3. Beberapa Surat Kabar Kecil Sekitar tahun 1926-1928 4. Pers Tapanuli Diakhir Kekuasaan Belanda

hanya mengacuhkan begitu saja anak tersebut. Selain berita tersebut, juga diungkapakan bagaimana hukuman yang diberikan oleh pihak kolonial kepada penduduk ketika ia berhutang pajak sebesar f 5.81, maka sanksi atas hutang tersebut ia harus membayar dua kali lipat dari nilai hutang sebelumnya. Berita-berita yang diterbitkan oleh surat kabar Bintang Batak tidak hanya membahas masalah seputar ekonomi, tetapi juga membahas mengenai persoalan sosial dan agama di Tapanuli. Salah satu diantaranya adalah mengenai perkembangan kekristenan Batak akibat dari pengaruh Rijnschzending Jerman yang ingin berkuasa di Tapanuli, sehingga menimbulkan anggapan bahwa pengaruh dominasi zending dengan pemeluk Kristen Batak telah melahirkan ungkapan “Berdikari” berdiri di atas kaki sendiri. Dari masalah-masalah yang disampaikan, maka telah membawa kemajuan besar dalam dunia persuratkabaran di Tapanuli. Dengan banyaknya berita-berita yang muncul telah membuat rakyat semakin mandiri dan mampu dalam mengatasi setiap persoalan yang ada. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya putera-putera Batak yang mendapatkan pendidikan di sekolah hasil dari proses misi zending Jerman ke tanah Batak pada waktu itu. Dalam perkembangan selanjutnya, diakhir tahun 1931 keberadaan surat kabar ini sudah mulai goyah dan akhirnya berhenti dalam penerbitan lantaran banyaknya persoalan yang dihadapi khususnya di bidang ekonomi.

2. 3. Beberapa Surat Kabar Kecil Sekitar tahun 1926-1928

Tahun 1926 sampai dengan 1928 merupakan tahun-tahun tersibuk yang penuh dengan kobaran semangat juang yang ditunjukan oleh rakyat dalam menumbuhkan rasa nasionalisme, maka sejalan dengan itu juga dunia persuratkabaran semakin melancarkan Universitas Sumatera Utara tugasnya sebagai pembawa dan pemberi berita terhadap rakyat Tapanuli khususnya. Untuk itu para tokoh-tokoh pers berupaya keras untuk tetap menerbitkan surat kabar baru menjelang dilaksanakannya sumpah pemuda pada tahun 1928 yang cukup menggugah kesadaran rakyat untuk bangkit melawan ketidakadilan di wilayahnya sendiri. Oleh karena itu adaupun surat kabar yang pernah terbit di Tapanuli pada masa tersebut antara lain; 1. Pada tahun 1926 terbit sebuah surat kabar di Balige bernama Siadji Panoetoeri di bawah pimpinan Soetan Pangaribuan. Surat kabar ini terbit 2 kali sebulan. 2. Pada tahun 1926 juga terbit sebuah harian tercatat bernama Parbarita Batak, terbit di Tarutung di bawah pimpinan redaktur H.Panggabean. 3. Pada tahun 1927 terbit sebuah majalah wanita bernama Parsaoelian Ni Soripada yang terbit di Tarutung di bawah pimpinan Ny Siahaan. 4. pada tahun 1927 terbit sebuah surat kabar bernama Anak Batak di bawah pimpinan Walter P.Raja Tobing yang terbit di Sibolga, surat kabar ini terbit sebulan sekali. 5. Pada tahun 1928 di Sipirok terbitlah sebuah harian bernama Pardomoean di bawah pimpinan Soetan Pangoerabaan, surat kabar ini terbit 1 kali dalam sebulan. Semua penerbitan surat kabar di atas pada dasarnya mengarah pada pemberitaan tentang kepentingan rakyat baik di bidang politik, sosial maupun ekonomi yang selalu berusaha keras untuk tetap menentang segala kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda di Tapanuli menjelang periode Sumpah Pemuda. Universitas Sumatera Utara

