Dari berbagai pendapat tentang hakikat matematika yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa definisi tradisional yang menyatakan
bahwa matematika sebagai ilmu tentang kuantitas the science of quantityilmu tentang ukuran diskrit dan kontinu the science of discrate and continuous telah
ditinggalkan. Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa secara kontemporer pandangan tentang hakikat matematika lebih
ditekankan pada metodenya daripada pokok persoalan matematika itu sendiri. Jadi, matematika pada hakekatnya lebih ditekankan pada cara-cara
pencapaian suatu konsep daripada konsep itu sendiri. Seseorang berupaya mencapai suatu konsep dari konsep yang sudah ada.
b. Belajar Matematika
Ada beberapa pendapat tentang belajar matematika seperti yang dikemukakan oleh Herman Hudoyo 1990:25-27:
20
1. Robert Gane mengemukakan bahwa belajar matematika dimulai dari tahap yang rendah, kemudian baru dilanjutkan ke tahap yang lebih tinggi.
2. Bruner mengemukakan bahwa belajar matematika adalah belajar mengenai konsep dan struktur matematika serta mencari hubungan antar keduanya.
3. Z. P. Dienes berpendapat bahwa belajar matematika dapat dipahami oleh peserta didik jika disampaikan dalam bentuk konkrit. Sri Wardani 2003:3-4
mengemukakan pada beberapa pakar: a. Kolb 1949 mendefinisikan belajar matematika adalah proses memperoleh
pengetahuan yang dilakukan oleh peserta didik melalui pengalaman peserta didik sebelumnya.
b. Heuvel-Panhuizen 1998 dan Verchaffel-De-Corte 1977 berpendapat bahwa belajar matematika dalam memecahkan masalah tergantung dari
pengetahuan yang dimiliki siswa itu sendiri.
20
Hafis Muaddab, “Pembelajaran dan Inovasi”, dalam http:blog-indonesia.comblog- archive-13203-7.html, 13 Januari 2010. 18.00
c. Goldin 1992 berpendapat bahwa belajar matematika lebih ditekankan kepada peserta didik daripada oleh guru. Guru membantu peserta didik dalam
menemukan dan memecahkan masalah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa belajar matematika adalah suatu proses
untuk memperoleh informasi dan pengetahuan yang dilakukan oleh peserta didik. Pengetahuan tersebut tidak terlepas dari definisi-definisi tertentu, beserta rumus-
rumusnya. Dalam hal ini peserta didik tidak dituntut untuk menghafal setiap rumus-rumus yang ditemukan melainkan memahami definisi dan rumus-rumus
dasarnya. Belajar sifat-sifat dasar dan berlatih menemukannya merupakan salah satu
langkah yang tepat dalam belajar matematika, karena sifat-sifat dasar tersebut dapat menjadi metode dalam menyelesaikan suatu masalahsoal. Sehingga, peserta
didik diharapkan kreatif dalam menyelesaikan soal. Peserta didik yang kreatif mampu menyelesaikan masalahsoal yang dihadapi dengan berbagai metode. Dari
berbagai metode yang digunakan, maka akan terbentuklah suatu kemampuan menyelesaikan masalahsoal dalam diri peserta didik itu sendiri. Untuk mengukur
sejauh mana keberhasilan kegiatan pembelajaran matematika di dalam kelas, diperlukan kompetensi matematika.
Kompetensi matematika yang diharapkan muncul setelah peserta didik belajar matematika adalah:
21
1. Pemahaman konsep Conceptual Understanding Peserta didik dikatakan memahami suatu konsep matematika bila peserta
didik tersebut mampu menemukan suatu konsep dimana konsep tersebut tidak diketahui sebelumnya, sehingga berdasarkan pengetahuan dan
pengalaman yang telah diketahui sebelumnya maka peserta didik dapat mencapai suatu konsep tersebut.
2. Penalaran Adaptif Adaptive Reasoning Peserta didik dikatakan mampu menggunakan penalarannya secara adaptif
bila peserta didik tersebut telah mampu berfikir, dan bertindak sesuai kaidah
21
Suhendra, dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007, h.7.21.
yang tepat, serta mengungkapkan ide atau gagasan disertai argumentasi yang logis.
