BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan kualitas pendidikan matematika merupakan hal yang sangat strategis dalam meningkatkan sumber daya manusia. Tujuannya agar
sumber daya manusia tersebut memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berorientasi pada peningkatan penguasaan ilmu dan teknologi.
Sekolah wajib memuat matematika sebagai salah satu bidang studi yang harus dikuasai oleh siswa. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa
belajar matematika, Cockroft 1982:1-5 mengemukakan bahwa matematika:
1. Selalu digunakan dalam segi kehidupan; 2. Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang
sesuai; 3. Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas;
4. Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; 5. Meningkatkan berfikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; dan
6. Memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. Berbagai alasan perlunya sekolah mengajarkan matematika
kepada siswa pada hakikatnya dapat diringkaskan karena masalah kehidupan sehari-hari.
1
Dari hasil studi TIMMS tahun 2007 untuk siswa kelas VIII, menempatkan siswa Indonesia pada ururtan ke 36 dari 49 negara dengan
nilai rata-rata untuk kemampuan matematika secara umum adalah 397. Nilai tersebut masih jauh dari standar minimal nilai rata-rata kemampuan
matematika yang ditetapkan TIMMS yaitu 500. Prestasi siswa Indonesia ini berada di bawah siswa Malaysia Singapura. Siswa Malaysia memperoleh
1
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003, Cet II, h.253.
1
nilai rata-rata 593.
2
Skala matematika TIMMS Beenchmark International menunjukkan bahwa siswa Indonesia berada pada peringkat terbawah,
Malaysia pada peringkat tengah, dan Singapura berada pada peringkat atas. Padahal jam pelajaran matematika di Indonesia 136 jam untuk kelas VIII,
lebih banyak dibanding Malaysia yang hanya 123 jam dan Singapura 124 jam.
3
Salah satu hambatan dalam peningkatan kualitas pendidikan matematika, diantaranya adalah anggapan yang telah melekat pada sebagian
besar bangsa Indonesia matematika selama ini sering diasumsikan dari berbagai hal yang berkonotasi negatif, dari mulai matematika sebagai ilmu
yang sangat sulit, ilmu hafalan tentang rumus, berhubungan dengan kecepatan hitung, sampai pada ilmu yang membosankan.
Terdapat beberapa dugaan yang menyatakan bahwa matematika sulit dipelajari, diantaranya adalah:
1. pandangan negatif terhadap matematika yang telah tertanam tanpa sengaja,
2. ide matematika yang bersifat abstrak dan deduktif sehingga tidak mudah dipelajari,
3. pemanfaatan media dan alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran matematika kurang sesuai pemilihannya dan belum optimal di dalam
penggunaannya, 4. di dalam pembelajaran matematika, anak ditempatkan bukan sebagai
subjek belajar yang dipentingkan, tetapi lebih diperlakukan sebagai objek belajar yang bersifat pasif menerima dan sekedar melakukan apa
yang dimintakan, 5. penyajian konsep-konsep matematika yang monoton, kurang menarik
serta tidak tepat caranya.
4
2
Ina V.S. Mullis, dkk, ”TIMMS 2007 International Mathematics Report”, dari http:TIMMS.bc.eduTIMMS 2007techreport.html, h. 38.
3
Ina V.S. Mullis, dkk, ”TIMMS 2007,……………………..,h.195.
4
Suhendra, dkk, Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007, h.8.41.
Hal tersebut di atas juga terlihat dari data yang mendukung opini tersebut, yaitu :
Sedikitnya ada 3 mata pelajaran yang ditakuti kebanyakan siswa, yakni matematika, bahasa Indonesia dan Sains. Ketiga mata pelajaran itu
selama ini masih menjadi momok bagi para siswa. Kondisi seperti itu menimbulkan keprihatinan karena pemahaman murid terhadap ketiga mata
pelajaran menjadi rendah.
