Persepsi terhadap Kondisi Fisik Ruang Perawatan Analisis Multivariat

Tabel 4.16 Lanjutan Jawaban No Pertanyaan f 4 Keamanan pasien dan pengunjung a. Tidak Puas b. Puas c. Sangat Puas 18 45 13 23,7 59,2 17,1 5 Penerangan lampu pada bangsal dan halaman puskesmas waktu malam a. Tidak Puas b. Puas c. Sangat Puas 38 38 50,0 50,0 0,0 6 Tempat parkir kendaraan puskesmas a. Tidak Puas b. Puas c. Sangat Puas 22 54 28,9 71,1 0,0 Berdasarkan hasil penelitian terhadap persepsi responden pada indikator persepsi responden terhadap kondisi fisik puskesmas secara umum diperoleh 78,9 responden menyatakan puas dengan keterjangkauan puskesmas, 89,5 responden menyatakan puas dengan keadaan halaman dan lingkungan puskesmas, 75,0 responden menyatakan puas dengan kebersihan dan kerapian gedung, koridor dan bangsal puskesmas, 59,2 responden menyatakan puas dengan keamanan pasien dan pengunjung, masing-masing 50,0 responden tidak puas dan puas dengan penerangan lampu pada halaman dan bangsal puskesmas waktu malam, dan 71,1 responden menyatakan puas dengan tempat parkir puskesmas.

f. Persepsi terhadap Kondisi Fisik Ruang Perawatan

Rincian jawaban responden terhadap indikator persepsi kondisi fisik ruang perawatan akan disajikan dalam Tabel 4.17. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban Tentang Pertanyaan Persepsi Kepala Keluarga Terhadap Kondisi Fisik Ruang Perawatan Jawaban No Pertanyaan f 1 Kebersihan dan kerapian ruang perawatan a. Tidak Puas b. Puas c. Sangat Puas 48 28 63,2 36,8 0,0 2 Penerangan lampu pada ruang perawatan a. Tidak Puas b. Puas c. Sangat Puas 63 13 82,9 17,1 0,0 3 Kelengkapan perabot ruang perawatan a. Tidak Puas b. Puas c. Sangat Puas 52 24 68,4 31,6 0,0 4 Ruang perawatan bebas dari serangga semut, lalat, nyamuk a. Tidak Puas b. Puas c. Sangat Puas 45 31 59,2 49,8 0,0 Berdasarkan hasil penelitian terhadap persepsi responden pada indikator persepsi responden terhadap kondisi fisik ruang perawatan diperoleh 63,2 responden menyatakan tidak puas dengan kebersihan dan kerapian ruang perawatan, 82,9 responden menyatakan tidak puas dengan penerangan lampu pada ruang perawatan, 68,4 responden menyatakan tidak puas dengan kelengkapan perabot ruang perawatan dan 59,2 responden menyatakan tidak puas dengan ruang perawatan karena belum bebas dari serangga semut, lalat dan nyamuk. Universitas Sumatera Utara

g. Persepsi terhadap Pelayanan Administrasi

Rincian jawaban responden terhadap indikator persepsi pelayanan administrasi akan disajikan dalam Tabel 4.18 di bawah ini Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jawaban tentang Pertanyaan Persepsi Kepala Keluarga Terhadap Pelayanan Administrasi Jawaban No Pertanyaan f 1 Pelayanan administrasi berbelit-belit dan menyulitkan a. Tidak Puas b. Puas c. Sangat Puas 49 27 64,5 35,5 0,0 2 Peraturan keuangan sebelum masuk ruang perawatan a. Tidak Puas b. Puas c. Sangat Puas 25 51 32,9 67,1 0,0 3 Cara pembayaran biaya perawatan selama dirawat a. Tidak Puas b. Puas c. Sangat Puas 31 45 40,8 59,2 0,0 4 Penyelesaian administrasi menjelang pulang a. Tidak Puas b. Puas c. Sangat Puas 39 37 51,3 48,7 0,0 5 Sikap dan perilaku petugas administrasi menjelang pulang a. Tidak Puas b. Puas c. Sangat Puas 35 41 46,1 53,9 0,0 Berdasarkan hasil penelitian terhadap persepsi responden pada indikator persepsi responden terhadap pelayanan administrasi diperoleh 64,5 responden menyatakan tidak puas dengan pelayanan administrasi karena berbelit-belit, 67,1 responden menyatakan puas dengan peraturan keuangan sebelum masuk ruangan, 59,2 responden menyatakan puas dengan cara pembayaran biaya perawatan, 48,7 Universitas Sumatera Utara responden menyatakan puas dengan penyelesaian administrasi menjelang pulang dan 53,9 responden menyatakan puas dengan sikap dan perilaku petugas administrasi puskesmas. 4.3. Analisis Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara 2, yaitu independen dan dependen pada penelitian ini. Sebagai independen dalam penelitian ini adalah faktor predisposisi masyarakat Etnis Tionghoa, yang meliputi faktor: i umur; ii jenis kelamin; iii jumlah anggota keluarga; iv tingkat pendapatan; v tingkat pendidikan; vi pekerjaan; vii solidaritas komunal; viii tingkat pengetahuan; ix sikap; dan x persepsi. Variabel dependen adalah pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas. Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan analisis Chi-Square, namun jika tidak memenuhi syarat untuk dianalisis dengan analisis Chi-Square, maka akan dilakukan dengan analisis Fishe Exact Test..