3. Penguasaan Prosedur Prosedural Fluency Peserta didik dikatakan memahami prosedur terjadinya sesuatu bila peserta
didik tersebut mampu menyatakan langkah-langkah dalam suatu hal secara sistematis.
4. Penguasaan Komunikasi Communicational Fluency Peserta didik dikatakan dapat berkomunikasi bila peserta didik tersebut telah
mampu mengungkapkan suatu hal berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh sebelumnya.
5. Penguasaan Koneksi Connectional Fluency Peserta didik dikatakan mampu menggunakan atau mengaitkan antara hal
yang satu dengan yang lain bila peserta didik tersebut dapat menghubungkan antara pokok bahasan matematika yang satu dengan pokok bahasan
matematika yang lainnya. 6. Kompetensi Strategis Strategic Competence
Peserta didik dikatakan mempunyai kompetensi strategis bila peserta didik tersebut mampu memilih strategi yang tepat dalam pemecahan suatu masalah.
7. Pemecahan Masalah Problem Solving Peserta didik mampu memecahkan masalah bila peserta didik tersebut
memahami masalah yang terjadi serta menentukan strategi pemecahan yang tepat, sehingga masalah dapat diselesaikan.
8. Disposisi Produktif Productive Disposition Peserta didik dikatakan mampu melakukan atau membuat disposisi yang
positif bila peserta didik tersebut telah meyakini bahwa matematika sangat bermanfaat bagi dirinya sendiri dan bagi perkembangan ilmu dan teknologi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan belajar matematika diharapkan peserta didik dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep, lebih
terasah kemampuan bernalarnya, lebih sistematis dalam mengungkapkan ide atau gagasan, mampu menghubungkan pokok bahasan matematika dengan
pokok bahasan matematika yang lainnya, serta lebih bijaksana dalam memecahkan masalah.
Seseorang yang belajar matematika tidak hanya memahami dan menguasai materi matematikanya saja. Tetapi, diperoleh dampak dari belajar
matematika itu sendiri yaitu nilai-nilai positif yang terasa dan tergambar dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Ruseffendi 1991, hal 97 nilai-nilai
luhur dan positif yang dapat diperoleh sebagai hasil belajar matematika adalah:
22
1. Nilai Praktis Matematika digunakan dalam berbagai bidang pekerjaan
2. Nilai Disiplin Matematika dapat menumbuhkan sikap disiplin dengan ciri-ciri:
a. Kesederhanaan Pembelajar matematika mampu membuat pernyataan dalam kalimat yang
singkat, dan tepat sehingga mudah dipahami. b. Ketepatan
Matematika melatih pembelajarnya untuk bertindak tepat dan cermat. c. Kepastian hasil
Matematika memberikan kepastian hasil dalam hasil akhir suatu masalah atau soal.
d. Keaslian Pembelajar matematika dilatih untuk membuat suatu hal yang baru,
sehingga terbiasa kreatif dalam diri pembelajarnya. e. Penalaran
Pembelajar matematika mampu menyelesaikan masalah jika ia menggunakan penalaran yang kuat dan tepat, sehingga ia tahu bagaimana
menyelesaikan masalah tersebut. f. Pengujian hasil
Dalam memecahkan masalah matematika diperlukan kehati-hatian. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang tepat dan akurat, pembelajar
22
Suhendra, dkk, Pengembangan Kurikulum.........................., h. 7.38.
dibiasakan untuk mengoreksi kembali hasil kerjanya ketika menghadapi permasalahan tersebut.
3. Nilai Budaya Nilai budaya dari matematika antara lain:
a. Pengembangan daya konsentrasi Dalam matematika dituntut hasil akhir yang tepat. Oleh karena itu,
konsentrasi sangat diperlukan dalam menyelesaikan masalahsoal matematika.
b. Sifat ekonomis Seseorang dilatih untuk bertindak efektif dan efisien dalam belajar
matematika. c. Kemampuan mengeluarkan pendapat
Seseorang yang belajar matematika, ia mampu mengungkapkan ide atau gagasan dilandasi dengan argumentasi yang tepat.
d. Hasrat untuk menemukan Dalam belajar matematika, dibiasakan menemukan hal-hal baru, sehingga
pebelajar tidak mudah mendapat sesuatu tanpa usaha sungguh-sungguh. e. Keinginan untuk terus belajar
Matematika mendorong pembelajarnya untuk terus belajar, karena matematika senantiasa berkembang dari zaman ke zaman.
