Tabel 4.16 Lanjutan Jawaban
No Pertanyaan
f
4 Keamanan pasien dan pengunjung
a. Tidak Puas
b. Puas
c. Sangat Puas
18 45
13 23,7
59,2 17,1
5 Penerangan lampu pada bangsal dan halaman puskesmas
waktu malam a.
Tidak Puas b.
Puas c.
Sangat Puas 38
38 50,0
50,0 0,0
6 Tempat parkir kendaraan puskesmas
a. Tidak Puas
b. Puas
c. Sangat Puas
22 54
28,9 71,1
0,0 Berdasarkan hasil penelitian terhadap persepsi responden pada indikator
persepsi responden terhadap kondisi fisik puskesmas secara umum diperoleh 78,9 responden menyatakan puas dengan keterjangkauan puskesmas, 89,5 responden
menyatakan puas dengan keadaan halaman dan lingkungan puskesmas, 75,0 responden menyatakan puas dengan kebersihan dan kerapian gedung, koridor dan
bangsal puskesmas, 59,2 responden menyatakan puas dengan keamanan pasien dan pengunjung, masing-masing 50,0 responden tidak puas dan puas dengan
penerangan lampu pada halaman dan bangsal puskesmas waktu malam, dan 71,1 responden menyatakan puas dengan tempat parkir puskesmas.
f. Persepsi terhadap Kondisi Fisik Ruang Perawatan
Rincian jawaban responden terhadap indikator persepsi kondisi fisik ruang perawatan akan disajikan dalam Tabel 4.17.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Tentang Pertanyaan Persepsi Kepala Keluarga Terhadap Kondisi Fisik
Ruang Perawatan
Jawaban No
Pertanyaan f
1 Kebersihan dan kerapian ruang perawatan
a. Tidak Puas
b. Puas
c. Sangat Puas
48 28
63,2 36,8
0,0 2
Penerangan lampu pada ruang perawatan a.
Tidak Puas b.
Puas c.
Sangat Puas 63
13 82,9
17,1 0,0
3 Kelengkapan perabot ruang perawatan
a. Tidak Puas
b. Puas
c. Sangat Puas
52 24
68,4 31,6
0,0 4
Ruang perawatan bebas dari serangga semut, lalat, nyamuk a.
Tidak Puas b.
Puas c.
Sangat Puas 45
31 59,2
49,8 0,0
Berdasarkan hasil penelitian terhadap persepsi responden pada indikator persepsi responden terhadap kondisi fisik ruang perawatan diperoleh 63,2
responden menyatakan tidak puas dengan kebersihan dan kerapian ruang perawatan, 82,9 responden menyatakan tidak puas dengan penerangan lampu pada ruang
perawatan, 68,4 responden menyatakan tidak puas dengan kelengkapan perabot ruang perawatan dan 59,2 responden menyatakan tidak puas dengan ruang
perawatan karena belum bebas dari serangga semut, lalat dan nyamuk.
Universitas Sumatera Utara
g. Persepsi terhadap Pelayanan Administrasi
Rincian jawaban responden terhadap indikator persepsi pelayanan administrasi akan disajikan dalam Tabel 4.18 di bawah ini
Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban tentang Pertanyaan Persepsi Kepala Keluarga Terhadap Pelayanan
Administrasi
Jawaban No
Pertanyaan f
1 Pelayanan administrasi berbelit-belit dan menyulitkan
a. Tidak Puas
b. Puas
c. Sangat Puas
49 27
64,5 35,5
0,0 2
Peraturan keuangan sebelum masuk ruang perawatan a.
Tidak Puas b.
Puas c.
Sangat Puas 25
51 32,9
67,1 0,0
3 Cara pembayaran biaya perawatan selama dirawat
a. Tidak Puas
b. Puas
c. Sangat Puas
31 45
40,8 59,2
0,0 4
Penyelesaian administrasi menjelang pulang a.
Tidak Puas b.
Puas c.
