28
Return On Equity sering diamati oleh para pemegang saham dan investor yang ingin menanamkan dananya pada suatu perusahaan. Para investor di pasar
modal mempunyai beberapa motif dalam membeli saham bank yang telah go public, antara lain:
a. Mendapatkan dividen berdasarkan keputusan RUPS. b. Mengejar capital gain.
c. Menguasai perusahaan dengan pencapaian mayoritas saham.
Dendawijaya 2005:119 menyatakan, “Kenaikan dalam rasio ini berarti kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Kenaikan tersebut akan
menyebabkan kenaikan harga saham bank”. Untuk itu, Return On Equity menjadi indikator yang sangat penting bagi para pemegang saham dan calon
investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen. Rasio ini dapat dirumuskan
sebagai berikut sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004 :
ROE = Laba Setelah Pajak
Rata − Rata Modal Inti
× 100 Return on equity ROE merupakan kemampuan perusahaan dalam
memberikan pengembalian atas investasi para pemegang saham. Rasio yang meningkat menunjukkan bahwa kinerja manajemen meningkat. Angka ROE
yang semakin tinggi memberikan indikasi bagi para pemegang saham bahwa tingkat pengembalian investasi pada sektor perbankan tinggi. Hal ini akan
menarik perhatian para investor untuk berinvestasi yang kemudian akan
Universitas Sumatera Utara
29
meningkatkan modal perusahaan dalam bentuk modal saham. Oleh karena itu, semakin tinggi nilai ROE akan semakin baik.
ROE menjadi penting karena selain mengukur keuntungan yang akan dinikmati oleh pemilik saham dan investor yang tertarik untuk berinvestasi
yang akhirnya akan meningkatkan permodalan bank tersebut, rasio ini juga menunjukkan efisiensi perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk
menghasilkan laba bersih perusahaan. Adanya kenaikan laba bersih perusahaan yang bersangkutan tentunya akan meningkatkan permodalan bank karena
dividen yang dibagikan atau diinvestasikan kembali sebagai retained earning juga akan semakin besar. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia
No.623.DPNP tanggal 31 Mei 2004, batas bawah rasio ROE berkisar antara 5 sampai 12,5 dan semakin tinggi rasio ini maka kondisi bank tersebut
semakin baik.
2.1.7 Interest Margin on Loan IML
Interest Margin on Loan IML menyatakan persentase laba diukur dari kemampuan perkreditan yang dimiliki oleh suatu bank dibandingkan dengan
selisih bunga yang didapat. Menurut Muljono 2002:132, “Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perkreditan yang dimiliki oleh suatu
bank untuk menghasilkan pendapatannya”. Rasio ini membandingkan antara interest margin, yaitu selisih antara pendapatan bunga dengan beban bunga,
terhadap total kredit yang diberikan bank. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan hasil yang semakin baik.
Universitas Sumatera Utara
30
Interest Margin on Loan IML menyatakan persentase laba diukur dari kemampuan perkreditan yang dimiliki oleh suatu bank dibandingkan dengan
selisih bunga yang didapat. Rasio ini dapat diukur dengan rumus Kasmir, 2004:283 :
IML = Pendapatan Bunga
− Beban Bunga Total Kredit
× 100
Interest Margin on Loan IML merupakan salah satu rasio profitabilitas. Profitabilitas suatu bank menunjukkan kemampuan suatu bank dalam
menghasilkan laba atau keuantungan, baik berasal dari kegiatan operasional bank yang bersangkutan maupun dari hasil non-operasionalnya. Analisis atas
rasio profitabilitas ini juga berguna untuk mengetahui hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada pada neraca bank yang bersangkutan guna
mendapatkan berbagai indikasi yang berguna untuk mengukur efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan.
Rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan manajemen suatu bank mengelola dananya untuk menghasilkan interest margin dan dalam
mengendalikan besarnya interest expense. Rasio ini menjadi penting karena pendapatan bunga dari penyaluran kredit yang dilakukan bank dapat dikatakan
sebagai pendapatan utama bagi bank. Pendapatan bunga merupakan sebagian besar dari pendapatan operasional bank karena mayoritas aset bank adalah
berupa kredit. Semakin banyak bank menyalurkan kredit kepada masyarakat maka semakin besar pendapatan bunga yang akan diterima nantinya dengan
asumsi penyaluran kredit dilakukan dengan sehat. Hal ini tentu saja akan
Universitas Sumatera Utara
31
menambah laba yang diterima. Dengan bertambahnya laba maka akan mempengaruhi permodalan bank.
Semakin kecil rasio IML maka semakin rendah kemampuan bank dalam menghasilkan pendapatan bunga dan kemungkinan besar tidak mampu dalam
menutupi biaya bunga dari pinjaman. Hal ini akan mengurangi laba yang kemudian dapat berdampak pada pengurangan modal bank tersebut.
