat. b. Karyawan yang secara aktif hadir dan berpartisipasi pada pertemuan- pertemuan di organisasi akan membantu menyebarkan informasi yang penting dan harus diketahui oleh organisasi. c. Karyawan yang menampilkan perilaku conscientiousness misalnya kesediaan untuk memikul tanggung jawab baru dan mempelajari keahlian baru akan meningkatkan kemampuan organisasi beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya.

2.1.3. Dimensi organizational citizenship behavior

Aspek-aspek OCB dilihat secara luas sebagai faktor yang memberikan sumbangan pada hasil kerja organisasi secara keseluruhan. Pada awalnya Podsakoff, MacKenzie, Moorman dan Fetter dalam Organ, et.al, 2006 menyebutkan lima aspek OCB, yakni altruism, civic virtue, conscientiousness, courtesy dan sportsmanship. Kelima aspek perilaku OCB ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Aspek altruism Altruism adalah perilaku sukarela membantu karyawan lain tanpa ada paksaan pada tugas yang berkaitan erat dengan operasi-operasi organisasional. Menolong orang lain baik yang berhubungan dengan tugas dalam organisasi ataupun masalah pribadi orang lain. Dimensi ini menunjukkan perilaku membantu karyawan yang berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapi karyawan lain misalnya membantu dalam menggunakan peralatan tertentu Organ, et.al, dalam Budiharjo, 2011. Dimensi ini kadang juga disebut altruism, peacemaking atau cheerleading. 2. Aspek conscientiousness Conscientiousness adalah suatu perilaku sukarela extra-role individu terlibat dalam tugas yang melampaui persyaratan minimal dari organisasi dalam hal kehadiran, taat dan patuh, tidak mengambil istirahat tambahan dan sebagainya. Ia melakukan tindakan-tindakan yang menguntungkan organisasi melebihi dari yang disyaratkan. Perilaku tersebut melibatkan tindakan kreatif dan inovatif secara sukarela untuk meningkatkan kemampuannya dalam menjalankan tugas demi peningkatan kinerja organisasi, membantu menyelesaikan pekerjaan orang lain, secara sukarela mengambil tanggung jawab dan memotivasi karyawan lain untuk melakukan hal yang sama. 3. Aspek sportmanship Sportmanship adalah perilaku yang menunjukkan suatu kerelaan toleransi untuk bertahan bekerja pada suatu organisasi tanpa mengeluh walaupun keadaan di perusahaan tersebut kurang menyenangkan. Seseorang yang mempunyai tingkatan yang tinggi dalam sportsmanship akan meningkatkan iklim yang positif diantara karyawan, karyawan akan lebih sopan dan bekerja sama dengan yang lain sehinnga akan menciptakan lingkungan kerja yang lebih menyenangkan. Menurut Organ, et.al 2006 dimensi ini kurang mendapat perhatian pada penelitian empiris. Dikatakannya pula bahwa konstruk ini seharusnya memiliki cakupan yang lebih luas, dalam pengertian individu tidak hanya mampu bertahan dalam ketidakpuasan akan tetapi ia juga harus tetap bersikap positif serta bersedia mengorbankan kepentingannya sendiri demi kelompok. 4. Aspek courtesy Courtesy adalah aspek dalam arti bahwa karyawan berbuat baik dan hormat kepada orang lain, termasuk perilaku seperti membantu seseorang untuk mencegah terjadinya suatu permasalahan, atau membuat langkah-langkah untuk mengurangi berkembangnya suatu masalah. 5. Aspek civic virtue Civic virtue adalah perilaku pada individu yang menunjukkan bahwa dia peduli terhadap kelangsungan hidup organisasi, bertanggung jawab dan terlibat dalam mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh organisasi demi kelangsungan hidup organisasi. Perilaku ini ditunjukkan dengan keinginan untuk berpartisipasi aktif dalam organisasi. Misalnya mengungkapkan pendapat sebagai bahan pertimbangan untuk kemajuan organisasi, atau memperhatikan lingkungan kerja dari situasi yang mengancam. Dimensi ini disebut juga dengan organizational participation Graham, dalam Organ, et.al, 2006 dan protecting the organization George Brief, dalam Organ, et.al, 2006. Berdasarkan survei literatur, terdapat banyak definisi OCB dan hingga kini tampaknya belum ada kesepakatan bersama mengenai konstruk tersebut. Oleh karena itu Organ, et.al 2006 menambahkan dua dimensi dari kelima dimensi sebelumnya menjadi tujuh dimensi. Penambahan kedua dimensi OCB yaitu organizational loyalty dan organizational compliance berdasarkan konsep dimensi OCB menurut Graham dalam Organ, et.al, 2006. Dimensi tersebut adalah: 1. Organizational loyalty. Perilaku individu yang berkaitan dengan upaya mempromosikan citra organisasinya ke pihak luar, di samping itu ia berupaya melindungi organisasi atau perusahaan tersebut walaupun keadaan organisasi kurang menguntungkan dan penuh dengan resiko. 2. Organizational compliance. Menunjukkan suatu sikap individu yang menerima peraturan dan prosedur yang berlaku di suatu organisasi. Hal tersebut dicerminkan oleh perilaku individu yang tidak pernah melanggar peraturan perusahaan bahkan tanpa diawasi atau sanksi sekalipun. Pada penelitian ini dimensi OCB yang digunakan yaitu altruism, conscientiousness, sportsmanship, courtesy dan civic virtue. Hal ini dikarenakan penelitian empiris selama ini hanya menganalisis pendapat Organ et.al 2006 dengan dimensi altruism, conscientiousness, sportsmanship, courtesy dan civic virtue.

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi OCB