Sangat Puas 39
37 51,3
48,7 0,0
5 Sikap dan perilaku petugas administrasi menjelang pulang
a. Tidak Puas
b. Puas
c. Sangat Puas
35 41
46,1 53,9
0,0 Berdasarkan hasil penelitian terhadap persepsi responden pada indikator
persepsi responden terhadap pelayanan administrasi diperoleh 64,5 responden menyatakan tidak puas dengan pelayanan administrasi karena berbelit-belit, 67,1
responden menyatakan puas dengan peraturan keuangan sebelum masuk ruangan, 59,2 responden menyatakan puas dengan cara pembayaran biaya perawatan, 48,7
Universitas Sumatera Utara
responden menyatakan puas dengan penyelesaian administrasi menjelang pulang dan 53,9 responden menyatakan puas dengan sikap dan perilaku petugas administrasi
puskesmas. 4.3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara 2, yaitu independen dan dependen pada penelitian ini. Sebagai independen dalam penelitian
ini adalah faktor predisposisi masyarakat Etnis Tionghoa, yang meliputi faktor: i umur; ii jenis kelamin; iii jumlah anggota keluarga; iv tingkat pendapatan; v
tingkat pendidikan; vi pekerjaan; vii solidaritas komunal; viii tingkat pengetahuan; ix sikap; dan x persepsi. Variabel dependen adalah pemanfaatan
pelayanan kesehatan di puskesmas. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan analisis Chi-Square, namun jika tidak memenuhi syarat untuk dianalisis dengan
analisis Chi-Square, maka akan dilakukan dengan analisis Fishe Exact Test..
4.3.1 Hubungan Demografi dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas.
Sebagian besar kepala keluarga yang berumur 15-49 tahun tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas, yaitu sebanyak 36 orang 78,3, demikian juga kepala
keluarga yang berumur 50-59 tahun, distribusi frekuensi yang tidak memanfaatkan 17 orang 56,7 lebih tinggi dari yang memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Berdasarkan analisis
bivariat antara umur dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas, diperoleh nilai probabilitasnya p=0,081. Artinya, tidak ada hubungan umur dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan di puskesmas.
Universitas Sumatera Utara
Dari 63 kepala keluarga yang berjenis kelamin laki-laki, 44 orang 69,8 tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas, dan dari 13 kepala keluarga yang berjenis
kelamin perempuan, 9 orang 69,2 tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Berdasarkan analisis bivariat antara jenis kelamin kepala keluarga dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas, diperoleh nilai probabilitasnya p 0,602. Artinya, tidak ada hubungan jenis kelamin kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan
kesehatan di puskesmas. Dari 57 kepala keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak, 45
responden 78,9 tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas, dan dari 19 orang kepala keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga yang sedikit, 11 orang
57,9 memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas. Berdasarkan analisis bivariat antara jenis kelamin kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas,
diperoleh nilai probabilitasnya p 0,006. Artinya, ada hubungan jumlah anggota keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas.
Tabel 4.19
Tabulasi Silang Variabel Demografi dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Panipahan, Kecamatan Pasir Limau Kapas,
Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau Tahun 2009
Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas Memanfaatkan
Tidak Memanfaatkan
Jumlah p
Demografi
N n
n Umur
15-49 tahun 50-59 tahun
10 13
21,7 43,3
36 17
78,3 56,7
46 30
100,0 100,0
0,081
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan
19 4
30,2 30,8
44 9
69,8 69,2
63 13
100,0 100,0
1,000
Jumlah Anggota Keluarga
Banyak Sedikit
12 11
21,1 57,9
45 8
78,9 42,1
57 19
100,0 100,0
0,006
Universitas Sumatera Utara
4.3.2 Hubungan Struktur Sosial dengan Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas.
Distribusi frekuensi pendapatan kepala keluarga di bagi atas dua kategori, yaitu: kategori tinggi jika pendapatan kepala keluarga lebih besar dari median yaitu
Rp.1.509.210,53 dan kategori rendah jika pendapatan kepala keluarga lebih kecil atau sama dengan median. Berdasarkan Tabel 4. 20 diperoleh bahwa jumlah kepala keluarga yang
berpendapatan tinggi dan rendah memiliki frekuensi yang sama. Berdasarkan analisis bivariat antara pendapatan kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas,
diperoleh nilai probabilitasnya p 0,023. Artinya ada hubungan pendapatan kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas.
