25
adalah maksimum 110. Bank Indonesia dalam menetapkan kriteria peringkat komponen likuiditas sebagai berikut :
1. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 50 - 75 atau 50Rasio
≤75 artinya likuiditas bank tersebut sangat likuid. 2. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 75 - 85 atau
75Rasio ≤85 artinya likuiditas bank tersebut likuid.
3. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 85 - 100 atau 85Rasio
≤100 atau rasio ≤ 50 artinya likuiditas bank tersebut cukup likuid.
4. Untuk Loan to Deposit Ratio yang berada diantara 100 - 120 atau 100 Rasio
≤120 artinya likuiditas bank tersebut kurang likuid. 5. Untuk Loan to Deposit Ratio yang lebih besar dari 120 atau Rasio
≥120 artinya likuiditas bank tersebut tidak likuid.
2.1.5 Non Performing Loan NPL
Rasio lainnya yang sering digunakan dalam dunia perbankan adalah Non Performing Loan NPL. Non Performing Loan merupakan perbandingan
antara jumlah kredit bermasalah yang muncul dengan seluruh jumlah kredit yang diberikan bank. Menurut Abdullah 2005:128, “Rasio ini dipergunakan
untuk mengukur kemampuan bank dalam mengukur risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur”. Risiko kredit berkaitan dengan
kemungkinan kegagalan klien membayar kewajibannya atau risiko dimana debitur tidak dapat melunasi hutangnya.
Universitas Sumatera Utara
26
Tingkat risiko kredit dapat diproksikan dengan NPL karena NPL dapat digunakan untuk mengukur sejauh mana kredit bermasalah yang timbul dapat
dipenuhi dengan aktiva produktif yang dimiliki oleh suatu bank. Oleh karena itu, semakin besar NPL maka semakin besar risiko kredit yang ditanggung oleh
pihak bank dan begitu pula sebaliknya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut sesuai dengan Surat Edaran
Bank Indonesia No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004 : NPL =
Kredit Bermasalah Total Kredit
× 100 Kredit bermasalah dapat diartikan sebagai suatu kredit dengan katagori
kolektibilitas yang rendah dimana pembayaran kembali hutang pokok kredit beserta bunganya tidak sesuai dengan ketentuan atau persyaratan yang telah
ditentukan sebelumnya sehingga memiliki risiko atau potensi untuk merugi. NPL mencerminkan risiko kredit. Semakin kecil NPL semakin kecil pula
resiko kredit yang ditanggung pihak bank. Kecilnya risiko kredit yang ditanggung pihak bank akan meningkatkan laba bank begitu pula sebaliknya.
Menurut Bank Indonesia, kredit bermasalah meliputi kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet.
Menurut Dendawijaya 2005:82, implikasi bagi pihak bank sebagai akibat dari timbulnya kredit bermasalah tersebut dapat berupa berikut ini :
1. Hilangnya kesempatan memperoleh income pendapatan dari kredit yang diberikannya, sehingga mengurangi perolehan laba dan
berpengaruh buruk bagi rentabilitas bank. 2. Rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dikenal dengan BDR
Bad Debt Ratio menjadi semakin besar yang menggambarkan terjadinya situasi yang memburuk.
Universitas Sumatera Utara
27
3. Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif yang diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang ada. Hal
ini pada akhirnya akan mengurangi besarnya modal bank dan akan sangat berpengaruh terhadap CAR capital adequacy ratio.
4. Return on asset ROA mengalami penurunan. 5. Sebagai akibat dari komplikasi butir 2,3, dan 4 tersebut di atas
adalah menurunkan nilai tingkat kesehatan bank berdasarkan perhitungan menurut metode CAMEL.
Keberadaan Non Performing Loan NPL menjadi penting karena dalam jumlah besar akan sangat mempengaruhi bank yang bersangkutan. Rasio ini
menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio ini maka semakin
besar jumlah kredit bermasalah yang menyebabkan kualitas kredit bank menjadi buruk. Hal ini dapat mengimplikasikan kondisi bank yang tidak sehat
dan kemungkinan pencapaian laba yang semakin rendah serta akan memengaruhi pertumbuhan modal bank tersebut. Menurut Peraturan Bank
Indonesia Nomor 610PBI2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, setiap bank harus menjaga rasio
NPL dibawah 5. Semakin tinggi nilai NPL diatas 5 maka bank tersebut
tidak sehat.
2.1.6 Return On Equity ROE