2.1.8 Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional BOPO merupakan perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional.
Rasio ini sering disebut dengan rasio biaya operasional. Menurut Dendawijaya 2005:120, “Rasio biaya operasional digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya”. Dengan kata lain, BOPO merupakan rasio yang mengukur efisiensi dan
efektivitas operasional suatu bank. Rasio ini mengukur efektivitas bank dalam menjalankan usaha pokoknya
terutama kredit berdasarkan jumlah dana yang berhasil dikumpulkan. Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efektif bank dalam menjalankan kegiatan
usahanya. Disamping itu, BOPO juga menunjukkan upaya bank dalam meminimalkan risiko operasional yakni risiko ketidakpastian atas kegiatan
usaha yang dilakukan. Risiko operasional berasal dari kerugian operasional bila terjadi penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional
Universitas Sumatera Utara
32
bank, dan kemungkinannya kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk yang ditawarkan.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.623.DPNP tanggal 31 Mei 2004 :
BOPO = Total Beban Operasional
Total pendapatan Operasional × 100
Menurut Dendawijaya 2005:120, “Kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan
menyalurkan dana misalnya dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga”. Lebih rinci,
berikut ini dijelaskan mengenai komponen pendapatan dan biaya operasional bank Dendawijaya, 2005:111, antara lain :
1. Pendapatan Operasional Pendapatan operasional terdiri atas semua pendapatan yang merupakan
hasil langsung dari kegiatan usaha bank yang benar-benar telah diterima, antara lain hasil bunga, provisi dan komisi, pendapatan valuta asing
lainnya, pendapatan lainnya. 2. Beban Operasional
Beban operasional terdiri atas semua biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha bank, antara lain biaya bunga, biaya valuta asing
lainnya, biaya tenaga kerja, penyusutan, biaya lainnya. Semakin tinggi rasio BOPO maka kemungkinan bank dalam kondisi
bermasalah semakin besar mengingat semakin tinggi biaya pendapatan maka
Universitas Sumatera Utara
33
bank menjadi tidak efisien. Hal ini menyebabkan perubahan laba operasional yang semakin kecil. Sebaliknya, semakin rendah rasio BOPO maka semakin
efisien bank dalam melakukan pengendalian biaya operasionalnya. Dengan adanya efisiensi biaya ini maka keuntungan yang diperoleh bank semakin
besar. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.623.DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio BOPO cukup baik berkisar antara 94 sampai 96 dan
semakin rendah rasio ini maka semakin baik kesehatan bank tersebut.
2.1.9 Capital Adequacy Ratio CAR
Menurut Dendawijaya 2005:121, “Capital Adequacy Ratio adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk
menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan”. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana aktiva bank yang
mengandung risiko seperti kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain, dibiayai dari dana modal sendiri bank seperti dana masyarakat,
pinjaman utang, dan lain-lain. Dengan kata lain, CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan
kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan
operasi bank. Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Modal
bukan saja sebagai salah satu sumber penting dalam memenuhi kebutuhan dana
Universitas Sumatera Utara
34
bank, tetapi juga posisi modal akan mempengaruhi keputusan-keputusan manajemen dalam pencapaian laba dan kemungkinan timbulnya risiko.
Capital Adequacy Ratio CAR termasuk salah satu rasio yang mengukur solvabilitas. Menurut Kasmir 2004:275, ”Rasio solvabilitas merupakan
ukuran kemampuan bank mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya”. Atau bisa juga dikatakan rasio ini sebagai alat ukur untuk
melihat tingkat efisiensi pihak manajemen bank tersebut dalam menjalankan aktivitasnya.
Perhitungan CAR diperoleh dari perbandingan modal sendiri dengan aktiva tertimbang menurut risiko ATMR yang dihitung bank. Perbandingan
ini dianggap dapat memberi indikasi sampai seberapa jauh suatu bank dapat mengalami berbagai bentuk kerugian, tetapi masih mempunyai modal yang
cukup untuk menjamin keamanan dana bank. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut sesuai SE No.623DPNP
Tanggal 31 Mei 2004 :
CAR = Modal Bank
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko × 100
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan masing-masing bobot risiko aktiva.
Aktiva yang paling tidak berisiko diberi bobot 0 dan aktiva yang paling berisiko diberi bobot 100. Dengan demikian, ATMR menunjukkan nilai
aktiva berisiko yang memerlukan antisipasi modal dalam jumlah yang cukup.