Dari 39 kepala keluarga yang memiliki tingkat pendidikan rendah, 27 orang 69,2 tidak memanfaatkan pelayanan puskesmas, selebihnya memanfaatkan pelayanan kesehatan di
Puskesmas, dan dari 37 kepala keluarga yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, 26 orang 69,2 tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Berdasarkan analisis
bivariat antara tingkat pendidikan kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas, diperoleh nilai probabilitasnya p 0,003. Artinya ada hubungan tingkat
pendidikan kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas. Pekerjaan kepala keluarga terdiri dari empat jenis pekerjaan, yaitu: nelayan, buruh,
wiraswasta dan petani, namun hanya dua jenis pekerjaan yang ada pada sampel penelitian, yaitu nelayan dan wiraswasta. Pada pekerjaan nelayan terdapat 34 kepala keluarga yang
memiliki pekerjaan sebagai nelayan, 29 orang 85,3 tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas, selebihnya memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas, dari
42 kepala keluarga yang memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta 24 orang 57,1 memanfaatkan memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Berdasarkan analisis
Universitas Sumatera Utara
bivariat antara tingkat pendidikan kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas, diperoleh nilai probabilitasnya p 0,016. Artinya ada hubungan jenis
pekerjaan kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas. Solidaritas komunal kepala keluarga terdiri atas dua kategori, yaitu: rendah dan
tinggi. Dari 35 kepala keluarga yang memiliki kategori solidaritas komunal rendah, 34 orang 97,1 tidak memanfaatkan memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas, selebihnya
memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas, dari 41 kepala keluarga yang memiliki solidaritas komunal tinggi, 22 orang 53,7 memanfaatkan pelayanan kesehatan di
Puskesmas. Berdasarkan analisis bivariat antara solidaritas komunal kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas, diperoleh nilai probabilitasnya p 0,000.
Artinya, ada hubungan solidaritas komunal kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas.
Tabel 4.20
Tabulasi Silang Struktur Sosial dengan Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas Panipahan, Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten
Rokan Hilir, Provinsi Riau Tahun 2009
Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas Jumlah
p Memanfaatkan
Tidak Memanfaatkan
Struktur Sosial n
n n
Tingkat Pendapatan Rendah
Tinggi
12 41
50,0 78,8
12 11
50,0 21,2
24 52
100,0 100,0
0,023
Tingkat Pendidikan
Rendah Tinggi
12 11
30,8 29,7
27 26
69,2 70,3
39 37
100,0 100,0
0,003
Pekerjaan
Nelayan Wiraswasta
5 18
26,7 42,9
29 24
83,3 57,1
34 42
100,0 100,0
0,016
Solidaritas Komunal Tinggi
Rendah 1
22 2,9
53,7 34
19 97,1
46,3 35
41 100,0
100,0 0,000
Universitas Sumatera Utara
4.3.3 Hubungan Perilaku dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas. Tingkat pengetahuan kepala keluarga bagi atas tiga kategori, yaitu: kategori kurang,
sedang dan baik. Berdasarkan Tabel 4. 21 diperoleh bahwa jumlah kepala keluarga yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 24 orang, 19 orang 79,2 tidak
memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Dari 27 kepala keluarga yang memiliki tingkat pengetahuan sedang, 23 orang 85,2 tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di
Puskesmas. Pada kategori tingkat pengetahuan baik, 11 dari 25 orang 44,0 tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Berdasarkan analisis bivariat antara
pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas, diperoleh nilai probabilitasnya p 0,003. Artinya, ada hubungan pengetahuan kepala keluarga dengan
pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas. Sikap kepala keluarga bagi atas tiga kategori, yaitu: kategori kurang, sedang dan
baik. Berdasarkan Tabel 4. 21 diperoleh bahwa jumlah kepala keluarga yang memiliki sikap kurang sebanyak 10 orang, 9 orang 90,0 tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di
puskesmas. Dari 33 kepala keluarga yang memiliki sikap sedang, 23 orang 78,8 tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas. Pada kategori sikap baik, 18 dari 33 orang
54,5 tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas. Berdasarkan analisis bivariat antara sikap dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas, diperoleh nilai
probabilitasnya p 0,033. Artinya, ada hubungan sikap kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas.