4.3.1 Hubungan Demografi dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas.

Sebagian besar kepala keluarga yang berumur 15-49 tahun tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas, yaitu sebanyak 36 orang 78,3, demikian juga kepala keluarga yang berumur 50-59 tahun, distribusi frekuensi yang tidak memanfaatkan 17 orang 56,7 lebih tinggi dari yang memanfaatkan pelayanan Puskesmas. Berdasarkan analisis bivariat antara umur dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas, diperoleh nilai probabilitasnya p=0,081. Artinya, tidak ada hubungan umur dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas. Universitas Sumatera Utara Dari 63 kepala keluarga yang berjenis kelamin laki-laki, 44 orang 69,8 tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas, dan dari 13 kepala keluarga yang berjenis kelamin perempuan, 9 orang 69,2 tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Berdasarkan analisis bivariat antara jenis kelamin kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas, diperoleh nilai probabilitasnya p 0,602. Artinya, tidak ada hubungan jenis kelamin kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas. Dari 57 kepala keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak, 45 responden 78,9 tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas, dan dari 19 orang kepala keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga yang sedikit, 11 orang 57,9 memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas. Berdasarkan analisis bivariat antara jenis kelamin kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas, diperoleh nilai probabilitasnya p 0,006. Artinya, ada hubungan jumlah anggota keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas. Tabel 4.19 Tabulasi Silang Variabel Demografi dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Panipahan, Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau Tahun 2009 Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas Memanfaatkan Tidak Memanfaatkan Jumlah p Demografi N n n Umur 15-49 tahun 50-59 tahun 10 13 21,7 43,3 36 17 78,3 56,7 46 30 100,0 100,0 0,081 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 19 4 30,2 30,8 44 9 69,8 69,2 63 13 100,0 100,0 1,000 Jumlah Anggota Keluarga Banyak Sedikit 12 11 21,1 57,9 45 8 78,9 42,1 57 19 100,0 100,0 0,006 Universitas Sumatera Utara

