Menurut Rafael yang dikutip Tarigan 2002, tingkat penghasilan income seseorang berhubungan kuat dengan permintaan pelayanan kesehatan. Semakin tinggi
tingkat pendapatan seseorang, semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan fasilitas kesehatan yang lebih baik dan lengkap secara sarana dan prasarana.
Menurut data Susenas 2001, penduduk miskin lebih banyak memanfaatkan pelayanan Puskesmas untuk rawat inap, sedangkan penduduk kaya lebih akses pada
RS Swasta. Sedangkan untuk tingkat nasional, RS Pemerintah lebih banyak dimanfaatkan penduduk kawasan timur Indonesia yang relatif memiliki tingkat
pendapatan perkapitan lebih rendah dari kawasan barat Indonesia. Menurut Saadah 1999, yang dikutip oleh Lukito 2003, tingkat sosial
ekonomi sangat mempengaruhi seseorang terhadap pemilihan media, sumber informasi, dan kemampuan dalam membeli alat yang dibutuhkan dalam menunjang
kesehatannya.
2.6.4 Tingkat Pendidikan
Menurut Notoatmodjo 2002, kesehatan merupakan interaksi berbagai faktor, baik internal dalam diri manusia maupun eksternal di luar diri manusia.
Faktor internal terdiri dari faktor fisik dan psikis, sedangkan faktor eksternal terdiri dari kondisi sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi,
pendidikan, dan sebagainya. Menurut, Lukito 2003, pemanfaatan masyarakat terhadap berbagai fasilitas pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin mudah
Universitas Sumatera Utara
seseorang untuk memahami sebuah perubahan dan manfaat sebuah perubahan, khususnya dalam bidang kesehatan.
Menurut penelitian Prihardjo 2005, rendahnya pemanfaatan kesehatan Puskesmas dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang. Tingkat pendidikan
yang dimaksud bisa bersifat dualis. Disatu sisi, rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan Puskesmas dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang rendah. Masyarakat
tidak banyak mengerti tentang fasilitas dan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Puskesmas. Disisi lain, tingkat pengetahuan yang tinggi juga bisa
menyebabkan rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan Puskesmas. Hal ini dilihat masyarakat yang telah mengetahui kualitas pelayanan dan fasilitas kesehatan
yang masih rendah di Puskesmas.
2.6.5 Pekerjaan
Sebagain besar etnis Tionghoa di Indonesia memliki mata pencaharian sebagai pedagang terutama di wilayah Jawa. Sebagian besar mereka adalah orang
Hokkien. Namun, berbeda dengan etnis Tionghoa yang berada di Jawa Barat dan di bagian Pantai Barat Sumatera. Etnis Tionghoa yang berada di wilayah ini lebih
banyak bekerja sebagai petani dan penanam sayur-mayur, sedangkan di Bagan Siapiapi Riau orang Hokkien umumnya menjadi nelayan Puspa, 2005
Pekerjaan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan pada masyarakat etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa
yang berada di wilayah kerja Puskesmas Panipahan Kecamatan Pasir Limau Kapas
Universitas Sumatera Utara
merupakan bagian dari etnis Tionghoa yang menyebar ke Bagan Siapapi Riau yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan. Berbeda dengan etnis Tionghoa lainnya yang
cenderung memiliki pekerjaan sebagai pedagang. Jenis pekerjaan kasarlepas yang memiliki resiko kecelakaan inilah yang menyebabkan Puskesmas dimanfaatkan oleh
masyarakat etnis Tionghoa yang memiliki pekerjaan sebagai nelayan Puspa, 2005.
2.6.6 Tingkat Pengetahuan