Proklamasi di Tapanuli 5. Gema Pers Pada Masa Pendudukan Jepang

BAB III PROKLAMASI DI TAPANULI

3.1. Proklamasi di Tapanuli

Pada tanggal 28 Agustus 1945 Mr.T.M.Hasan dan Dr.M. Amir tiba dan bermalam di Tarutung menemui Dr. Ferdinan Lumbantobing dalam rangka memberikan instruksi seperti di daerah lainnya. Kepada Dr.F.L.Tobing diserahkan teks Proklamasi dan susunan gubernur serta residen-residen seluruh Indonesia. Dipihak lain sebuah pesawat terbang Belanda melintas di atas kota Sibolga dengan menyebarkan pamflet yang berisi : “Belanda akan segera kembali dan tawanan – tawanan harus segera dilepaskan, Hidup Serikat, Hidup Indonesia “ Akibat pamflet yang disebarkan, oleh sebagian orang dari pegawai Belanda dan orang-orang yang telah menikmati keuntungan di zaman pemerintahan Belanda, bekerja untuk membentuk sebuah panitia penyambutan yang disebut dengan nama Committee Well Come. Panitia ini dianggap sebagai kerikil tajam yang harus diwaspadai, karena selain bertujuan untuk menyambut kedatangan Belanda juga untuk menghapus perjuangan kemerdekaan. Dalam situasi poltik yang begitu tegang, pada tanggal 28 Agustus 1945, Syariful Alamsyah menerima telegram dari Dr.A.K. Gani yang diantar langsung ke rumahnya yang menyatakan bahwa Indonesia sudah merdeka. Sukarno-Hatta telah memproklamirkan pada tanggal 17 agustus yang lalu. Sebelum Syariful Alamsyah menentukan sikap, Hadely Hasibuan datang menemuinya atas perintah Dr. F.L.Tobing dari Tarutung membawa konsep tentang susunan gubernur, residen-residen seluruh Indonesia dan menteri kabinet. Dalam susunan itu tercantum nama Dr. F. L.Tobing sebagai Residen Tapanuli. Universitas Sumatera Utara Kedua orang ini kemudian bertukaran pikiran lalu Hadely Hasibuan meneruskan perjalananya ke Bukit Tinggi untuk menemui M. Syafei dan Adinegoro yang termasuk orang Indonesia yang paling tinggi kedudukannya pada masa itu. Pada tanggal 29 Agustus 1945 merupakan hari yang sangat baik karena pada hari itu adalah Hari Raya Idul Fitri dimana orang-orang akan banyak hadir di lapangan. Oleh karena itu Syariful Alamsyah mengumpulkan stafnya untuk rencana pengumuman berita proklamsi yang sudah pasti. Pada tanggal 29 Agustus 1945 sesuai dengan keputusan bahwa pengumuman berita proklamasi bertempat di lapangan Simare-mare, maka banyak rakyat Tapanuli yang berkumpul baik yang beragama Islam maupun yang bukan beragama Islam. Selanjutnya setelah perayaan Idul Fitri selesai, Syariful Alamsyah naik keatas podium dan mengumumkan : Indonesia sudah merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945 yang lalu. Sukarno- Hatta telah memroklamirkan kemerdekaan Indonesia. Karena itu diperintahkan kepada seluruh rakyat Sibolga-Tapanuli sesudah pulang dari tempat ini segera memasang bendera merah putih di deppan rumahnya masing-masing. Juga diharuskan segera memberitahukan teman-teman yang lain, tetangga- tetangganya yang pada waktu ini kebetulan tidak hadir. Indonesia sudah merdeka, kita tidak mau dijajah lagi. Karena itu sekali lagi ditegaskan segera memasang bendera merah putih dirumahnya masing masing 13 Setelah pidato Syariful Alamsyah selesai, rakyat pulang kerumahnya seakan-akan mendapat jiwa baru, jiwa merdeka dan keinginan untuk berjuang. Oleh karena itu situasi kota menjadi bertambah panas. Pada malam harinya serdadu Jepang diperintahkan untuk menangkap Syariful Alamsyah dengan alasan membuat kekacauan. Namun Syariful Alamsyah yang kaya akan pengalaman segera menghilang dan mengadakan rapat dengan teman seperjuangan sehubungan dengan tindakan Jepang tersebut. . 