7. Soeara Tapanoeli Pers Di Tapanuli 1945 – 1950
semula telah menonjolkan diri justru sekarang telah menjadi pemimpin yang cukup berani berterus-terang mengupas kebusukan dan keburukan pemerintah. Menurut
keterangan yang didapat melalui surat kabar Bendera Kita juga menjelaskan bahwa pada dasarnya dengan memberi kesempatan kepada seorang kaki tangan seperti ini, maka
pemerintah sebetulnya tidak menindas gerakan revolusioner melainkan akan mendukungnya. Selanjutnya maka pada tanggal 10 September 1927, surat kabar ini telah
berhenti dalam penerbitannya lantaran kelemahan di bidang administrasi.
2. 2. 7. Soeara Tapanoeli
Pada tahun 1925 tepat dibulan Maret, tebitlah sebuah surat kabar bernama Soeara Tapanoeli yang terbit di Sibolga di bawah pimpinan Amir Hoesin yang terbit 3 kali
seminggu. Surat kabar Soeara Tapanoeli terbit dalam edisi berbahasa Indonesia. Dalam penerbitannya surat kabar tersebut lebih banyak menyuarakan berita-berita yang
berisikan suara-suara pembaharuan untuk rakyat di bidang politik yang cukup kritis dan tajam. Dalam setiap pemberitaannya Soeara Tapanoeli juga selalu membuat dan
menempatkan gambar-gambar berupa karikatur tangan yang berisikan sindiran-sindiran lucu yang ditujukan kepada pemerintah kolonial Belanda. Kegemaran dalam membuat
karikatur yang berbau politis pada waktu itu belumlah biasa dalam surat kabar Indonesia maupun di kalangan pers Belanda sendiri. Karikatur yang dimuat oleh surat kabar Soeara
Tapanoeli pada masa tersebut berisikan sindiran terhadap diskriminasi antara terjajah dengan penjajah yang intinya bangsa penjajah selalu bertindak sebagai pemimpin dalam
segala kebijakan yang menyangkut kepentingan rakyat pribumi. Dalam pemberitaan selanjutnya dibulan Agustus tahun 1925, Soeara Tapanoeli
pernah membahas mengenai pandangan politik yang salah dari pembesar Belanda yang
Universitas Sumatera Utara
cukup konservatif karena telah melakukan tindakan sewenang-wenang terhadap orang- orang pribumi berupa pemungutan pajak dan kerja rodi. Maka Soeara Tapanoeli berusaha
mengupas masalah pengembalian kepercayaan dengan menggantikan gubernur jenderal lama Fock kepada gubernur yang baru bernama De Graeff. Surat kabar tersebut telah
memusatkan pandangannya pada keperluan supaya fungsi dewan negeri dan susunannya harus benar-benar diperbaiki, dengan tujuan agar rakyat mendapat kesempatan untuk
turut serta dalam mengurus segala kebijakan politik yang berlaku di Tapanuli khususnya di Sibolga.
Dalam pemberitaannya Ahmad Hoesin sebagai salah seorang anggota redaksi Soeara Tapanoeli juga telah menyadari bahwa masalah yang dihadapi oleh rakyat bukan
hanya soal politik, tetapi juga seputar masalah ekonomi juga harus diselesaikan mengingat pada waktu itu kota Sibolga merupakan pusat bandar perdagangan untuk
wilayah Tapanuli. Oleh karena itu melalui pemberitaannya Soeara Tapanoeli berupaya keras agar rakyat dapat mengetahui segala informasi yang berkembang pada masa itu.
Karena kelemahan di bidang administrasi, maka pada tahun 1926 surat kabar Soeara Tapanoeli akhirnya berhenti dalam penerbitannya.
2. 2. 8. Soeara Sini