f. Kemampuan bekerja keras Dalam belajar matematika dituntut ketepatan hasil. Oleh karena itu,
pebelajar hendaknya bekerja keras dalam memperoleh ketepatan hasil.
c. Strategi Pembelajaran Matematika
Sebelum membahas mengenai strategi pembelajaran matematika, terlebih dahulu dijelaskan definisi mengenai strategi, pembelajaran, dan strategi
pembelajaran. Penjelasan mengenai definisi strategi, pembelajaran, dan strategi pembelajaran ketiganya mempunyai keterkaitan.
Strategi berasal dari bahasa Latin Strategia, yang diartikan sebagai seni penggunaan rencana untuk mencapai tujuan.
23
Pembelajaran menurut konsep sosiologi adalah rekayasa sosio-psikologis untuk memelihara kegiatan belajar
sehingga tiap individu yang belajar akan belajar secara optimal dalam mencapai tingkat kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota masyarakat yang baik.
24
Strategi Pembelajaran menurut Frelberg dan Driscoll 1992 dapat digunakan untuk mencapai berbagai tujuan pemberian materi pembelajaran pada
berbagai tingkatan, untuk siswa yang berbeda, dalam konteks yang berbeda pula. Gerlach dan Ely 1980 mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan
cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat
memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Dick Carey 1996 berpendapat bahwa strategi pembelajaran tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan,
melainkan juga termasuk di dalamnya materi atau pakaet pembelajaran.
25
Strategi pembelajaran matematika adalah suatu siasat yang digunakan oleh guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang di dalamnya dapat mencakup pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran matematika.
26
Berdasarkan definisi strategi, pembelajaran, strategi pembelajaran, dan strategi pembelajaran matematika yang telah dikemukakan oleh para ahli dapat
disimpulkan bahwa strategi adalah rencana yang harus dikerjakan oleh guru pada saat dilaksanakannya pembelajaran. Pembelajaran adalah proses belajar mengajar
dimana di dalamnya terdapat pebelajar yang melakukan proses belajar dan guru atau pendamping pebelajar yang melakukan proses mengajar sehingga antara
pebelajar dan pendamping pebelajar saling berinteraksi, sedangkan strategi pembelajaran matematika adalah suatu rencana yang disiapkan oleh seorang guru
dalam proses pembelajaran matematika untuk mencapai tujuan yang telah
23
Sri Anitah, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007, h.1.2.
24
Erman Suherman, dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2003, h. 8.
25
Sri Anitah, Strategi Pembelajaran………………….., h.1.2.
26
Sri Anitah, Strategi Pembelajaran………………….., h.9.5.
ditetapkan dimana di dalam strategi tersebut memuat pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran matematika.
Strategi pembelajaran
matematika harus mempertimbangkan beberapa hal
antara lain: 1. Perubahan paradigma dari pengajaran metematika ke pembelajaran
matematika. 2. Menempatkan anak sebagai subjek belajar.
3. Penanaman kesan bahwa matematika tidak sulit, tetapi mudah dan menyenangkan.
4. Strategi pembelajaran matematika harus lebih bervariasi, realistik, dan terintegrasi.
5. Memanfaatkan media, dan atau alat peraga yang relevan dengan topik matematika yang dibahas.
6. Khusus untuk anak usia dini, pembelajaran matematika diharapkan lebih bernuansa bermain sambil belajar.
7. Pembelajaran matematika hendaknya lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar.
8. Setiap kegiatan belajar harus bermakna sehingga mudah dipahami.
27
Seorang guru yang memilih strategi pembelajaran matematika yang akan digunakan untuk menyampaikan materi ajarnya kepada peserta didik, maka harus
memperhatikan hal-hal berikut ini:
28
1. Pemahaman terhadap Substansi Materi Pembelajaran Pemahaman terhadap substansi materi pembelajaran merupakan hal yang
terpenting yang harus dikuasai oleh seorang guru ketika akan menyampaikan materi ajarnya, sehingga guru terlihat menguasai konsep apabila konsep-
konsep pada materi yang diajarkan benar-benar ia kuasai. 2. Pemahaman terhadap Karakteristik Mata Pelajaran
Masing-masing materi pembelajaran mempunyai karakteristik yang berbeda. Seorang guru harus memahami betul karakteristik materi pembelajaran yang
27
Suhendra, dkk, Pengembangan Kurikulum............................., h.8.43.