13 Tim Asistensi Pangdam IIBB, Sejarah Perjuangan Daerah Militer II Bukit Barisan periode 1945-1950 Mempertahankan Kemerdekaan, Medan : Dinas Sejarah Kodam II Bukit Barisan, 1977, hlm. 170. Universitas Sumatera Utara Semua ex heiho, gyugun, dan orang pergerakan radikal dipanggil untuk mengadakan rapat guna membicarakan dua masalah pokok yaitu : 1. Proklamasi harus dipertahankan dan ditegakkan dengan kerelaan berjuang dan semangat berkorban. 2. Segera mengerakan tenaga pemuda untuk mempertahankan Tugas ini diutamakan kepada pemuda yang berpengalaman terutama ex heiho dan gyugun untuk merebut senjata dari tangan Jepang sebagai kekuatan mempertahankan Proklamasi. Semua peserta rapat merasa tergugah dan tanpa rasa ragu-ragu segera mendaftarkan diri antara lain : Maraden Panggabean, Bangun Siregar, Situmeang. Mulai sejak itu perampasan senjata Jepang terjadi dimana-mana. Tindakan yang dilakukan selanjutnya adalah menangkapi semua panitia Well Come, dari 43 yang terdaftar sebanyak 29 orang tertangkap dan di penjara. Dalam suasana Hari Raya Idul Fitri, semangat kemerdekaan yang telah didengungkan menjalar ke Tapanuli Selatan. Ketika itu pada tanggal 18 September 1945 di Padang Sidempuan telah terbentuk sebuah badan yang terdiri dari orang-orang terkemuka dan para pemimpin rakyat dengan maksud untuk mengadakan persiapan berkaitan dengan Proklamsi. Badan itu diketuai oleh Radja Junjungan. Badan tersebut mengutus Hamzar Lubis ke Bukit Tinggi menemui M. Syafei, Adinegoro, Chatib Sulaiman dan Basyrah Lubis yang sedikit banyak lebih mengetahui tentang Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Badan ini kemudian memutuskan supaya pengumuman Proklamasi kemerdekaan dan pembentukan KNI Komite Nasional Indonesia sebaiknya dilakukan di Tarutung, karena sebagai kota Keresidenan Tapanuli juga lebih muda dalam menyebarkan berita Universitas Sumatera Utara kemerdekaan keseluruh daerah di Tapanuli. Selain Dr. F. L.Tobing terdapat juga Abdul Hakim dan Sutan Naga. Hasil rapat memutuskan agar Radja Junjungan segera berangkat menuju Tarutung dengan membawa mandat penuh, yang telah ditandatangani oleh M. S. Chatib dan Kari Ahmad Taib atas nama rakyat Mandailing. Isi mandat tersebut antara lain berbunyi : “ Kami rakyat Mandailing Tapanuli memberi kuasa penuh kepada Radja Junjungan untuk bermusyawarah dengan yang mulia Dokter Ferdinan Lumbantobing, badan Keselamatan Rakyat dan orang-orang terkemuka di Padang Sidempuan dan Tarutung dengan tujuan : 1. Supaya di Mandailing khususnya dan Tapanuli umumnya diresmikan Proklamasi oleh Sukarno-Hatta yang telah memaklumkan keseluruh dunia tentang kemerdekaan Indonesia. 2. Supaya di Mandailing khususnya dan Tapanuli umumnya dibentuk Komite Nasional Indonesia sebagai yang diperintahkan oleh Ir. Sukarno, Presiden Republik Indonesia, bahwa ditiap– tiap daerah diseluruh Indonesia mesti didirikan Komite nasional Indonesia yang membantu Presiden. Segala soal yang berhubungan dengan kedua tujuan diatas berhaklah utusan kami Radja Junjungan untuk memutuskannya dan memperbincangkannya” Pada tanggal 12 September 1945, Radja Junjungan, Kari Usman dan Facharuddin Nasution berangkat dari Padang Sidempuan menuju Tarutung untuk membahas isi mandat tersebut. Pada tanggal 14 September, para pemuda di Tarutung dan sekitarnya mengadakan demonstrasi ke kantor Tyokan Jepang, menuntut supaya segala urusan pemerintahan diserahkan kepada pemerintah Indonesia 14 14 Kementerian Penerangan, Propinsi Sumatera Utara, Jakarta : 1953, hlm.33. . Sejak kekalahan Jepang diumumkan pada bulan Agustus, di Tarutung telah terbentuk satu badan yang diberi nama Badan Keselamatan Rakyat BKR. Badan tersebut bersifat sosial untuk membantu rakyat dengan menjual bahan-bahan pakaian dan makanan dari persediaan Jepang dengan Universitas Sumatera Utara harga murah. Badan ini diketuai oleh Dr.F.L.Tobing, dibantu oleh Abdul Hakim, Mr. Rufinus L.Tobing, Mr. Silitonga, dan Dr. Luhut L. Tobing 