Pembredelan Surat Kabar 5. Surat Kabar Perjuangan Masa Revolusi

peringatan yang menegaskan agar setiap berita tentang aksi militer Belanda hanya berdasarkan sumber resmi Belanda, dan pembredelan kali ini merupakan yang terakhir selama revolusi fisik berlangsung di Tapanuli.

4.7. Pembredelan Surat Kabar

Sebagai sumber informasi surat kabar harus mampu menempatkan diri melalui berita-beritanya sesuai dengan keadaan yang sedang terjadi. Pada masa perang kemerdekaan pers meneriakkan berita perjuangan bangsa. Surat kabar yang terbit awal kemerdekaan tergolong banyak untuk ukuran saat itu, namun tidak semua surat kabar bertahan terbit di daerah pendudukan. Pembredelan yang dilakukan terhadap surat kabar yang berani memberitakan kegiatan Sekutu di Medan bahkan menentangnya mengakibatkan banyak surat kabar yang berhenti terbit atau memindahkan penerbitanya ke daerah yang lebih aman karena sanksi yang diberikan sangat berat. Hanya surat kabar perjuanganlah yang mampu bertahan dengan segala resiko yang harus diterima . Selain pembredalan yang harus dihadapi oleh para tokoh pers keadaan transportasi atau alat pengangkutan merupakan faktor penghambat pers dapat berkembang dengan sewajarnya. Selama pendudukan Sekutu pers berada dalam posisi yang tidak menguntungkan karena penerbitannya tertekan oleh kebijakan yang dikeluarkan sekutu 23 Dengan demikian dapat ketahui bahwa berita-berita yang dimuat surat kabar dapat menghambat tujuan Sekutu untuk menjajah Indonesia. Terbukti dengan dikenakannya sanksi berupa pembredelan terhadap sejumlah surat kabar yang terbit di masa tersebut, . 23 Wawancara dengan Togar Sirait tanggal 28 Agustus 2008 di Tarutung . Universitas Sumatera Utara latar belakang pemberian sanski ini karena pers memuat berita tentang kegiatan militer Sekutu di Indonesia. Disamping itu pers mampu memberikan penerangan kepada masyarakat mengenai bentuk pemerintahan yang sudah ada dan harus tetap dipertahankan.

4. 8. Tokoh pers juga pejuang

Berbicara mengenai peranan pers pada masa revolusi tidak terlepas dari perjuangan para tokoh-tokoh pers yang terlibat di dalamnya. Situasi Tapanuli selama perang kemerdekaan boleh dikatakan tidak pernah sepi dari suasana tembak-menembak. Para pejuang republik termasuk tokoh pers harus sangat hati-hati dalam menghadapi Sekutu, oleh karena itu tokoh pers selalu jadi incaran Belanda, sebab dianggap dapat memberi pengaruh besar terhadap rakyat dalam rangka mempertahankan kemerdekaan. Sebagaiman sering dikatakan bahwa organisasi pergerakkan dan tokoh-tokoh dan pers merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Pada masa perjuangan bukan hanya tokoh- tokoh pergerakkan saja yang sering ditangkap dan dipenjarakan atau ditahan, tetapi tokoh pers juga mengalami hal yang sama sehingga pengalaman pejuang politik dirasakan juga oleh para tokoh-tokoh pers di Tapanuli seperti yang dialami oleh M.H. Manullang salah satu pimpinan redaksi surat kabar Soara Batak di Tarutung. Selain berjuang melalui pena para tokoh pers juga ikut berjuang secara fisik untuk mempertahankan kemerdekaan, melaui curahan semangat dan tenaga dalam melawan pihak Sekutu. Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia orang-orang yang bekerja dalam pers dianggapsebagai sarana untuk menyampaikan aspirasi atau kepentingan pemerintah kepada masyarakat, demikian juga sebaliknya. Setelah kemerdekaan para Universitas Sumatera Utara