Persepsi kepala keluarga bagi atas tiga kategori, yaitu: kategori kurang, sedang dan baik. Berdasarkan Tabel 4. 21 diperoleh bahwa jumlah kepala keluarga yang memiliki
persepsi kurang sebanyak 11 orang, 9 orang 81,8 tidak memanfaatkan pelayanan
Universitas Sumatera Utara
kesehatan di Puskesmas. Dari 52 kepala keluarga yang memiliki persepsi sedang, 41 orang 78,8 tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas. Pada kategori persepsi baik,
9 dari 12 orang 75,0 memanfaatkan pelayanan puskesmas. Berdasarkan analisis bivariat antara persepsi dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas, diperoleh nilai
probabilitasnya p 0,001. Artinya, ada hubungan persepsi kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas.
Tabel 4.21 Tabulasi Silang Perilaku dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di
Puskesmas Panipahan, Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau Tahun 2009
Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas Jumlah
p Memanfaatkan
Tidak Memanfaatkan
Perilaku n
n n
Pengetahuan Kurang
Sedang
Baik
5 4
14 20,8
14,8 56,0
19 23
11 79,2
85,2 44,0
24 27
25 100,0
100,0 100,0
0,003
Sikap
Kurang Sedang
Baik 1
7 15
10,0 21,2
45,5 9
26 18
90,0 78,8
54,5 10
33 33
100,0 100,0
100,0 0,033
Persepsi
Kurang Sedang
Baik 9
11 2
75,0 21,2
18,2 3
41 9
25,0 78,8
81,8 12
52 11
100,01 00,0
100,0 0,001
4.4 Analisis Multivariat
Untuk mengetahui pengaruh faktor predisposisi masyarakat Tionghoa yang meliputi faktor: demografi umur, jenis kelamin dan jumlah anggota keluarga, struktur sosial tingkat
pendapatan, tingkat pendidikan, solidaritas komunal dan pekerjaan dan perilaku tingkat pengetahuan, sikap dan persepsi terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas,
maka dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda
Universitas Sumatera Utara
dengan menggunakan metode backward stepwise, yaitu mengeluarkan variabel yang tidak memenuhi untuk penganalisisan multivariat satu persatu secara bertahap.
Sebelum melakukan penganalisisan atau pemodelan secara multivariat, maka terlebih dahulu dilakukan seleksi bivariat untuk menentukan variabel independen yang memenuhi
kriteria untuk dimasukkan dalam analisis multivariat. Variabel independen akan disebut memenuhi syarat untuk dimasukkan pada analisis multivariat, jika nilai probabilitasnya
p0,25. Selanjutnya, variabel yang memiliki probabiliti p0,05 pada penganalisisan multivariat akan dipertahankan untuk menghasilkan pemodelan, sedangkan variabel yang
memiliki probabilitas p0,05 akan dikeluarkan dari pemodelan multivariat. Berdasarkan hasil seleksi bivariat diperoleh bahwa nilai probabilitas jenis kelamin p
1,000. Variabel tersebut memiliki nilai probabilitas p 0,25 sehingga tidak dimasukkan dalam analisis multivariat, sedangkan umur p 0,081, jumlah anggota keluarga p 0,006,
tingkat pendapatan p 0,023, tingkat pendidikan p 0,007, pekerjaan p 0,016, solidaritas komunal p 0,000, tingkat pengetahuan p 0,003, sikap p 0,033 dan persepsi p 0,001
memiliki nilai probabilitas p0,25 sehingga perlu dimasukkan dalam analisis multivariat dengan analisis regresi logistik ganda.