4.3.2 Hubungan Struktur Sosial dengan Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas.

Distribusi frekuensi pendapatan kepala keluarga di bagi atas dua kategori, yaitu: kategori tinggi jika pendapatan kepala keluarga lebih besar dari median yaitu Rp.1.509.210,53 dan kategori rendah jika pendapatan kepala keluarga lebih kecil atau sama dengan median. Berdasarkan Tabel 4. 20 diperoleh bahwa jumlah kepala keluarga yang berpendapatan tinggi dan rendah memiliki frekuensi yang sama. Berdasarkan analisis bivariat antara pendapatan kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas, diperoleh nilai probabilitasnya p 0,023. Artinya ada hubungan pendapatan kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas. Dari 39 kepala keluarga yang memiliki tingkat pendidikan rendah, 27 orang 69,2 tidak memanfaatkan pelayanan puskesmas, selebihnya memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas, dan dari 37 kepala keluarga yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, 26 orang 69,2 tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Berdasarkan analisis bivariat antara tingkat pendidikan kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas, diperoleh nilai probabilitasnya p 0,003. Artinya ada hubungan tingkat pendidikan kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas. Pekerjaan kepala keluarga terdiri dari empat jenis pekerjaan, yaitu: nelayan, buruh, wiraswasta dan petani, namun hanya dua jenis pekerjaan yang ada pada sampel penelitian, yaitu nelayan dan wiraswasta. Pada pekerjaan nelayan terdapat 34 kepala keluarga yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan, 29 orang 85,3 tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas, selebihnya memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas, dari 42 kepala keluarga yang memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta 24 orang 57,1 memanfaatkan memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Berdasarkan analisis Universitas Sumatera Utara bivariat antara tingkat pendidikan kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas, diperoleh nilai probabilitasnya p 0,016. Artinya ada hubungan jenis pekerjaan kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas. Solidaritas komunal kepala keluarga terdiri atas dua kategori, yaitu: rendah dan tinggi. Dari 35 kepala keluarga yang memiliki kategori solidaritas komunal rendah, 34 orang 97,1 tidak memanfaatkan memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas, selebihnya memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas, dari 41 kepala keluarga yang memiliki solidaritas komunal tinggi, 22 orang 53,7 memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Berdasarkan analisis bivariat antara solidaritas komunal kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas, diperoleh nilai probabilitasnya p 0,000. Artinya, ada hubungan solidaritas komunal kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas. Tabel 4.20 Tabulasi Silang Struktur Sosial dengan Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas Panipahan, Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau Tahun 2009 Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas Jumlah p Memanfaatkan Tidak Memanfaatkan Struktur Sosial n n n Tingkat Pendapatan Rendah Tinggi 12 41 50,0 78,8 12 11 50,0 21,2 24 52 100,0 100,0 0,023 Tingkat Pendidikan Rendah Tinggi 12 11 30,8 29,7 27 26 69,2 70,3 39 37 100,0 100,0 0,003 Pekerjaan Nelayan Wiraswasta 5 18 26,7 42,9 29 24 83,3 57,1 34 42 100,0 100,0 0,016 Solidaritas Komunal Tinggi Rendah 1 22 2,9 53,7 34 19 97,1 46,3 35 41 100,0 100,0 0,000 Universitas Sumatera Utara 4.3.3 Hubungan Perilaku dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas. Tingkat pengetahuan kepala keluarga bagi atas tiga kategori, yaitu: kategori kurang, sedang dan baik. Berdasarkan Tabel 4. 21 diperoleh bahwa jumlah kepala keluarga yang memiliki tingkat pengetahuan kurang sebanyak 24 orang, 19 orang 79,2 tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Dari 27 kepala keluarga yang memiliki tingkat pengetahuan sedang, 23 orang 85,2 tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Pada kategori tingkat pengetahuan baik, 11 dari 25 orang 44,0 tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Berdasarkan analisis bivariat antara pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas, diperoleh nilai probabilitasnya p 0,003. Artinya, ada hubungan pengetahuan kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas. Sikap kepala keluarga bagi atas tiga kategori, yaitu: kategori kurang, sedang dan baik. Berdasarkan Tabel 4. 21 diperoleh bahwa jumlah kepala keluarga yang memiliki sikap kurang sebanyak 10 orang, 9 orang 90,0 tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas. Dari 33 kepala keluarga yang memiliki sikap sedang, 23 orang 78,8 tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas. Pada kategori sikap baik, 18 dari 33 orang 54,5 tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas. Berdasarkan analisis bivariat antara sikap dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas, diperoleh nilai probabilitasnya p 0,033. Artinya, ada hubungan sikap kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas. Persepsi kepala keluarga bagi atas tiga kategori, yaitu: kategori kurang, sedang dan baik. Berdasarkan Tabel 4. 21 diperoleh bahwa jumlah kepala keluarga yang memiliki persepsi kurang sebanyak 11 orang, 9 orang 81,8 tidak memanfaatkan pelayanan Universitas Sumatera Utara kesehatan di Puskesmas. Dari 52 kepala keluarga yang memiliki persepsi sedang, 41 orang 78,8 tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas. Pada kategori persepsi baik, 9 dari 12 orang 75,0 memanfaatkan pelayanan puskesmas. Berdasarkan analisis bivariat antara persepsi dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas, diperoleh nilai probabilitasnya p 0,001. Artinya, ada hubungan persepsi kepala keluarga dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas. Tabel 4.21 Tabulasi Silang Perilaku dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Panipahan, Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau Tahun 2009 Pemanfaatan Pelayanan Puskesmas Jumlah p Memanfaatkan Tidak Memanfaatkan Perilaku n n n Pengetahuan Kurang Sedang Baik 5 4 14 20,8 14,8 56,0 19 23 11 79,2 85,2 44,0 24 27 25 100,0 100,0 100,0 0,003 Sikap Kurang Sedang Baik 1 7 15 10,0 21,2 45,5 9 26 18 90,0 78,8 54,5 10 33 33 100,0 100,0 100,0 0,033 Persepsi Kurang Sedang Baik 9 11 2 75,0 21,2 18,2 3 41 9 25,0 78,8 81,8 12 52 11 100,01 00,0 100,0 0,001