2. 4. Pers Tapanuli Diakhir Kekuasaan Belanda

Setelah berlanjutnya perang di Eropa, maka semakin banyak ramalan yang muncul yang mengatakan bahwa perang akan menjalar sampai ke Asia sehubungan dengan dikuasainya Perancis oleh Jerman. Hal ini disebabkan karena jajahan Perancis di Indo-Cina tidak akan dibiarkan terlantar begitu saja oleh bangsa yang dari sejak dulu telah simpatik melihat keadaan di wilayah yang dikuasai tersebut. Dalam hal ini adalah Jepang, oleh karena itu Jepang menjadi pusat perhatian sekaligus Indonesia dari jajahan Belanda. Dalam perkembangan selanjutnya, menjelang agresi Jepang yang sudah dianggap akan terjadi, maka Jepang mengadakan pertemuan tingkat menteri di Jakarta dengan melakukan perundingan terhadap pemerintah Hindia Belanda di Indonesia yang diwakilkan oleh gubernur jenderal Van Mook. Adapun tujuan atau isi dari perundingan tersebut adalah terdengar kabar bahwa Jepang mencoba menarik Hindia Belanda ke dalam kegiatan Jepang dalam perang Asia Timur Raya, dengan tujuan supaya Belanda mau mensuplai segala produk bahan baku yang diperlukan oleh Jepang dalam proses perang nanti. Mendengar keputusan tersebut tentu saja hal ini ditolak secara tegas oleh pihak Belanda dengan harapan bahwa Belanda tetap saja ingin menguasai seluruh Asia Tenggara termasuk Indonesia. Selanjutnya dalam suatu kesempatan tidak lama setelah gagalnya perundingan dengan Jepang, maka gubernur jend Jhr Tjarda Van Stachouwer mengadakan pidato di depan radio Nirom, beliau bermaksud ingin membicarakan persoalan politik yang terjadi, tetapi sama sekali tidak memberi harapan akan perubahan hasil dari komisi visman terhadap banyaknya perbedaan pendapat yang sedang berkembang di Indonesia saat itu. Universitas Sumatera Utara Oleh sebab itu banyak berita-berita yang tersiar di Indonesia mengenai hasil perundingan tersebut, yang akhirnya menyebar juga sampai ke Tapanuli. Banyak surat kabar di Tapanuli memuat berita mengenai perdebatan yang terjadi antara Jepang dengan Belanda. Tentu saja dalam pikiran para tokoh-tokoh pers beranggapan bahwa pihak Hindia Belanda akan kalah dengan Jepang, maka tentu saja penderitaan rakyat pun pasti berakhir juga. Sejak Jepang mengobarkan perang kembali, maka banyak surat-surat kabar menjadi rebutan publik, hal ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui perkembangan apa yang sedang terjadi di masing-masing daerah. Hal ini terlihat dengan banyaknya berita yang memuat mengenai segala aktifitas dan gerak-gerik Belanda yang dianggap mencurigakan, sebab ada kemungkinan bahwa Jepang akan merebut ibukota dan sekaligus wilayah Indonesia sudah diperhitungkan oleh Belanda. Oleh sebab itu, adapun jenis-jenis surat kabar yang terbit di Tapanuli menjelang berakhirnya kekuasaan Belanda antara lain ; 1. Drukkerij Tapian Na Oeli, terbit tahun 1940 di Padang Sidempuan dibawah pimpinan redaksi Maringan Napitupuluh, terbit setiap hari Sabtu dalam edisi berbahasa Batak terkadang bahasa Indonesia. 2. Anak Batak terbit tahun 1940 di Tarutung dibawah pimpinan J.R.Siahaan, terbit setiap hari sabtu dalam edisi berbahasa Batak. 3. Batak Bergerak terbit tahun 1941 di Tarutung dibawah pimpinan redaksi Soetan Amir Hamzah, redaksi B.Sihombing, Batara Soboe, A.L.Tobing. terbit dalam edisi berhasa Indonesia dan Batak, terbit setiap hari Jumat. Universitas Sumatera Utara 4. Partongkoean terbit tahun 1939 di Balige dibawah pimpinan redaksi H. Panjaitan terbit dalam edisi berbahasa Batak, terbit sepuluh hari sekali. 5. Oetoesan terbit tahun 1939 di Padang Sidempuan dibawah pimpinan redaksi Baginda Kali Djoendjoengdan A.H. Daulay. Terbit dalam edisi berbahasa Indonesia merupakan surat kabar nasional, terbit setiap hari Senin dan Sabtu.

2. 5. Gema Pers Pada Masa Pendudukan Jepang