Hasil akhir analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik ganda diperoleh hasil seperti yang disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.22
Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik Ganda Pengaruh Faktor Predisposisi Masyarakat Tionghoa Terhadap Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan di Puskesmas Panipahan Kecamatan Limau Kapas Tahun 2009
95.0 C.I.for EXPB B
S.E P
Exp B Lower
Upper
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan -2.151
1.191 .027
0.116 0.000
1.223 Pendapatan
-20.574 5.9083
.001 0.032
-0.201 2.067
Pekerjaan 12.848
2.9543 .000
1.4459 0.4780
4.9980 Sikap 1
1.198 3.5953
.046 0.9447
0.089 3.8331
Sikap 2 -2.708
1.372 .005
0.067 0.001
0.467 Solidaritas Komunal
21.092 4.8873
.004 3.7995
1.1870 9.6670
Konstanta -38.871
9.7753 .027
.000 Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa seluruh variabel sudah memiliki nilai
probabiliti p 0,05, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan, pendapatan, pekerjaan, sikap dan solidaritas komunal berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan
kesehatan di Puskesmas Panipahan Kecamatan Limau Kapas Tahun 2009. Dari hasil analisis regresi logistik ganda di atas dapat dihasilkan probabilitas
pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas yang dituliskan dengan persamaan Logit px =
z
e
−
+ 1
1
, sehingga persamaan akhir untuk probabilitasnya adalah:
px=
komunal s
solidarita 21.092
Sikap 2.708
- pekerjaan
12.848 Pendapatan
20.574 -
Pendidikan 2.151
- 38.871
-
1 1
+ +
−
+ e
. Berdasarkan nilai coeficient B, maka variabel solidaritas komunal memiliki nilai koefisien
yang paling besar yaitu sebesar 21,092. Ini menunjukkan bahwa variabel tersebut merupakan variabel yang paling dominan memengaruhi pemanfaatan puskesmas. Besar pengaruh
tersebut dilihat dari exp B. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda, diperoleh nilai exp B sebesar 3,7995. Hal ini menunjukkan bahwa peluang responden untuk memanfaatkan
pelayanan kesehatan hampir 4 kali lebih besar pada masyarakat yang memiliki solidaritas komunal rendah dibanding solidaritas komunal yang tinggi.
Nilai percentage correct yang diperoleh sebesar 90,7, yang artinya variabel pendidikan, pendapatan, pekerjaan, sikap dan solidaritas komunal bisa menjelaskan
Universitas Sumatera Utara
pengaruhnya terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Panipahan Kecamatan Limau Kapas Tahun 2009 sebesar 90,7, sedangkan sisanya sebesar 8,3 dijelaskan oleh
faktor lain seperti jumlah anggota keluarga, jenis kelamin dan faktor lainnya. Hasil persamaan logistik tersebut juga bisa menjelaskan bahwa jika responden
memiliki pendidikan yang rendah, pendapatan yang rendah, bekerja sebagai nelayan, memiliki sikap yang kurang baik dan solidaritas komunal yang rendah, maka peluang
memanfaatkan pelayanan kesehatan Puskesmas sebesar px=
komunal s
solidarita 21.092
Sikap 2.708
- pekerjaan
12.848 Pendapatan
20.574 -
Pendidikan 2.151
- 38.871
-
1 1
+ +
−
+ e
.
px=
21.092 2.708
- 12.848
20.574 -
2.151 -
38.871 -
7182818 ,
2 1
1
+ +
−
+
. Px = 1,31x10
-16
Dengan kata lain, hampir tidak ada ≈0peluang pemanfaatan pelayanan puskesmas
jika responden memiliki karakteristik di atas
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Panipahan Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau
Pemanfaatan pelayanan puskesmas oleh kepala keluarga yang memiliki etnis Tionghoa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari proporsi pemanfaatan pelayanan kesehatan
di puskesmas di Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau pada kategori tidak memanfaatkan, yaitu sebanyak 53 responden
69,7. Hal ini disebabkan oleh persepsi etnis Tionghoa yang tidak baik terhadap kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, khususnya jika dilihat dari aspek fasilitas fisik
puskesmas. Responden menyatakan tidak puas terhadap 4 empat pertanyaan tentang fasilitas puskesmas, yaitu: kebersihan dan kerapian ruang perawatan, penerangan,
kelengkapan perabot dan kebersihan ruangan dari serangga. Demikian juga pada aspek pelayanan administrasi puskesmas, 64,5 responden menyatakan bahwa pelayanan
admisnistrasi puskemas berbelit-belit, sehingga mereka tidak mau memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka Puskesmas Panipahan Kecamatan Pasir Limau Kapas perlu membuat kebijakan prosedur tetap pelayanan puskesmas. Menetapkan
prosedur atau tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh seorang pasien jika hendak memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas.
5.2 Pengaruh Faktor Predisposisi Masyarakat Tionghoa terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Panipahan, Kecamatan Pasir Limau Kapas,
Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau
5.2.1 Pengaruh Umur terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Panipahan, Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau
Universitas Sumatera Utara