Universitas Sumatera Utara
35
CAR memberikan indikasi apakah permodalan yang ada telah memadai atau tidak dan sebagai dasar untuk menilai prospek kelanjutan usaha bank
bersangkutan. CAR menyatakan jumlah modal minimal yang harus dimiliki oleh suatu bank sehingga kepentingan para investor dapat terlindungi dari
ancaman terjadinya insolvensi kegiatan usaha perbankan. Menurut Widjanarto 2003:165, posisi CAR suatu bank sangat tergantung pada hal-hal berikut ini :
1. Jenis aktiva serta besarnya risiko yang melekat padanya, 2. Kualitas aktiva atau tingkat kolektibilitasnya,
3. Total aktiva suatu bank, 4. Kemampuan bank untuk meningkatkan pendapatan dan laba.
Sesuai dengan Surat Edaran BI Nomor: 265BPPP tanggal 29 Mei 1993, besarnya CAR yang harus dicapai oleh suatu bank minimal 8 sejak akhir
tahun 1995. Hal ini didasarkan kepada ketentuan yang ditetapkan oleh BIS Bank for International Settlement. Dan sejak akhir tahun 1997 CAR yang
harus dicapai minimal 9. Tetapi karena kondisi perbankan nasional sejak akhir 1997 terpuruk yang ditandai dengan banyaknya bank yang dilikuidasi,
maka sejak Oktober tahun 1998 besarnya CAR diklasifikasikan dalam 3 kelompok. Klasifikasi bank sejak 1998 sampai 2007 dikelompokkan sebagai
berikut : 1. Bank sehat dengan klasifikasi A, jika memiliki CAR lebih dari 8.
2. Bank take over BTO atau dalam penyehatan oleh BPPN Badan Penyehatan Perbankan Nasional dengan klasifikasi B, jika bank tersebut
memiliki CAR antara –25 sampai dengan dari 8.
Universitas Sumatera Utara
36
3. Bank Beku Operasi BBO dengan klasifikasi C, jika memiliki CAR kurang dari –25. Bank dengan klasifikasi C inilah yang di likuidasi.
Permasalahan modal umumnya adalah berapa modal yang harus disediakan oleh pemilik sehingga keamanan pihak ketiga dapat terjaga. Capital
Adequacy Ratio CAR adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Dengan
CAR yang tinggi berarti bank tersebut semakin solvable, dimana bank memiliki modal yang cukup guna menjalankan usahanya sehingga akan
meningkatkan keuntungan karena semakin tinggi CAR maka semakin baik kinerja dan kemampuan bank tersebut untuk menanggung resiko dari setiap
kredit atau aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi maka bank tersebut mampu membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi
yang cukup besar bagi profitabilitas dan permodalan. Semakin tinggi nilai CAR menunjukkan semakin sehat bank tersebut.
Semakin besar persentase CAR suatu bank menunjukkan semakin besar daya tahan suatu bank dalam menghadapi penyusutan nilai aset bank yang timbul
karena adanya aset yang bermasalah. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.623.DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio CAR cukup baik
berkisar antara 8 dan semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kesehatan bank tersebut.
Universitas Sumatera Utara
37
2.1.10 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Situmorang dengan judul “Pengaruh
Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Capital Adequacy Ratio CAR pada Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
secara parsial, IML dan ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR, LDR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap CAR, GWM
berpengaruhi negatif dan signifikan terhadap CAR. Penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dengan judul “Pengaruh
Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Capital Adequacy Ratio CAR pada Sektor Perbankan Terbuka di Indonesia”. Hasil penelitian ini menyatakan
bahwa secara parsial, LDR dan ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR sedangkan ROE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
CAR. Secara simultan, LDR, ROA dan ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR.
Penelitian yang dilakukan oleh Siregar dengan judul “Pengaruh LDR Loan to deposit Ratio, NPL Non Performing Loan, ROA Return On
Asset dan BOPO Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional terhadap Kecukupan Modal Perbankan pada Bank yang Terdaftar di BEI”.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara parsial, LDR NPL dan BOPO berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap CAR sedangkan ROA
berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR. Secara simultan, LDR, NPL, ROA dan BOPO berpengaruh terhadap CAR.
Universitas Sumatera Utara
38
Penelitian yang dilakukan oleh Sinaga dengan judul “Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Kecukupan Modal pada Bank Umum
Nasional”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa secara parsial. ROE, IML dan NPM berpengaruh signifikan terhadap CAR sedangkan LDR dan QR
berpengaruh tidak signifikan terhadap CAR. Secara simultan, ROE, IML, NPM dan QR berpengaruh signifikan terhadap CAR.
Penelitian yang dilakukan oleh Pane dengan judul “Hubungan Profitabilitas dan Likuiditas dengan Capital Adequacy Ratio CAR pada PT.
Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk”. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa Secara parsial, IML, ROE dan LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap CAR sedangkan QR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap CAR.
