complex phenomena in life.
14
a problem is any doubt, difficulty, or uncertainty that invites or or needs some kind of resolution”.
15
Arends seorang profesor Educational Leadership sekaligus dekan di Central Connecticut State University mengungkapkan bahwa “the essence of PBL
consist of presenting students with authentic and meaningfull problem situation that can serve as springboards for infestigations and inquairy.”
16
Arends juga menyampaikan bahwa PBL tidak akan terjadi kecuali guru membuat lingkungan
kelas dimana terjadi pertukaran ide-ide yang jujur dan terbuka.
17
Problem Based Learning PBL biasa juga disebut dengan Pembelajaran Berbasis Masalah PBM, Rusman dalam bukunya mengutip definisi PBM
menurut Tan bahwa PBM atau PBL merupakan inovasi dalam pembelajaran, kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja
kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat membedayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara
berkesinambungan.
18
Buku Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning, Amir merumuskan masalah dalam PBL yang dapat disajikan saat pembelajaran
meliputi: 1 kinerja yang tidak sesuai; 2 situasi yang menuntut perhatian atau peningkatan; 3 mencari cara yang lebih baik atau hal yang baru; 4 fenomena
yang menjadi misteri atau belum dapat dipecahkan; 5 adanya kesenjangan dalam informasi dan pengetahuan; 6 masalah pengambilan keputusan.
19
Dengan menggunakan masalah-masalah seperti itulah, model pembelajaran yang
dinamakan PBL dilaksanakan, dan masalah diberikan di awal sebagai pemicu proses pembelajaran.
20
Wina Sanjaya mengungkapkan hakikat masalah dalam pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut
:
14
John Barell. Problem Based Learning An Inquiry Approach. California:Corwin Press,2007 h.3
15
Ibid.
16
Richad I Arends, Learning to Teach. New York: McGraw-Hill, 2007 h.380
17
Ibid.
18
Rusman. Model-model Pembelajaran.Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2010 h.229
19
M.Taufiq Amir. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. Jakarta: Prenada Media Group, 2009 h.18-20
20
Ibid. h.20
“Hakikat masalah dalam PBMPBL adalah gap atau kesenjanagan antara situasi nyata dengan kondisi yang diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa
dirasakan dari adanya keresahan keluhan, keriasuan, atau kecemasan. Oleh karena itu materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi pelajaran yang
yang bersumber dari bukusaja, akan tetapi dapat bersumber dari peristiwa- peristiwa tertentu sesuai kurikulum yang berlaku.”
21
a. Konsep dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah PBM atau PBL tertulis rangkaian aktifitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian
masalah yang dihadapi secara ilmiah. Maka terdapat 3 ciri utama pada konsep dasar dan karakteristik dalam strategi Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu:
22
Pertama, Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah tidak mengharapkan siswa hanya mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran,
akan tetapi diharapkan siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari, dan mengolah data, dan menyimpulkan; Kedua, aktifitas pembelajaran diarahkan
untuk menyelesaikan masalah; Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah.
Rusman mengutip kalimat Boud dan Feletti 1997 yang mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah inovasi yang paling signifikan
dalam pendidikan. Dan juga mengutip kalimat margeston 1994 mengemukakan bahwa kurikulum Pembelajaran Berbasis Masalah membantu
untuk meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, reflektif, kritis, dan belajar aktif.
23
1 Masalah, Pedagogi, dan Pembelajaran Berbasis Masalah Masalah dapat mendorong keseriusan, inquiri, dan berpikir dengan cara
yang bermakna dan sangat kuat powerful. Pendidikan memerlukan perspektif baru dalam menemukan berbagai permasalahan dan cara
memandang sesuatu permasalahan.
24
2 Masalah dan Multiple Prespective
21
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:Kencana,2011.h.215
22
Ibid. h.214-215
23
Rusman. Model-model Pembelajaran.Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2010 h.230
24
Ibid. h.230-231
Kita perlu menyadari bahwa seluruh proses kognitif dan aktifitas mental yang terlibat seperti Isu-isu yang ada di dunia nyata merupakan disiplin
silang dan melibatkan perspektif yang saling berhubungan, sehingga kita membutuhkan pandangan yang luas tentang berbagai hal dan perpaduan dari
setiap perbedaan pengetahuan dasar yang saling berhubungan.
25
John Barell mengungkapkan mengenai problematic situation mutliple prespectives on
PBL bahwa “PBL can be more interdisiplinary than pursuing within only one subject area”.
26
Pertanyaan dalam pembelajaran berbasis masalah dapat mencakup berbagai disiplin ilmu dan tidak hanya satu subjek area.
3 Teori belajar, Konstruktivisme dan Pembelajaran Berbasis Masalah Segi pedagogis, Rusman merangkum teori Schmidt 1993; Savery dan
Duffy 1995; serta Hendry dan Murphy 1995; bahwa pembelajaran berbasis masalah atau Problem Based Learning didasarkan pada teori
belajar konstruktivisme, dengan salah satu cirinya adalah pemahaman diperoleh dari interaksi dengan skenario permasalahan dan lingkungan
belajar.
27
Ketika tujuan PBL lebih luas, maka permasalahan pun menjadi lebih kompleks dan proses PBL membutuhkan siklus yang lebih panjang.
b. Peran Guru dalam Problem Based Learning
Guru harus menggunakan model pembelajaran yang akan menggerakkan siswa menuju kemandirian, kehidupan yang lebih luas, dan belajar sepanjang
hayat. Peran guru dalam PBL berbeda dengan peran guru dalam kelas. Guru dalam PBL, terus berpikir tentang beberapa hal, yaitu:
28
1 Bagaimana guru dapat merancang dan menggunakan permasalahan yang ada di dunia nyata, sehingga siswa dapat menguasai hasil belajar?
2 Bagaimana bisa menjadi pelatih siswa dalam proses pemecahan masalah, pengarahan diri, dan belajar dengan teman sebaya?
25
Ibid. h.231
26
John Barell. Problem Based Learning An Inquiry Approach. California:Corwin Press,2007 h.5
27
Rusman. Model-model Pembelajaran.Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2010 h.231
28
Ibid. h.234