4.4 Analisis Multivariat

Untuk mengetahui pengaruh faktor predisposisi masyarakat Tionghoa yang meliputi faktor: demografi umur, jenis kelamin dan jumlah anggota keluarga, struktur sosial tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, solidaritas komunal dan pekerjaan dan perilaku tingkat pengetahuan, sikap dan persepsi terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas, maka dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan metode backward stepwise, yaitu mengeluarkan variabel yang tidak memenuhi untuk penganalisisan multivariat satu persatu secara bertahap. Sebelum melakukan penganalisisan atau pemodelan secara multivariat, maka terlebih dahulu dilakukan seleksi bivariat untuk menentukan variabel independen yang memenuhi kriteria untuk dimasukkan dalam analisis multivariat. Variabel independen akan disebut memenuhi syarat untuk dimasukkan pada analisis multivariat, jika nilai probabilitasnya p0,25. Selanjutnya, variabel yang memiliki probabiliti p0,05 pada penganalisisan multivariat akan dipertahankan untuk menghasilkan pemodelan, sedangkan variabel yang memiliki probabilitas p0,05 akan dikeluarkan dari pemodelan multivariat. Berdasarkan hasil seleksi bivariat diperoleh bahwa nilai probabilitas jenis kelamin p 1,000. Variabel tersebut memiliki nilai probabilitas p 0,25 sehingga tidak dimasukkan dalam analisis multivariat, sedangkan umur p 0,081, jumlah anggota keluarga p 0,006, tingkat pendapatan p 0,023, tingkat pendidikan p 0,007, pekerjaan p 0,016, solidaritas komunal p 0,000, tingkat pengetahuan p 0,003, sikap p 0,033 dan persepsi p 0,001 memiliki nilai probabilitas p0,25 sehingga perlu dimasukkan dalam analisis multivariat dengan analisis regresi logistik ganda. Hasil akhir analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik ganda diperoleh hasil seperti yang disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 4.22 Hasil Akhir Analisis Regresi Logistik Ganda Pengaruh Faktor Predisposisi Masyarakat Tionghoa Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Panipahan Kecamatan Limau Kapas Tahun 2009