15 Dengan surat ketetapan Gubernur Sumatera tanggal 3 Oktober 1945, Dr.F. L.Tobing diangkat menjadi Residen Tapanuli. Oleh karena itu Keresidenan Tapanuli dibuka dengan resmi serta para pegawai Pemerintah Nasional melepaskan diri dari Jepang. Pegawai-pegawai yang sudah dibersihkan dari unsur-unsur panitia Well Come dianjurkan untuk memulai aktifitasnya untuk menjalankan roda pemerintahan. Selanjutnya pada keesokan harinya tanggal 5 Oktober seluruh rakyat Tapanuli diwajibkan mengibarkan bendera merah putih. Puncak perayaan proklamasi di Tapanuli adalah pada tanggal17 Oktober 1945 tepat dua bulan setelah proklamasi kemerdekaan di kumandangkan di Jakarta. Pada waktu itu berlangsung upacara resmi untuk memperingati . Pembentukannya atas kebijaksanaan Dr. F. L.Tobing dengan mengambil alih Cyo Hook Kai yang dibentuk oleh militer Jepang menjadi BKR berikut semua cabang- cabangnya. Selanjutnya hasil permusyawaratan Radja Junjungan dengan pengurus BKR di Tarutung menetapkan Abdul Hakim sebagai formatur pembentukan Komite Nasional Indonesia di Tapanuli. Dengan terbentuknya KNI di Tapanuli, maka dengan sendirinya BKR menjadi bubar. Seluruh inventarisserta tugasnya dilimpahkan kepada KNI yang kemudian mengadakan rapat umum tentang proklamasi kemerdekaan secara serentak di setiap Kewedanan. Tanpa mendapat rintangan KNI terbentuk di seluruh Keresidenan Tapanuli. Serentak dengan berdirinya KNI, para pemuda dalam badan Pemuda Republik Indonesia PRI, untuk mengumpulkan biaya perjuangan. Di beberapa tempat didirikan “Fond’s Kebangsaan” yang pada tanggal 5 Oktober berubah menjadi “Fond’s Kemerdekaan”. 15 Team Asistensi, Op.cit., hlm.63. Universitas Sumatera Utara hari Kemerdekaan Indonesia di Tarutung dengan melakukan penghormatan terhadap bendera Merah Putih dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya serta pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan. Lapangan tempat berlangsungnya upacara kemerdekaan penuh sesak oleh karena banyaknya rakyat yang datang dari segenap pelosok. Tidak kurang dari 15.000 orang datang untuk menghadiri upacara bersejarah tersebut. Di bawah lambaian Sang Saka Merah Putih diucapkan Ikrar bersama yang isinya antara lain : Demi Allah Kami rakyat Tapanuli bersumpah akan memenuhi kewajiban kami sebagai rakyat dari Negara Republik Indonesia, setia kepada Presiden, bersedia mengorbankan harta, tenaga, pikiran dan jiwa raga untuk keselamatan Negara Republik Indonesia. Seluruh rakyat Tapanuli merayakan hari kemerdekaan itu dengan penuh rasa haru dan gembira sambil mengucapakan Ikarar dengan hati yang tulus dan iklas. Rapat samudera berlangsung di Tarutung pada tanggal 17 Oktober 1945 untuk membuktikan bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 sudah terlaksana di Tapanuli. Dengan demikian secara resmi sudah berdirilah Pemerintahan Republik Indonesia di Tapanuli walau dalam kondisi yang sangat sederhana. Pada masa revolusi terutama pada saat Indonesia mengalami ketidakstabilan politik dimana kekuasaan pemerintah pusat belum begitu kuat, sementara kondisi rakyat cenderung ke arah perpecahan, hal ini ditandai dengan terjadinya pergolakan daerah. Untuk itu pers sebagai lembaga sosial yang berfungsi sebagai sumber informasi turut memberikan penerangan yang luas dan benar kepada masyarakat baik mengenai pemerintah republik maupun pemimpin bangsa. Hal tersebut sangat wajar, sebab salah satu fungsi surat kabar adalah untuk menyajikan berita-berita tentang kejadian atau peristiwa pada masa itu kepada masyarakat, sehingga fakta-fakta sejarah yang berkaitan Universitas Sumatera Utara dengan suatu peristiwa seperti apa yang terjadi, kapan,dimana dan siapa pelakunya dapat ditemukan jawabannya dalam surat kabar.

3. 2. Pers dan Berita Proklamasi