5
Selain anggapan yang telah disebutkan di atas, hal itu dilengkapi pula dengan guru matematika yang dalam menyampaikan pelajarannya
galak, tidak menariik, bahkan cenderung menciptakan rasa takut, dan tegang pada siswa. Selain itu guru lebih mendominasi jalannya pembelajaran di
kelas serta mengakibatkan interaksi yang kurang terjalin antara siswa dan guru. Menjadikan siswa pasif, siswa kurang perhatian untuk belajar kreatif
dan mandiri. Situasi seperti ini semakin menjauhkan rasa ketertarikan siswa dalam mempelajari matematika. Apalagi jika siswanya memiliki
kemampuan berfikir yang kurang dibandingkan dengan teman-temannya. Menurut Sobel dan Maletsky dalam bukunya Mengajar Matematika
2001 banyak sekali guru matematika yang menggunakan waktu pelajaran dengan kegiatan membahas tugas-tugas, lalu memberi pelajaran baru,
memberi tugas kepada siswa. Pembelajaran seperti di atas rutin dilakukan setiap hari dapat dikategorikan 3M, yaitu membosankan, membahayakan,
dan merusak. Apabila pembelajaran seperti ini terus dilaksanakan, maka kompetensi dasar dalam indikator pembelajaran tidak dapat tercapai secara
maksimal.
6
Di dalam belajar, aktivitas sangat diperlukan sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan
kegiatan. Tidak ada kegiatan kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang penting dalam interaksi belajar
mengajar. Dalam pembelajaran, yang lebih banyak melakukan aktivitas di dalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedang pendidik
Guru Jangan Lakukan Kekerasan; Tiga Mata Pelajaran Ditakuti Siswa, dalam http:pendis.depag.gi.idlamacfmindex.cfm?fuseaction...ID...
6
Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual lampiran 7, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, Cet. II, h. 221.
memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan diperbuat oleh anak didik.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas belajar matematika siswa kelas VII-5 Madrasah Tsanawiyah MTs Negeri 2 Jakarta diperoleh kenyataan
sebagai berikut: 1. metode pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru adalah metode
ceramah dan pemberian tugas. 2. siswa masih merasa takut untuk bertanya tentang materi pelajaran yang
tidak dipahami atau belum dipahami. 3. siswa tidak berani mengerjakan soal di depan kelas jika diminta oleh
guru untuk mengerjakan soal di depan kelas, karena dikhawatirkan jawaban akan salah.
4. guru lebih mendominasi jalannya pembelajaran di kelas, sehingga mengakibatkan siswa pasif.
5. hasil persentase aktivitas belajar siswa rata-ratanya hanya mencapai 50,51 data dapat dilihat pada lampiran 20.
Selain informasi yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas belajar matematika siswa, diperoleh pula rata-rata hasil belajar matematika siswa
kelas VII-5 Madrasah Tsanawiyah MTs Negeri 2 Jakarta masih rendah, yaitu 62, 5. Berdasarkan hasil wawancara terhadap Wakil Kepala Sekolah
bidang kurikulum, kelas tersebut masuk ke dalam kategori kelas yang prestasi belajarnya rendah diantara 4 kelas yang lain.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka strategi pembelajaran aktif perlu diimplementasikan dalam proses pembelajaran, untuk
meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Strategi pembelajaran aktif yaitu suatu strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil
yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Strategi pembelajaran ini mempermudah siswa dalam memahami dan menemukan masalah yang sulit
dengan saling berdiskusi. Strategi pembelajaran aktif tersebut diantaranya adalah Active Debate, Card Sort, Indeks Card Match, dan The Power of
Two. Dalam macam-macam strategi pembelajaran aktif tersebut, dalam
penelitian ini peneliti akan menerapkan strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two”.
”The Power of Two” kekuatan berdua merupakan salah satu strategi pembelajaran aktif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika.
”The Power of Two” kekuatan berdua merupakan strategi pembelajaran aktif yang memperkuat pentingnya hubungan yang sinergi yaitu bahwa
berpikir berdua jauh lebih baik dari pada berpikir sendiri.
7
Maka dengan penggunaan strategi pembelajaran aktif ”The Power of Two” dalam
pembelajaran matematika diharapkan dapat menghilangkan rasa bosan siswa dalam belajar. Siswa dapat bertukar pikiran dengan teman. Hal ini akan
membuat kelas lebih hidup dan menyenangkan, sehingga siswa lebih serius dalam belajar. Selain strategi pembelajaran yang digunakan, keaktifan siswa
akan mendukung pembelajaran matematika. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik melaksanakan Penelitian
Tindakan Kelas dengan judul Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif ”
The Power of Two” Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa.
B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian