33
bank menjadi tidak efisien. Hal ini menyebabkan perubahan laba operasional yang semakin kecil. Sebaliknya, semakin rendah rasio BOPO maka semakin
efisien bank dalam melakukan pengendalian biaya operasionalnya. Dengan adanya efisiensi biaya ini maka keuntungan yang diperoleh bank semakin
besar. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.623.DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio BOPO cukup baik berkisar antara 94 sampai 96 dan
semakin rendah rasio ini maka semakin baik kesehatan bank tersebut.
2.1.9 Capital Adequacy Ratio CAR
Menurut Dendawijaya 2005:121, “Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk
menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan”. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana aktiva bank yang
mengandung risiko seperti kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain, dibiayai dari dana modal sendiri bank seperti dana masyarakat,
pinjaman utang, dan lain-lain. Dengan kata lain, CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan
kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan
operasi bank. Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Modal
bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana
Universitas Sumatera Utara
34
bank, tetapi juga posisi modal akan mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen dalam pencapaian laba dan kemungkinan timbulnya risiko.
Capital Adequacy Ratio CAR termasuk salah satu rasio yang mengukur solvabilitas. Menurut Kasmir 2004:275, ”Rasio solvabilitas merupakan
ukuran kemampuan bank mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya”. Atau bisa juga dikatakan rasio ini sebagai alat ukur untuk
melihat tingkat efisiensi pihak manajemen bank tersebut dalam menjalankan aktivitasnya.
Perhitungan CAR diperoleh dari perbandingan modal sendiri dengan aktiva tertimbang menurut risiko ATMR yang dihitung bank. Perbandingan
ini dianggap dapat memberi indikasi sampai seberapa jauh suatu bank dapat mengalami berbagai bentuk kerugian, tetapi masih mempunyai modal yang
cukup untuk menjamin keamanan dana bank. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut sesuai SE No.623DPNP
Tanggal 31 Mei 2004 :
CAR = Modal Bank
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko × 100
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko aktiva.
Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0 dan aktiva yang paling berisiko diberi bobot 100. Dengan demikian, ATMR menunjukkan nilai
aktiva berisiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup.
Universitas Sumatera Utara
35
CAR memberikan indikasi apakah permodalan yang ada telah memadai atau tidak dan sebagai dasar untuk menilai prospek kelanjutan usaha bank
bersangkutan. CAR menyatakan jumlah modal minimal yang harus dimiliki oleh suatu bank sehingga kepentingan para investor dapat terlindungi dari
ancaman terjadinya insolvensi kegiatan usaha perbankan. Menurut Widjanarto 2003:165, posisi CAR suatu bank sangat tergantung pada hal-hal berikut ini :
1. Jenis aktiva serta besarnya risiko yang melekat padanya, 2. Kualitas aktiva atau tingkat kolektibilitasnya,
3. Total aktiva suatu bank, 4. Kemampuan bank untuk meningkatkan pendapatan dan laba.
Sesuai dengan Surat Edaran BI Nomor: 265BPPP tanggal 29 Mei 1993, besarnya CAR yang harus dicapai oleh suatu bank minimal 8 sejak akhir
tahun 1995. Hal ini didasarkan kepada ketentuan yang ditetapkan oleh BIS Bank for International Settlement. Dan sejak akhir tahun 1997 CAR yang
harus dicapai minimal 9. Tetapi karena kondisi perbankan nasional sejak akhir 1997 terpuruk yang ditandai dengan banyaknya bank yang dilikuidasi,
maka sejak Oktober tahun 1998 besarnya CAR diklasifikasikan dalam 3 kelompok. Klasifikasi bank sejak 1998 sampai 2007 dikelompokkan sebagai
berikut : 1. Bank sehat dengan klasifikasi A, jika memiliki CAR lebih dari 8.
2. Bank take over BTO atau dalam penyehatan oleh BPPN Badan Penyehatan Perbankan Nasional dengan klasifikasi B, jika bank tersebut
memiliki CAR antara –25 sampai dengan dari 8.
Universitas Sumatera Utara
36
3. Bank Beku Operasi BBO dengan klasifikasi C, jika memiliki CAR kurang dari –25. Bank dengan klasifikasi C inilah yang di likuidasi.
Permasalahan modal umumnya adalah berapa modal yang harus disediakan oleh pemilik sehingga keamanan pihak ketiga dapat terjaga. Capital
Adequacy Ratio CAR adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Dengan
CAR yang tinggi berarti bank tersebut semakin solvable, dimana bank memiliki modal yang cukup guna menjalankan usahanya sehingga akan
meningkatkan keuntungan karena semakin tinggi CAR maka semakin baik kinerja dan kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap
kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi
yang cukup besar bagi profitabilitas dan permodalan. Semakin tinggi nilai CAR menunjukkan semakin sehat bank tersebut.
Semakin besar persentase CAR suatu bank menunjukkan semakin besar daya tahan suatu bank dalam menghadapi penyusutan nilai aset bank yang timbul
karena adanya aset yang bermasalah. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.623.DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio CAR cukup baik
berkisar antara 8 dan semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kesehatan bank tersebut.
Universitas Sumatera Utara
37
2.1.10 Tinjauan Penelitian Terdahulu