95.0 C.I.for EXPB B

S.E P Exp B Lower Upper Universitas Sumatera Utara Pendidikan -2.151 1.191 .027 0.116 0.000 1.223 Pendapatan -20.574 5.9083 .001 0.032 -0.201 2.067 Pekerjaan 12.848 2.9543 .000 1.4459 0.4780 4.9980 Sikap 1 1.198 3.5953 .046 0.9447 0.089 3.8331 Sikap 2 -2.708 1.372 .005 0.067 0.001 0.467 Solidaritas Komunal 21.092 4.8873 .004 3.7995 1.1870 9.6670 Konstanta -38.871 9.7753 .027 .000 Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa seluruh variabel sudah memiliki nilai probabiliti p 0,05, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan, pendapatan, pekerjaan, sikap dan solidaritas komunal berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Panipahan Kecamatan Limau Kapas Tahun 2009. Dari hasil analisis regresi logistik ganda di atas dapat dihasilkan probabilitas pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas yang dituliskan dengan persamaan Logit px = z e − + 1 1 , sehingga persamaan akhir untuk probabilitasnya adalah: px= komunal s solidarita 21.092 Sikap 2.708 - pekerjaan 12.848 Pendapatan 20.574 - Pendidikan 2.151 - 38.871 - 1 1 + + − + e . Berdasarkan nilai coeficient B, maka variabel solidaritas komunal memiliki nilai koefisien yang paling besar yaitu sebesar 21,092. Ini menunjukkan bahwa variabel tersebut merupakan variabel yang paling dominan memengaruhi pemanfaatan puskesmas. Besar pengaruh tersebut dilihat dari exp B. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik ganda, diperoleh nilai exp B sebesar 3,7995. Hal ini menunjukkan bahwa peluang responden untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan hampir 4 kali lebih besar pada masyarakat yang memiliki solidaritas komunal rendah dibanding solidaritas komunal yang tinggi. Nilai percentage correct yang diperoleh sebesar 90,7, yang artinya variabel pendidikan, pendapatan, pekerjaan, sikap dan solidaritas komunal bisa menjelaskan Universitas Sumatera Utara pengaruhnya terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Panipahan Kecamatan Limau Kapas Tahun 2009 sebesar 90,7, sedangkan sisanya sebesar 8,3 dijelaskan oleh faktor lain seperti jumlah anggota keluarga, jenis kelamin dan faktor lainnya. Hasil persamaan logistik tersebut juga bisa menjelaskan bahwa jika responden memiliki pendidikan yang rendah, pendapatan yang rendah, bekerja sebagai nelayan, memiliki sikap yang kurang baik dan solidaritas komunal yang rendah, maka peluang memanfaatkan pelayanan kesehatan Puskesmas sebesar px= komunal s solidarita 21.092 Sikap 2.708 - pekerjaan 12.848 Pendapatan 20.574 - Pendidikan 2.151 - 38.871 - 1 1 + + − + e . px= 21.092 2.708 - 12.848 20.574 - 2.151 - 38.871 - 7182818 , 2 1 1 + + − + . Px = 1,31x10 -16 Dengan kata lain, hampir tidak ada ≈0peluang pemanfaatan pelayanan puskesmas jika responden memiliki karakteristik di atas Universitas Sumatera Utara

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Panipahan Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau Pemanfaatan pelayanan puskesmas oleh kepala keluarga yang memiliki etnis Tionghoa masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari proporsi pemanfaatan pelayanan kesehatan di puskesmas di Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau pada kategori tidak memanfaatkan, yaitu sebanyak 53 responden 69,7. Hal ini disebabkan oleh persepsi etnis Tionghoa yang tidak baik terhadap kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, khususnya jika dilihat dari aspek fasilitas fisik puskesmas. Responden menyatakan tidak puas terhadap 4 empat pertanyaan tentang fasilitas puskesmas, yaitu: kebersihan dan kerapian ruang perawatan, penerangan, kelengkapan perabot dan kebersihan ruangan dari serangga. Demikian juga pada aspek pelayanan administrasi puskesmas, 64,5 responden menyatakan bahwa pelayanan admisnistrasi puskemas berbelit-belit, sehingga mereka tidak mau memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka Puskesmas Panipahan Kecamatan Pasir Limau Kapas perlu membuat kebijakan prosedur tetap pelayanan puskesmas. Menetapkan prosedur atau tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh seorang pasien jika hendak memanfaatkan pelayanan kesehatan di puskesmas. 5.2 Pengaruh Faktor Predisposisi Masyarakat Tionghoa terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Panipahan, Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau

5.2.1 Pengaruh Umur terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas

Panipahan, Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Determinan Pemanfaatan Pelayanan Rawat Jalan Di Puskesmas Batang Toru Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015

9 66 113

Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi

5 67 131

Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita Tbc Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara 2013

1 61 152

Pemanfaatan Modal Sosial Nelayan Etnis Tionghoa (Studi Pada : Nelayan Etnis Tionghoa di Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir, Riau)

0 55 116

Pengaruh Sosiodemografi, Sosiopsikologi dan Pelayanan Kesehatan terhadap Pemanfaatan Puskesmas oleh Masyarakat Raja Maligas Kec. Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun

6 120 176

Gambaran Distribusi Penyakit ISPA Pada Balita Di Puskesmas Sadabuan Kabupaten Tapanuli Selatao Tahun 2000

1 28 87

Determinan Pemanfaatan Puskesmas Oleh Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Talun Kenas Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang Tahun 2003

9 116 77

Persepsi Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Terhadap Pelayanan Kefarmasian Sesuai PP No. S1 Tahun 2009

1 47 57

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan - Pengaruh Faktor Predisposisi, Pemungkin dan Kebutuhan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Jampersal di Wilayah Kerja Puskesmas Parongil Kabupaten Dairi

0 0 32

PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DI KECAMATAN TANAH PUTIH KABUPATEN ROKAN HILIR PROVINSI RIAU - Repository IPDN

0 0 14