28
Suhendra, dkk, Pengembangan Kurikulum............................., h.8.34.
akan disampaikan kepada peserta didik sehingga sesuai antara karakteristik materi pembelajaran yang akan disampaikan dengan strategi pembelajaran
yang akan diterapkan. 3. Pemahaman terhadap Karakteristik Peserta Didik
Guru juga harus memahami karakteristik masing-masing peserta didik. Dengan memahami karakteristik siapa yang dihadapi dan mengetahui segala
kebutuhan peserta didik, diharapkan guru dapat menciptakan pembelajaran yang lebih efektif.
Jadi, seorang guru hendaknya menentukan strategi pembelajaran matematika yang sesuai berdasarkan materi yang akan disampaikan kepada
peserta didik. Sehingga penggunaan strategi pembelajaran matematika diharapkan melatih peserta didik untuk menemukan sendiri rumus, konsep, dan prinsip-
prinsip matematika yang dipelajarinya, selain itu diharapkan pembelajaran matematika lebih bermakna, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
3. Pembelajaran Aktif
a. Pengertian Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif atau active learning adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi siswa dengan siswa maupun siswa dengan pengajar dalam proses pembelajaran tersebut.
29
Menurut Conny Semiawan, active learning selalu dihadapkan kepada isi atau pesan yang terarah pada tujuan tertentu. Menurutnya, active learning
yang dipraktikkan adalah cara belajar siswa aktif yang mengembangkan keterampilan memproseskan perolehan. Keterampilan tersebut meliputi:
mengamati atau mengobservasi, membuat hipotesa, merencanakan penelitian, mengendalikan variabel, menafsirkan data, menyusun
kesimpulan, membuat prediksi, menerapkan dan mengkomunikasikan.
30
29
Ari Samadhi,”Pembelajaran Aktif Active learning”, dalam http:eng.unri.ac.id, 1 Mei 2009, 10. 05
30
Kasnun, ”Implementasi Active Learning dalam Pembelajaran PAI”, dalam Cendekia Jurnal Kependidikan dan Kemasyarakatan, Vol. 5. No. 2, Juli-Desember 2007, h. 257-258.
Active learning juga sebuah pembelajaran yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan potensi yang dimiliki anak didik,
sehingga anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.
31
Jadi, pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam
proses belajar mengajar, tidak hanya mental, tetapi juga melibatkan fisik, sehingga peserta didik merasa senang, tidak merasa bosan, dan dapat
memperoleh hasil belajar yang maksimum. Active learning juga suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif.
32
Pembelajaran aktif merujuk kepada kaedah dimana pelajar peserta didik terlibat langsung dalam proses pembelajaran seperti menemukan ide
pokok dari suatu materi pelajaran, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari ke dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Dengan menggunakan kaedah pembelajaran aktif, bukan berarti guru pendidik tidak perlu lagi memberikan arahan kepada
peserta didik, walau bagaimanapun pemberian arahan merupakan suatu yang penting untuk disampaikan.
Cara lain mengaktifkan belajar siswa adalah dengan memberikan berbagai pengalaman belajar bermakna yang bermanfaat bagi kehidupan
siswa dengan memberikan rangsangan tugas, tantangan, memecahkan masalah atau mengembangkan pembiasaan agar dalam dirinya tumbuh
kesadaran bahwa belajar menjadi kebutuhan hidupnya dan oleh karena itu perlu dilakukan sepanjang hayat.
33
Menurut Bonwell dalam Ari Samadhi, 2009, pembelajaran aktif memiliki karakteristik sebagai berikut :
• Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan pemikiran
analitis dan kritis terhadap topk atau permasalahan yang dibahas.
31
Hartono, “Strategi Pembelajaran Active Learning”, dalam sditalqalam.wordpress.com…strategi-pembelajaran-active-learning9 Januari 2008, 10. 05
32
Hisyam Zaini, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Insan Madani, 2003, h.xiv.