Universitas Sumatera Utara
39
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Sumber: Hasil Olahan Peneliti 2012
Nama Peneliti
Judul Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
Patar Sardo Situmorang
2011 Pengaruh Profitabilitas dan
Likuiditas terhadap Capital Adequacy Ratio
CAR pada Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk
Variabel independen:
IML, ROE, LDR, GWM
Variabel dependen:
CAR Secara parsial, IML dan ROE
berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR, LDR berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap CAR, GWM berpengaruhi negatif
dan signifikan terhadap CAR.
Lusi Wulandari
2010 Pengaruh Likuiditas dan
Profitabilitas terhadap Capital Adequacy Ratio
CAR pada Sektor Perbankan Terbuka di
Indonesia
Variabel independen:
LDR, ROA, ROE
Variabel dependen:
CAR Secara parsial, LDR dan ROA
berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR sedangkan ROE
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap CAR.
Secara simultan, LDR, ROA dan ROE berpengaruh positif dan
signifikan terhadap CAR.
Netty I. Siregar
2010 Pengaruh LDR Loan to
deposit Ratio, NPL Non Performing Loan, ROA
Return On Asset dan BOPO Beban Operasional
terhadap Pendapatan Operasional terhadap
Kecukupan Modal Perbankan pada Bank
yang Terdaftar di BEI
Variabel Independen:
LDR, NPL, ROA, BOPO
Variabel dependen:
CAR Secara parsial, LDR, NPL, BOPO
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap CAR sedangkan
ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap CAR.
Secara simultan, LDR, NPL, ROA dan BOPO berpengaruh terhadap
CAR.
Fatma Zuleira
Sinaga 2008
Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap
Kecukupan Modal pada Bank Umum Nasional
Variabel independen:
ROE, IML, NPM, LDR,
QR
Variabel dependen:
CAR Secara parsial, ROE, IML dan NPM
berpengaruh signifikan terhadap CAR sedangkan LDR dan QR
berpengaruh tidak signifikan terhadap CAR.
Secara simultan, ROE, IML, NPM, LDR dan QR berpengaruh signifikan
terhadap CAR. Tangi Ceria
Isabella Pane
2007 Hubungan Profitabilitas
dan Likuiditas dengan Capital Adequacy Ratio
CAR pada PT. Bank Rakyat Indonesia
Persero, Tbk
Variabel independen:
IML, ROE, LDR, QR
Variabel dependen:
CAR Secara parsial, IML, ROE dan LDR
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap CAR sedangkan
QR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap CAR.
Universitas Sumatera Utara
40
2.2 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan pustaka dan hasil penelitian
terdahulu, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut ini :
H1
H2
H3
H4
H5
H6 Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Dari kerangka konseptual diatas, dapat diketahui bahwa yang merupakan variabel Independen adalah LDR Loan to Deposit Ratio, NPL Non Performing
Loan, ROE Return On Equity, IML Interest Margin on Loan dan BOPO Loan to Deposit Ratio
LDR Non Performing Loan
NPL Return On Equity
ROE Interest Margin on Loan
IML Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional BOPO
Kecukupan Modal
CAR
Universitas Sumatera Utara
41
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional. Sedangkan yang menjadi variabel dependen adalah kecukupan modal CAR. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dan secara simultan.
2.3 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis.
Berdasarkan perumusan masalah dan tinjauan pustaka maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : LDR Loan to Deposit Ratio berpengaruh terhadap kecukupan modal
CAR. H2 :
NPL Non Performing Loan berpengaruh terhadap kecukupan modal CAR.
H3 : ROE Return On Equity berpengaruh terhadap kecukupan modal CAR.
H4 : IML Interest Margin on Loan berpengaruh terhadap kecukupan modal
CAR. H5 :
BOPO Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh terhadap kecukupan modal CAR.
H6 : LDR Loan to Deposit Ratio, NPL Non Performing Loan, ROE Return
On Equity, IML Interest Margin on Loan, BOPO Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional secara simultan berpengaruh terhadap
kecukupan modal CAR.
Universitas Sumatera Utara
42
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif kausal. Menurut Sangadji dan Sopiah 2010:30, “Penelitian asosiatif adalah suatu penelitian yang bertujuan
mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih”. Menurut Umar 2009:35 “Penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis
hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain”. Dalam penelitian ini akan dilihat pengaruh
LDR Loan to Deposit Ratio, NPL Non Performing Loan, ROE Return On Equity, IML Interest Margin on Loan dan BOPO Biaya Operasional terhadap
Pendapatan Operasional terhadap kecukupan modal pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI. Dengan demikian,
peneliti akan menggunakan data-data yang disediakan oleh Bursa Efek Indonesia BEI dilihat melalui laporan keuangan perusahaan perbankan pada periode 2005-
2011. Adapun jadwal penelitian ini adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara