Melihat kondisi tersebut, selanjutnya mayor Ingris segera meninggalkan percetakan Suluh Rakyat sebelum mendapat jawaban yang pasti tentang kebenaran berita tersebut.
Dari pemberitaan inilah yang menyebabkan Suluh Rakyat dibredel Sekutu.
4.6.2. Berita Suara Nasional Yang Menggemparkan Diawal Kedatangan Sekutu
Para wartawan pers menilai bahwa Tapanuli termasuk daerah yang minim dalam mengetahui berita tentang proklamasi, untuk itu dengan usaha yang cukup keras para
pemimpin surat kabar berusaha mencetak selebaran-selebaran kemudian ditempel di tempat-tempat umum agar rakyat dapat mengetahui informasi tentang kemerdekaan
Indonesia walaupun akhirnyadapat didengar langsung oleh rakyat Tapanuli di lapangan terbuka Simare-mare Tarutung.
Peranan yang diberikan oleh surat kabar Suara Nasional sangatlah efektif dalam menyebarluaskan berita yang menyangkut tentang kepentingan republik pada masa itu.
Semangat juang yang ditunjukan oleh rakyat Tapanuli dalam upaya mempertahankan wilayah sekaligus kemerdekaannya dari serangan pihak asing membuktikan bahwa
negara kesatuan republik Indonesia masih tetap kokoh untuk berdiri dan akan terus berdiri selamanya.
Surat kabar Suara Nasional sejak zaman pendudukan Belanda sudah pernah terbit dan telah dikenal oleh rakyat sebagai salah satu surat kabar yang sangat pro kepada
republik dengan namanya pada waktu itu adalah Soeara Tapanoeli. Oleh karena pengabdiannya pada rakyat Indonesia, maka surat kabar ini terbit kembali dan
memainkan peranannya pada tahun 1946 dengan motto”Berjuang Untuk Demokrasi Dan Keadilan”, di bawah pimpinan Said Mangaraja Tua di Sibolga. Dalam penerbitan edisi
Universitas Sumatera Utara
pertamanya surat kabar ini telah berani memuat berita yang sangat menggemparkan rakyat Tapanuli yang beritanya berisikan bahwa “Sekutu Akan Menjadikan Tapanuli
Lautan Berdarah Maka Bersiapalah Untuk Berjuang Kembali”. Tentu saja sejak berita ini diturunkan membuat kecemasan dalam diri rakyat sekaligus penderitaan apa lagi yang
akan mereka hadapi. Oleh karena itu semangat untuk terus berjuang pun terus tertanam dalam diri rakyat dalam mempertahankan wilayah dan kemerdekaannya yang telah
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Sebelum berita ini dimuat sebagai salah satu headline topik utama, pimpinan surat kabar banyak mendapat surat kaleng yang
isinya mengancam keselamatan jiwanya, namun dengan semangat nasionalisme yang kuat mereka tidak gentar terhadap gertakan yang diberikan oleh Sekutu terhadap
mereka
21
Setelah Suluh Rakyat dibredel Sekutu, namun Sutan Batara tidak menjadi berdiam diri, tetapi dengan semangat perjuangan yang kental beliau dan rekan-rekannya
berniat untuk menerbitkan kembali surat kabar perjuangan yang terbit pada bulan Januari .
Awal tahun 1947 tepatnya di bulan Maret, surat kabar tersebut pun dibredel dan dilarang terbit oleh Sekutu lantaran dapat mengganggu keberadaan mereka di wilayah
kekuasaannya tersebut selain itu agar rakyat Tapanuli tidak dapat mengetahui informasi berita apa saja yang sedang terjadi di wilayahnya. Tetapi dengan semangat juang yang
tinggi, akhirnya Suara Nasional dapat terbit kembali sampai dengan peristiwa agresi
militer Belanda tahun 1948.
4.6.3. Utusan Tapanuli